Trauma masa kecil

Kelas tiga SMP masa dimana benih-benih cinta sudah mulai melanda. Nabila tetap berada dikelas 3C. Dimana dikelas tersebut terdapat ketua kelas yang belagu dan sok ganteng. Namun bagi Nabila biasa saja. Karena Dia lebih penasaran dengan sosok teman sekelasnya kak Erni yang sekaligus teman smsnya. Dan dikelas tiga ini juga. Nabila menerima surat cinta dari salah satu teman sekelasnya. Tanpa membuka dan membacanya. Nabila tidak merespon sama sekali surat tersebut. Wati teman sebangku yang membacanya.

Sepertinya Nabila memang lebih suka dengan sesuatu yang membuatnya penasaran. Hingga akhirnya, Kak Erni menunjukkan sebuah foto study tour Kak Erni dan sahabat-sahabatnya. Dan disitu terdapat Bagas, teman smsnya. Entah mengapa Nabila merasa tertarik. Padahal itu hanya sebuah foto.

" Nab. Kamu tahu tidak. Kemarin Vino main kerumahku." Cerita Wati.

Vino salah satu teman dari kelas 2F, yang sekarang dikelas 3C. Secara kelas tiga hanya ada kelas 3A-3E. Selain pintar, Dia juga putih dan tampan. Namun Nabila jelas merasa biasa saja. Bagi Nabila, Sosok Bagas lebih menarik baginya. Ingin rasanya Nabila cepat lulus dan melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Yaitu jenjang masa sekolah menengah atas.

Masa dimana Dia bisa bertemu dengan sosok Bagas. Sosok yang membuat penasaran Nabila.

" Dan Kamu tahu. Masa Dia membandingkan warna kulitku. Dia bilang, Kok tanganku lebih putih yah." Tambah Wati membuat Nabila tersenyum. Mengingatkan Nabila akan lebaran kemarin. Saat Dia dan teman-temannya pulang dari pantai. Tidak sengaja bertemu Vino. Dan Vino bilang ke temannya. Kalau Nabila pacarnya. Nabila pun tahu itu hanya sebuah candaan, Namun namanya usia-usia pubertas membuat Nabila seperti Wati saat ini. Terbawa perasaan. Tapi Nabila sadar. Itu hanya sebuah rasa yang sebentar singgah dan langsung berlalu begitu saja. Nabila infeel dengan cara Vino yang bisa dekat dengan teman cewek-cewek lainnya juga.

Nabila pun menanggapi cerita Wati dengan kata-kata yang tidak menyinggung perasaannya.

" Mungkin Vino menyukaimu." Sahut Nabila.

Wati pun senyum-senyum sendiri.

" Oya kemarin, Gunawan tanyain foto Kita diJogya. Katanya ini siapa? Kujawab lah. Teman sebangkuku. Katanya Dia ingin kenalan denganmu." Ujar Wati.

Sedangkan Nabila terlihat langsung menolaknya dengan halus. Pokoknya bagi Nabila. Bagas lebih menarik perhatiannya.

Kelas tiga waktu tersibuk. Banyak ujian praktek yang menuntut Nabila untuk latihan. Daei olahraga, kesenian dan lain-lainnya. Untuk kesenian, mengingat Nabila yang suaranya fals pun latihan untuk dance. Namun hal tersebut ditentang oleh kakeknya. Hingga membuat Nabila membawa televisinya ke rumah simbahnya atau orang tua Ibunya. Secara Mereka harus bergantian tempat latihannya. Emosi dan kekuatan Nabila membuatnya menjadi kuat. Bahkan membawa televisi 14' dengan jalan kaki dipagi-pagi buta.

Keinginannya dalam menempuh pendidikan terlihat begitu kuat. Maklum Nabila tumbuh di dua keluarga yang mempunyai prinsip berbeda. Orang tua Ibunya mementingkan pendidikan, sedangkan orang tua Ayahnya lebih mementingkan materi. Baginya pendidikan tidak penting, yang penting bekerja dan bekerja. Maklum kakek Nabila seseorang yang ahli dalam pembelian tanah. Hingga tanahnya banyak.

Nabila bukan sosok anak yang tumbuh tanpa masalah. Orang lain dan tetangganya hanya bisa melihat tanpa mengetahui apa yang Nabila rasankan. Nabila merasa tertekan, Walaupun keluarganya adalah orang berada. Faktanya dari kecil Dia selalu melihat pertengkaran Ibunya dengan Neneknya, yang tidak lain Ibu Ayahnya. Hal itu membuat Nabila kadang merasa mendendam dengan sang nenek atau bahkan sang kakek. Saat Ibunya terang-terangan pergi ke rumah simbahnya. Karena cekcok dengan mertuanya. Nabila kecil dalam gendongan Ayahnya hanya menangis melihatnya dan berteriak minta ikut.

Namun selang dua hari, Ibunya pasti kembali. Simbahnya selalu menasehati Ibunya dengan baik-baik. Hal itu yang membuat Nabila kadang tiba-tiba menangis tanpa sebab. Hingga Nabila kecil pernah mendoakan kejelekan untuk sang nenek maupun kakeknya. Dan jelas, Nabila merasa bersalah saat mengingatnya.

Rasa mendendam Nabila tidak bisa hilang begitu saja. Hingga akhirnya tiba waktunya. Sang Nenek meninggal dunia. Nabila kecil terlihat tetap tidur dipojokan kamarnya. Benar-benar tidak ada kesedihan sama sekali dalam hatinya. Sebegitu dendamnya Nabila saat melihat Ibunya tersakiti. Namun dalam hati Nabila, Nabila berjanji akan tetap mendoakannya.

Tepat kelas satu SMA sang kakek juga menyusul sang nenek, meninggalkan Nabila dan keluarganya untuk selamanya. Nabila melihat sekitar menangis. Namun Nabila tidak menangis sama sekali. Tetangga melihat Nabila seperti sosok yang tidak mempunyai hati. Tanpa mengetahui fakta yang Nabila alami dan rasanya selama ini.

Hingga tetangganya ada yang berbisik.

" Namanya juga anak kecil." Bisik salah satu tetangga.

Tapi tunggu, Nabila bukan anak kecil lagi. Nabila sudah lima belas tahun, bahkan hampir enam belas tahun. Namun memori yang dilihat selama ini, membuat Nabila mempunyai sifat yang tidak mempunyai belas kasihan dan keras. Satu tujuan Nabila. Nabila hanya ingin membuat Ibunya bahagia dan bangga terhadapnya.

Hingga Dia terus berusaha untuk sekolah di Negeri. Sedangkan kakak-kakaknya lebih memilih sekolah dikejuruan dan swasta. Ketekadan Nabila dalam hal tersebut membuat Nabila berhasil mendapatkan sekolah Negeri terus. Begitu juga dengan Sekolah Menengah Atas. Nabila tetap diterima. Walaupun kali ini sangat hampir mengecewakan. Dia diterima dikelas F. Kelas paling akhir karena nilainya standar. Dalam hal ini Nabila masih beruntung. Dia masih diterima di salah satu sekolah favorit dalam kotanya.Walaupun pakliknya sudah kalang kabut. Dan mencarikan sekolah negeri lainnya. Yang tentunya bukan sekolah favorit dalam kotanya.

Walaupun Nabila berada di kelas F. Hal tersebut tidak membuat Nabila menyerah. Karena itu bukan akhir dari segalanya. Nabila tetap merasa optimis. Walaupun serasa otaknya seperti memaksakan diri. Nabila tetap berusaha untuk maju.

Hari pertama seperti biasa masa orientasi siswa. Dimana Dia harus memakai pita merah dirambutnya. Secara Nabila belum berhijab saat sekolah SMA. Dia lebih suka berpenampilan dengan rambut pendek. Hobinya menonton drama Korea, Jepang bahkan Taiwan. Grup band kesukaannya adalah Super Junior. Dan tidak disangka, teman sebangkunya Jayanti juga menyukai hal-hal tersebut. Sehingga Mereka nyambung. Dan Jayanti juga teman SMP Kurnia. Kurnia adalah tetangga dan teman SDnya. Namun SMP-nya Dia satu sekolah dengan Jayanti dan juga Hasan.

" Jadi Kurnia dan Hasan tetanggamu?" Tanya Jayanti.

Nabila menganggukkan kepala. Faktanya Kurnia memang temannya saat SD. Bahkan saingannya dalam rangking dikelas. Kalau tidak Kurnia yang juara satu, ya Nabila yang juara satu.

" Hasan playboy." Ujar Jayanti tiba-tiba. Hal tersebut membuat Nabila terkejut mendengarnya. Secara kalau dilihat aslinya dirumah sebagai tetangga. Hasan seperti anak Mami. Yang kemana-mana selalu dengan Ibunya. Bahkan akhir-akhir ini, Nabila dan Kak Erni selalu menjuluki Hasan dengan sebutan Anak Mami. Setiap Mereka berangkat sekolah, Mereka melihat Hasan diantar Ibunya. Sedangkan Nabila dan Erni naik sepeda. Hal itu membuat Nina dan Erni diam-diam mengoloknya.Nabila yang tidak tertarik dengan Hasan sama sekali, tidak begitu merespon pernyataan Jayanti.

Dan akhir-akhir ini, Nabila kembali terobsesi dengan Bagas, Seperti biasa diam-diam Nabila memperhatikannya. Dia tidak ingin menunjukkan jati dirinya ke Bagas. Bahkan dalam smsnya. Nabila membohonginya, bahwa Nabila sekolah ditempat lain.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!