Minggu sore ini Nabila terlihat sibuk membantu Ibunya didapur. Hari ini ada arisan ibu-ibu dirumahnya. Dan giliran tempat Nabila sebagai tempat untuk arisan.
"Arisan emak-emak. Benar-benar sungguh membosankan."Gerutu Nabila disela-sela mempersiapkan satu per satu kue lemper, naga sari, bolu dan lapis. Bagaimana tidak, yang harusnya hari Minggu Nabila bisa istirahat. Dengan baca novel, nonton tv atau mengerjakan hobinya.Ini harus bantu-bantu masak, bersih-bersih rumah bahkan menata ruangan. Sudah kayak kerja bakti bagi Nabila.
Namun Nabila tidak ingin mengeluh, daripada nanti uang jajan dipotong.
Selang beberapa menit akhirnya satu per satu Ibu-ibu berdatangan di rumah Nabila. Nabila mengikuti Ibunya mempersiapkan makanan dan minuman. Dia terlihat malu-malu berjalan dibelakang Ibunya.
" Bukankah Kamu Nabila? Kata Hasan kalian satu sekolahan." Ucap Ibu Rima yang tak lain Ibunya Hasan. Beliau baru muncul dari balik pintu ruang tamu.
" Iya benar Bu." Jawab Nabila spontan karena terkejut. Dan terkejut lagi ternyata Hasan mengenali Nabila di tengah kedinginan hubungan Mereka sebagai tetangga. Iya, walaupun Mereka tetangga. Faktanya saat bertemu Mereka tidak pernah bertegur sapa. Namun Nabila tahu, Hasan diterima di kelas x.1, sedangkan Nabila ada x,7. Pernah nonton itazura na kiss. Mungkin seperti itulah kondisinya, seperti Naoki dan Kotoko. Bedanya Nabila tidak seperti Kotoko yang mengejar-ngejar Naoki. Faktanya Nabila terpesona dengan kakak kelasnya. Walaupun Hasan kalau dilihat, Dia tidak kalah mempesona dari Bagas. Cuma bedanya postur Bagas lebih tinggi daripada Hasan. Tinggi Hasan sekitar 170 cm, sedangkan Bagas sekitar 173 cm. Namun rambut Hasan yang tebal sedikit menyamarkan perbedaan tersebut.
" Hasan mengantar Ibu juga, Tapi Dia sedang mengambil apa tadi, Hasan bilang ketinggalan dimotor." Jelas Ibu Rima. Secara Hasan itu tetangga Nabila cuma satu desa, Namun beda RT dan RW. Sehingga jarak Mereka lumayan, mungkin sekitar tiga puluh meter. Tahun 2006 an , toko sembako didesa Nabila masih tergolong langka. Dan Bu Rima salah satu yang mempunyai usaha tersebut. Lainnya belum ada sama sekali. Maklum, suami Bu Rima adalah menteri pertanian. Sehingga keluarga Hasan juga termasuk salah satu keluarga terpandang di desanya. Sedangkan Nabila, jangan tanya. Nabila hanya seorang anak dari keluarga biasa. Yang fokus dengan pertanian. Namun almarhum kakek Nabila bisa dibilang juragan tanah. Jadi lumayan tuh tanah keluarga Nabila ada dimana-mana. Maklum Ayah dan Ibunya hanya lulusan SD. Namun Nabila tetap bangga terhadap Mereka. Bagaimanapun juga Mereka tetap mengutamakan pendidikan buat Nabila. Karena mayoritas disekitar lingkungan Nabila, banyak yang hanya sampai sekolah menengah pertama. Dan tidak meneruskan lagi. Jadi bisa dihitung, anak-anak yang masih meneruskan melebihi itu.
Seperti biasa Nabila hanya duduk di pojokan, tepat disamping Ibunya. Sambil sesekali ngemil kue-kue arisan. Nabila sibuk dengan hanphonenya. Begitu juga Hasan. Sesekali Nabila mendongakkan kepalanya dan tanpa sengaja, Nabila dan Hasan saling beradu pandang. Membuat Nabila langsung menundukkan kepalanya. Dia kelihatan sangat berbeda sikapnya di samping Ibunya. Dia lebih kelihatan tunduk. Kalau disekolah yang Nabila ketahui. Hasan sangat aktif. Dan sepertinya publik speakingnya didepan umum juga sangat bagus. Ingat saat masa orientasi siswa. Dia berani maju untuk sebuah permainan. Dan jelas semua mata memandangnya saat itu, khususnya kaum hawa. Nabila menyadari itu.
Namun sikapnya sangat berbeda saat dengan Ibunya. Dia kelihatan lebih kalem. Dia sepertinya mempunyai kepribadian ganda. Antara Dia di sekolah dan dengan Ibunya. Suara emak-emak arisan tiada hentinya masuk telinga kanan. Dan keluar dari telinga kiri. Namun cerita Mereka setidaknya tidak keluar dari batas normal. Seperti kesombongan materi atau lainnya. Kebanyakan mereka bercerita tentang harga cabe yang melonjak naik. Atau hewan peliharaan Mereka yang kadang menyebalkan. Bahkan ada yang berniat mau mengawinkan sapi periharaan. Agar mempunyai hubungan semacam mertua sapi. Well, itu sungguh konyol menurut Nabila. Tapi terdengar asyik daripada pamer materi.
Tidak terasa acara arisan pun selesai. Nabila mengikuti Ibunya dan mencoba tidak menatapnya. Hasan lebih pintar berakting. Hasan tersenyum manis ke Ibunya Nabila, sebelum keluar dari rumahnya. Dan Nabila hanya tersenyum masam. Nabila bukan tipe manusia yang pintar berakting untuk saat ini.
Tapi sepertinya Nabila harus belajar berakting juga, agar Nabila bisa menghormati orang yang lebih tua seperti yang Hasan lakukan. Well, Nabila memuji sikapnya yang berkepribadian ganda. Oh tidak! Nabila menggelengkan kepalanya. Bagaimana Nabila bisa memuji anak Mami itu.
" Jadi Kau satu sekolah dengan Hasan?" Tanya Ibunya Nabila. Beliau terlihat penasaran.
" Iya Ma.Aku kira Mama sudah tahu." Sahut Nabila.
" Tidak, Mama sungguh tidak tahu. Kamu tidak cerita pada Mama." Jawab Ibunya seraya membereskan piring-piring dan gelas-gelas bekas arisan yang baru saja selesai.
"Tapi kenapa Kalian tidak mengobrol sama sekali?" Ibunya Nabila penasaran dengan sikap Mereka yang terkesan dingin. Bahkan terlihat tidak ada obrolan sama sekali layaknya tetangga.
" Bukankah mama mengharapkan seperti itu? Kita bukan muhrim. Ingat itu Ma." Ujar Nabila polos.
Ibunya terkejut mendengar kepolosan Nabila. Bagaimana Nabila mengingat amanah Ibunya. Walaupun itu benar.
" Maksud Mama sebatas teman apalagi tetangga." Sahut Ibunya.
" Mama! Sepertinya Anda lupa kelemahan anakmu."Ucap Nabila mengingatkan.
" Betul. Mama lupa dengan sifatmu." Ibunya Nabila tertawa. Mungkin sifat Ibunya dulu juga seperti Nabila. Tipe orang yang tidak akan bicara duluan. Kecuali orang tersebut mengajaknya bicara duluan. Walaupun kalau sudah kenal, Nabila tidak sependiam itu.
" So, jangan bahas sikap dingin Kami tadi Ma." Ucap Nabila terlihat kesal mengingatnya.
Bagaimanapun juga Nabila tidak tertarik mengenalnya lebih jauh. Anak Mami dan Play boy cukup membuat Nabila infell terhadap Hasan. Walaupun sebenarnya Hasan juga mempesona.Nabila lagi-lagi senyum sendiri.
" Tidak! Tidak!" Nabila langsung menggelengkan kepalanya.
Setelah selesai membersihkan dan membereskan semuanya.Nabila mandi dan menjalankan kewajibannya sebagai muslimah. Walaupun Dia belum sepenuhnya menjadi muslimah sejati.Namun niatan untuk berhijab tentu saja ada didalam diri Nabila. Hanya saja Nabila belum menerapkan saat ini. Walaupun usianya sudah hampir enam belas tahun.
Malamnya seperti biasa. Nabila mengerjakan tugas bahasa Inggris. Dia hampir saja lupa mengerjakannya. Padahal guru bahasa Inggris lumayan killer. Dengan berusaha keras, akhirnya Nabila bisa menyelesaikannya. Nabila pun terlihat menata buku-bukunya sesuai jadwal untuk besok pagi. Setelah itu Dia mengatur jam alarmnya. Nabila tidak ingin terlambat datang ke sekolah. Lalu mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur.
" Akhirnya bisa istirahat." Ucap Nabila merasa bersyukur. Setelah berdoa, Nabila menarik selimutnya yang bermotif winnie the pooh. Tanpa terasa Dia terlelap tidur.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments