...****************...
"Tadi banyak yang benerin motor, Mas? Tumben pulangnya abis Magrib." Aisyah bertanya saat keduanya tengah menikmati makan malam.
"Hm ... lumayan," jawab Bayu. Lalu memasukkan kembali makanan ke dalam mulutnya.
"Alhamdulillah," ucap Aisyah.
"Nanti aku kasih uang buat belanja."
"Iya, sekalian antar belanja, ya! Stok bahan makanan udah abis."
"Besok juga bisa," jawab Bayu cuek.
"Tapi buat bikin sarapan besok pagi juga nggak ada, Mas. Ayolah, sebentar aja! Lagian kontrakan kita deket sama pasar." Aisyah bersikap sedikit manja. Berharap suaminya ada belas kasihan kepadanya.
Bayu menjeda makannya sejenak mendengar Aisyah yang seolah memaksanya, lalu menyimpan sendok di atas piring dengan sedikit keras. Suara denting piring yang berbenturan dengan sendok yang dibanting, membuat Aisyah sampai berjingkat saking terkejutnya.
"Kamu, tuh, nggak ngerti banget, sih! Aku baru pulang kerja disuruh nganter kamu belanja. Aku capek, kerjaanku tadi banyak, dan sekarang mau istirahat."
Aisyah kembali termangu mendengar omelan Bayu. Hampir saja ia menumpahkan cairan bening yang sudah menumpuk di sudut matanya. Beruntung masih bisa dia tahan. Aisyah memang seperti itu, ia memang mudah menangis jika ada orang yang membentak dirinya. Sedangkal itu air matanya.
"Ma—maaf, Mas. Tadi aku kerepotan membawa kado. Jadi nggak bisa belanja dulu," terang Aisyah sedikit takut.
Embusan napas kasar pun terlontar ke udara. Bayu yang menyadari istrinya ketakutan, merasa sedikit menyesal. "Maaf, Mas kelepasan," sesal Bayu dengan nada lebih pelan.
Aisyah tersenyum pelik, tetapi perkataan maaf itu justru menjadi pemicu air matanya keluar tanpa permisi. Ia segera beranjak lalu pergi, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang begitu menyayat hati. Tak lupa ia sapu dengan kasar air mata yang sudah terlanjur mengalir di pipi.
Aisyah pergi ke kamarnya. Duduk termenung di tepi tempat tidur. Tak lama suaminya pun menyusul.
"Besok nggak perlu masak untuk sarapan. Kita beli saja," kata Bayu sambil merebahkan tubuhnya di sisi tempat tidur yang bersebrangan dengan tempat Aisyah berada.
"Kalau masak bisa lebih hemat, Mas. Aku takut uang simpanan kita nggak akan cukup sampai aku gajian, kalau kita selalu makan di luar."
"Cuma besok aja. Aku benar-benar capek hari ini. Lagian cuma beli sarapan doang." Bayu berbicara sambil memejamkan mata. Satu tangan ia simpan di atas keningnya.
"Apa kamu lupa. Biasanya aku suka bekal buat makan siang juga." Aisyah berkata tanpa melihat lawan bicaranya.
Sejenak hening. Aisyah yang heran kenapa suaminya tidak merespon akhirnya menoleh ke belakang. Bayu tampak bergeming dengan napas yang terdengar teratur. Aisyah mendengus kesal ketika tahu suaminya ternyata sudah tidur.
"Malah tidur," decak Aisyah. Namun, ia juga kasihan melihat suaminya yang memang terlihat kelelahan. Mungkin dirinya yang terlalu keterlaluan. Suaminya lelah pulang kerja, malah disuruh mengantar berbelanja.
"Apa aku berangkat sendiri aja, ya! Biasanya juga emang sendirian, soalnya pasarnya juga deket dari kontrakan. Ini masih jam 7, masih sore. Aku pinjem motornya Mas Bayu aja, deh." Aisyah bergumam, ia berinisiatif untuk pergi berbelanja sendiri. Seperti apa yang sering dia lakukan sebelum dirinya menjadi seorang istri.
Kehidupan mandiri memang sudah terbiasa dilakukan oleh Aisyah sebelum menikah. Namun, setelah statusnya berubah, entah kenapa Aisyah merasa berhak untuk dimanja. Dia sudah membayangkan masa-masa indah yang akan didapatkannya setelah menikah. Dijadikan ratu oleh suaminya, seperti di cerita-cerita novel yang sering dia baca. Pada kenyataannya, semua itu hanya ada dalam angannya saja. Kisah hidupnya tak semanis novela.
***
Pukul 20.30 WIB Aisyah sudah kembali ke kontrakan. Ia membeli banyak bahan makanan untuk cadangan beberapa hari ke depan. Dengan begitu, ia bisa lebih hemat dalam mengatur keuangan.
"Kamu dari mana?"
Suara itu membuat Aisyah tersentak. Ia yang baru saja memasukkan motor Bayu ke dalam kontrakan langsung mendongak. Ditatapnya wajah suaminya dengan heran. Bukannya tadi suaminya itu sudah tidur?
"Mas, kok, udah bangun? Bukannya tadi tidur?" Aisyah balik bertanya.
"Ditanya malah balik nanya. Kamu dari mana?" Bayu mengulangi pertanyaannya. Kedua matanya menghunus tajam seperti elang yang ingin menerkam buruannya.
"Aku abis dari pasar. Katanya kamu capek, makanya aku pergi sendirian. Maaf, aku pinjem motornya nggak bilang. Mas tidurnya pules banget tadi," terang Aisyah sambil memindahkan barang belanjaannya dari motor ke atas meja.
"Aku, kan, udah bilang besok. Kamu jadi istri ngeyel banget, si. Nggak dengerin perintah suami."
Lagi, Aisyah harus mendapatkan omelan dari Bayu. Ia merasa serba salah jadi seorang istri. "Mas ini gimana? Tadi aku minta diantar nggak mau. Sekarang aku pergi sendiri, Mas masih marah," seru Aisyah, sedikit menekan rasa kesalnya.
"Aku bilang besok, ya, besok. Ini udah malam. Kalau kamu kenapa-kenapa bagaimana?"
Di balik raut kebingungan Aisyah, terselip sebuah senyuman kecil yang tertahan. Dia sedikit tersanjung, karena ternyata suaminya masih peduli kepadanya.
"Jadi Mas peduli sama aku?" tanya Aisyah sedikit tersipu.
"Ya iyalah, kamu itu istri aku," jawab Bayu.
Aisyah tersenyum mengembang, tetapi terlihat aneh oleh suaminya. "Kenapa senyum-senyum?" tanya Bayu heran.
"Aku suka kamu perhatian kayak gitu, Mas," ucap Aisyah manja.
Bayu mengerutkan kening seraya mencebikkan bibir. "Lebay," ujarnya lalu melengos pergi menuju kamar.
Aisyah pun mengekori suaminya. "Kalau kamu peduli sama aku, besok anterin aku berangkat kerja lagi, ya," pintanya saat mereka sudah berada di dalam kamar. Bayu yang masih ngantuk langsung merebahkan badan.
"Jangan manja, deh. Aku, kan, udah bilang cuma sekali aja nganterin kerjanya. Tadi juga bisa pulang sendiri," seru Bayu memejamkan kedua matanya lagi.
"Katanya peduli." Aisyah berdecak. Suram di wajahnya menunjukkan rasa kecewa yang teramat dalam.
"Berangkat kerja sama pulang kerja itu masih siang, Aisyah. Jadi aku nggak terlalu khawatir kalau kamu berangkat sendirian. Lagian dari dulu juga begitu. Naik angkot lebih aman menurut aku," tutur Bayu. Kedua matanya kembali terbuka. Sembari berbaring miring, ia menopang kepalanya dengan sebelah telapak tangan.
"Kalau naik motor bisa hemat ongkos, Mas. Dan aku juga kepingin seperti pasangan menikah yang lainnya. Para istri dimanjain sama suaminya, dianterin ke mana-mana, diajak jalan-jalan walaupun cuma berbelanja." Pandangan Aisyah menerawang jauh ke depan. Membayangkan betapa bahagianya jika hal tersebut bisa ia rasakan.
"Halah, itu palingan cerita dari novel yang sering kamu baca. Iya, kan?"
Aisyah mendengus dan menatap wajah suaminya yang terlihat meremehkan. Memang, iya. Aisyah seringkali membaca novel kisah cinta. Yang ceritanya akan berakhir bahagia dalam ikatan pernikahan yang harmonis dan penuh cinta. Namun, apa salahnya jika dia berandai-andai mempunyai kisah pernikahan yang manis dan harmonis seperti itu. Ia bahkan rela menjalani hidup sederhana, yang penting bahagia.
"Gini aja, deh. Kalau kamu mau dimanja sama suami, kamu juga harus pandai manjain suami juga." Bayu kembali berkata dengan senyuman penuh arti tercetak di sudut bibirnya.
"Manjain gimana? Jangan bilang ...!" Aisyah mengernyit curiga. Ia hapal dengan seringai aneh itu.
"Kamu udah bangunin aku, sekarang harus tanggung jawab. Sini!" Aisyah tidak bisa menolak ketika tangan kekar Bayu menarik tubuhnya hingga tubuh mereka saling bersentuhan. Katanya lelah, tetapi langsung semangat saat meminta jatah.
...****************...
...To be continued...
Jangan lupa like, komentar dan gift, ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Mila Khayla Di
....
2023-03-03
0
Sufisa ~ IG : Sufisa88
dibalik acuhnya Bayu, syukurlah kalau masih peduli 🤭
2023-02-27
0
Fitri_hn28
haaaalaaaah....dasar laki-laki Ujung-ujungnya Yo kesana😴😴😴😴
2023-02-20
0