4_Belajar Memahami

...****************...

Setelah kejadian semalam yang membuat hati Aisyah berbunga-bunga, pagi ini wanita itu berharap jika suaminya akan memberikan sedikit perhatian untuknya. Di dapur kontrakan yang terbilang sempit itu, Aisyah dengan cekatan mempersiapkan beberapa sayuran yang ia beli semalam untuk sarapan mereka. Terbiasa hidup mandiri di kota besar membuat Aisyah dengan cepat melakukan pekerjaan itu.

Pukul 5:30 WIB sarapan sederhana sudah tersedia di meja. Begitu pula dengan kotak bekal untuk dirinya dan Bayu sudah tersusun rapi. Aisyah melangkah menuju kamarnya. Senyumnya tercetak tipis ketika melihat Bayu masih terlelap. Sekelebat bayangan pergumulan mereka semalam membuat pipi Aisyah merona. Ada sedikit rasa malu dan bahagia menyatu dalam hatinya.

Aisyah segera menuju ke lemari pakaian ketika Bayu terlihat menggerakkan tubuhnya. Aisyah belum siap jika dirinya tertangkap basah sedang menatap penuh kekaguman ke arah suaminya. Setelah mengambil baju seragam hari ini, Aisyah buru-buru ke kamar mandi. Apalagi waktu yang semakin siang membuat Aisyah lebih fokus pada persiapan kerjanya.

Setelah siap dengan semuanya, Aisyah kembali ke kamar. Dengan lembut ia mengguncang tubuh Bayu.

“Mas, sudah siang. Bangun, gih. Kamu belum salat Subuh,” bisik Aisyah lembut di telinga Bayu.

“Hhmm ….” Bayu hanya membalikkan badannya tanpa membuka mata.

Tiga kali Aisyah mencoba membangunkan, tetapi Bayu tetap saja bergeming. Akhirnya ia pun menyerah dan lebih memilih sarapan sendiri. Aisyah tidak berani mengusik suaminya. Ia takut akan membuat Bayu marah yang pasti akan berakibat tidak baik untuk dirinya.

Brak.

Suara benturan pintu kamar dengan tembok membuat Aisyah yang duduk di meja makan terkejut.

“Udah sesiang ini kenapa kamu nggak bangunin aku, sih!” umpat Bayu terburu-buru dan menyambar handuk di rak kecil depan kamar mandi.

Aisyah hanya bengong. Belum sempat ia menjawab perkataan Bayu, suaminya sudah melesat ke kamar mandi. Aisyah hanya membuang napas kasar. “Aku salah lagi,” ucapnya dalam hati.

Aisyah sedang mencuci piring bekas makannya ketika Bayu keluar dari kamar mandi. Tidak ada sapa selamat pagi, apalagi senyum manis seperti yang Aisyah nantikan. Bayu begitu saja melewati dirinya dan segera menuju kamar.

“Mas, bisa anterin aku apa enggak?” teriak Aisyah. Kontrakan mereka yang sempit membuat suara Aisyah terdengar jelas di telinga Bayu.

“Dari kemarin, kan, sudah aku bilang. Berangkat sendiri. Aku buru-buru. Nanti jam delapan ada yang mau ambil motor. Mana belum selesai dikerjakan lagi,” jawab Bayu sembari meraih kunci motornya di samping televisi.

“Mas, nggak sarapan, dulu?” tanya Aisyah ketika Bayu memutar kunci ruang tamu.

“Nggak, sempat. Nanti saja setelah pekerjaan selesai,” jawabnya tanpa memandang Aisyah.

“Ini bekalnya.” Aisyah sedikit berlari ketika Bayu melangkah keluar dari pintu kontrakan. “Mas, jangan lupa sarapan, nanti sakit.” Aisyah mengulurkan kotak bekal yang sudah dimasukkan ke dalam tas plastik.

“Ck! Merepotkan.” Bayu menerima kotak bekal dari Aisyah meskipun dengan terpaksa, “aku berangkat dulu. Kamu hati-hati.”

Aisyah menatap punggung suaminya hingga menghilang di belokan depan kontrakan. Ada kecewa yang tertinggal di hatinya. Kenapa hidupnya tidak semanis cerita yang ia baca. Meskipun begitu Aisyah tahu jika suaminya begitu menyayanginya.

“Mungkin cara Mas Bayu menunjukkan rasa sayangnya berbeda dengan cara orang lain. Semangat Aisyah! Bayu adalah Bayu. Bukan pangeran seperti dalam drama.” Kembali Aisyah bermonolog untuk memberikan semangat pada dirinya sendiri.

***

Aisyah berdiri di depan gang bersama penghuni kontrakan lainnya. Mereka adalah pekerja di beberapa pabrik yang ada di kota itu. Sama seperti Aisyah, mereka juga tinggal di kontrakan. Mengadu nasib di kota besar ini membuat mereka harus jauh dari keluarga.

“Kamu nggak diantar suamimu, Aish?” tanya tetangga sebelah yang bekerja di pabrik roti.

“Enggak, Mbak. Mas Bayu buru-buru, ada kerjaan mendesak yang harus diselesaikan pagi ini,” jawab Aisyah sopan.

“Oh, iya. Mumpung masih muda harus semangat cari uang. Biar besok kalau diberi momongan sudah punya tabungan.”

“Iya, Mbak.” Aisyah bangkit ketika melihat angkot yang akan membawanya ke pabrik berhenti di hadapan mereka. “Aku duluan, ya, Mbak.”

“Iya, Aish. Hati-hati.”

Aisyah berdesak-desakan dengan ibu-ibu pekerja pabrik dan beberapa anak sekolah. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Ia membenarkan ucapan tetangga kontrakannya tadi. Saat ini Aisyah dan Bayu harus rajin menabung demi masa depan mereka. Aisyah berpikir, toh, bukan hanya dirinya sendiri yang harus naik angkot ke pabrik. Bahkan di depan Aisyah, ada seorang ibu yang usianya jauh lebih tua darinya tetap semangat menjalani hari ini. Aisyah tidak boleh kalah dengan ibu itu.

Aisyah sadar bahwa hidup ini perjuangan. Bagaimana dirinya bisa berada di kota ini, jauh dari sanak saudara dan juga orang tua, tentu saja karena ia ingin kehidupannya menjadi lebih layak. Aisyah ingin anak-anaknya kelak bisa menikmati hidup yang lebih nyaman dari kehidupannya.

Angkot berhenti di depan pabrik tempatnya mengais rezeki. Aisyah turun dan memberikan ongkos kepada sopir angkot. Wanita itu melangkah memasuki pelataran pabrik. Sudah empat tahun Aisyah bekerja di sini. Meskipun beberapa kali ia dipindahkan dari satu bagian ke bagian lain, tetapi Aisyah merasa bahagia karena di bagian saat ini ia memiliki rekan kerja yang begitu bersahabat.

“Aish, tunggu!”

Langkah Aisyah terhenti ketika mendengar suara yang begitu akrab memanggil namanya. Ia menoleh, melihat Witri berlari kecil membuat Aisyah tersenyum. Wanita itu adalah teman terbaiknya selama ia bekerja di tempat ini.

“Tumben, pagi banget,” celoteh Witri begitu langkahnya sejajar dengan langkah Aisyah.

“Kebetulan angkotnya cepet, Mbak,” jawab Aisyah.

“Loh, nggak dianter suamimu?” Witri melotot mendengar jawaban Aisyah, “pengantin baru, kan, biasanya ke mana-mana nempel terus. Kayak perangko.”

“Jangan kebanyakan ngayal, deh, Mbak! Novel apa lagi yang Mbak baca kali ini?” Pertanyaan Aisyah membuat Witri tersipu. Pasalnya, hanya Aisyah yang tahu bacaan Witri.

“Kamu beneran mau tahu? Ish, beneran bikin baper, deh. Romantis banget. Andai aku jadi wanitanya, aku mau aja dijodohin sama CEO tampan kayak Aldo,” cerita Witri membuat Aisyah kembali tersenyum.

“Sadar, Mbak. Hidup ini tak semanis novella. Mbak Witri bisa jatuh kalau ngayalnya ketinggian,” ledek Aisyah yang tentu saja membuat Witri memajukan bibirnya.

“Kayak kamu enggak aja, Aish. Siapa coba yang dulu ngajak aku beli novel kalau ada novel baru. Siapa dulu yang maksa aku ke pameran buku cuma buat borong novel romantis. Lupa kamu?” Witri balik mengolok Aisyah hingga membuat mereka tertawa.

Aisyah ingat, beberapa novel yang ia beli sebelum menikah dengan Bayu masih berada dalam dos yang belum sempat ia buka. Dulu, Aisyah pernah berkhayal bahwa hidupnya akan seindah cerita yang selama ini ia baca. Namun, setelah menikah Aisyah sadar bahwa hidupnya terlalu jauh dari impiannya. Aisyah harus belajar memahami karakter Bayu, memahami kepribadiannya, menerima segala kelebihan beserta kekurangannya. Sebab kehidupannya kini adalah nyata dan harus ia jalani.

...****************...

...To be continued...

Jangan lupa like, komentar dan gift, ya 🙏

Terpopuler

Comments

Mila Khayla Di

Mila Khayla Di

ckckck

2023-03-03

0

Sufisa ~ IG : Sufisa88

Sufisa ~ IG : Sufisa88

udah paling real ya Aish, 🤭🤭

2023-02-27

0

Fitri_hn28

Fitri_hn28

semangat ya Aisyah.....semua akan indah pada waktunya🤗

2023-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Satu__Awal Pernikahan
2 2_Mendapat Hadiah
3 3_Tak Semanis Novela
4 4_Belajar Memahami
5 5_Terkadang Manis
6 6_Menginap
7 7_Rengekan Erina
8 8_Merayu
9 9_Provokasi Erina
10 10_Sabar, Aish!
11 11_Maafkan, Aish!
12 12_Hadiah untuk Erina.
13 13_Memilih Diam
14 14_Seharusnya kamu mengerti.
15 15_Apa teman-teman kamu lebih penting, Mas?
16 16_Kecewa
17 17_Rencana Masa Depan
18 18_Coba Kamu Cek!
19 19_Positif
20 20_Sudah Enam Minggu
21 21_Morning Sickness
22 22_Hanya bisa makan buah
23 23_Rencana Setelah Melahirkan
24 24_Paket untuk Aisyah
25 25_Hadiah Dari Witri
26 26_Az-Zahra Putri
27 27_Pasca Melahirkan
28 28_Mencari Pekerjaan Baru
29 29_Diterima Bekerja
30 30_Satu Bulan Bekerja
31 31_Gaji Pertama
32 32_Menolak Keinginan Erina
33 33_Kesal
34 34_Kembali Bekerja
35 35_Teman Baru
36 36_Reoni
37 37_Meninggalkan Villa
38 38_Shift Sore
39 39_Minta Di Jemput
40 40_Perhatian Tian
41 41_Menunggu Suami Pulang
42 42_Pertengkaran Tian dan Ajeng
43 43_Kesabaran Tian
44 44_Terlalu Cuek
45 45_Ungkapan Perasaan Tian
46 46_Rasa Yang Tak Bisa Di Cegah
47 47_Bersikap Dingin
48 48_Aku Kira Dia Perduli
49 49_Rencana Untuk Resign
50 50_Berita Mengejutkan
51 51_Pengakuan Erina
52 52_Hari Pernikahan Erina
53 53_ Bisakah Kamu Membantu Erina?
54 54_Berjunjung Kerumah Mertua
55 55_Membantu Indar
56 56_Indar Lagi
57 57_Kedekatan Indar di keluarga Bayu
58 58_Jauhi Dia, Mas!
59 59_Semoga Kalian Bahagia.
60 60_Lebih Baik Aku Pergi.
61 61_Ingin Kembali Bekerja
62 62_Keputusan Aish Sudah Bulat!
63 63_Memutuskan Untuk Berpisah
64 64_Perceraian
65 65_Aku Ingin Kita Bercerai! (Aisyah dan Bayu)
66 66_Ikutlaah Pulang Bersamaku!
67 67_Nasihat Ambar
68 68_Penyesalan Bayu
69 69_Kami Bisa Bekerja Lagi Di Sini!
70 70_Diterima Dengan Hangat
71 71_Kemarahan Diana
72 72_Ayo Kita Pulang!
73 73_Karma
74 74_Dua Penguntit
75 75_Kembalilah Padaku, Tian!
76 76_Datang Menemui Aisyah
77 77_Beradu Ilmu
78 78_Kedatangan Ambar
79 79_Membuat Keributan
80 80_Gosip di kantor
81 81_Nasihat Pernikahan
82 82_Kabar Buruk
83 83_Melewati Masa Kritis
84 84_Kembali Bersama
85 85_Permintaan Maaf Tian
86 86_Datang Melamar
87 87_End
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Satu__Awal Pernikahan
2
2_Mendapat Hadiah
3
3_Tak Semanis Novela
4
4_Belajar Memahami
5
5_Terkadang Manis
6
6_Menginap
7
7_Rengekan Erina
8
8_Merayu
9
9_Provokasi Erina
10
10_Sabar, Aish!
11
11_Maafkan, Aish!
12
12_Hadiah untuk Erina.
13
13_Memilih Diam
14
14_Seharusnya kamu mengerti.
15
15_Apa teman-teman kamu lebih penting, Mas?
16
16_Kecewa
17
17_Rencana Masa Depan
18
18_Coba Kamu Cek!
19
19_Positif
20
20_Sudah Enam Minggu
21
21_Morning Sickness
22
22_Hanya bisa makan buah
23
23_Rencana Setelah Melahirkan
24
24_Paket untuk Aisyah
25
25_Hadiah Dari Witri
26
26_Az-Zahra Putri
27
27_Pasca Melahirkan
28
28_Mencari Pekerjaan Baru
29
29_Diterima Bekerja
30
30_Satu Bulan Bekerja
31
31_Gaji Pertama
32
32_Menolak Keinginan Erina
33
33_Kesal
34
34_Kembali Bekerja
35
35_Teman Baru
36
36_Reoni
37
37_Meninggalkan Villa
38
38_Shift Sore
39
39_Minta Di Jemput
40
40_Perhatian Tian
41
41_Menunggu Suami Pulang
42
42_Pertengkaran Tian dan Ajeng
43
43_Kesabaran Tian
44
44_Terlalu Cuek
45
45_Ungkapan Perasaan Tian
46
46_Rasa Yang Tak Bisa Di Cegah
47
47_Bersikap Dingin
48
48_Aku Kira Dia Perduli
49
49_Rencana Untuk Resign
50
50_Berita Mengejutkan
51
51_Pengakuan Erina
52
52_Hari Pernikahan Erina
53
53_ Bisakah Kamu Membantu Erina?
54
54_Berjunjung Kerumah Mertua
55
55_Membantu Indar
56
56_Indar Lagi
57
57_Kedekatan Indar di keluarga Bayu
58
58_Jauhi Dia, Mas!
59
59_Semoga Kalian Bahagia.
60
60_Lebih Baik Aku Pergi.
61
61_Ingin Kembali Bekerja
62
62_Keputusan Aish Sudah Bulat!
63
63_Memutuskan Untuk Berpisah
64
64_Perceraian
65
65_Aku Ingin Kita Bercerai! (Aisyah dan Bayu)
66
66_Ikutlaah Pulang Bersamaku!
67
67_Nasihat Ambar
68
68_Penyesalan Bayu
69
69_Kami Bisa Bekerja Lagi Di Sini!
70
70_Diterima Dengan Hangat
71
71_Kemarahan Diana
72
72_Ayo Kita Pulang!
73
73_Karma
74
74_Dua Penguntit
75
75_Kembalilah Padaku, Tian!
76
76_Datang Menemui Aisyah
77
77_Beradu Ilmu
78
78_Kedatangan Ambar
79
79_Membuat Keributan
80
80_Gosip di kantor
81
81_Nasihat Pernikahan
82
82_Kabar Buruk
83
83_Melewati Masa Kritis
84
84_Kembali Bersama
85
85_Permintaan Maaf Tian
86
86_Datang Melamar
87
87_End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!