Di Amerika.
Amanda baru sampai di Amerika satu jam yang lalu, sekarang dirinya sedang istirahat di hotel penginapan.
Teringat bahwa belum menghubungi sang sahabat, Amanda pun bangkit dari atas ranjang mencari ponsel yang masih berada di dalam tas kecil miliknya.
Setelah mendapatkan ponselnya, Amanda langsung melakukan sambungan telepon.
Dering pertama belum diangkat, Amanda mencoba berusaha lagi, dan di dering berikutnya baru terdengar suara seseorang di seberang sana.
"Jefri aku sudah sampai," balas Amanda di sambungan telepon.
"Baik Jefri aku akan datang ke sana," ucap Amanda lagi, yang kemudian langsung mematikan sambungan telepon.
Masih ada beberapa jam untuk bertemu Jefri, Amanda melihat kopernya yang masih tergeletak di lantai dekat lemari, belum Amanda bereskan baju-bajunya.
Tapi badan merasa lelah, Amanda milih kembali tidur lagi, tepat pukul tujuh malam jam Amerika.
Amanda menemui sang sahabat di sebuah klub malam, Amanda sudah tidak lagi terkejut mendengar sahabatnya itu berada di sini, karena dia memang seorang mafia lebih tepatnya bos mafia.
Entah bagaimana ceritanya Jefri bisa bergabung mafia atau bahkan menjadi bos mafia, yang pasti Amanda tidak peduli mau ceritanya seperti apa, yang Amanda tahu Jefri sejak masa kuliah dulu sudah pintar di bidang I T.
Dahulunya Jefri juga seorang Indonesia dan tinggal di Indonesia, namun setelah lulus kuliah, Jefri pindah ke Amerika menyusul sang Kakek yang menetap di Amerika.
Dan kini mobil yang Amanda tumpangi sudah sampai di depan klub malam, Amanda segera masuk ke dalam sana, bersama orang-orang yang juga mau masuk ke klub malam.
Amanda mencari-cari keberadaan Jefri, tapi kesusahan karena di dalam sana banyak orang yang berjoget, serta suara dentuman musik keras, mengganggu telinga.
Memang sih bukan pertama kali Amanda masuk ke klub malam, tapi jarang juga Amanda datang ke tempat seperti ini, datang juga hanya bergabung sama teman-temannya, tidak sampai mabuk, atau bahkan minum alkohol, Amanda tidak pernah.
"Nona Amanda," suara wanita berpakaian jas hitam menepuk lengan Amanda, membuat Amanda langsung menoleh ke arah wanita itu dengan kening berkerut.
"Silahkan Nona, Tuan Jefri sudah menunggu." Wanita itu membuat gerakan tangan mempersilahkan, ke arah pintu sebelah Utara.
Amanda terdiam sesaat seraya menatap pintu sebelah Utara, yang tidak begitu jelas karena terkadang tertutup banyaknya orang-orang.
Amanda berusaha percaya sama wanita yang baru datang memberi informasi itu, Amanda juga sudah sedia pistol, bila wanita itu bohong akan langsung Amanda habisi.
Amanda mengangguk, kemudian mengikuti langkah wanita itu yang terus berjalan menuju pintu Utara, masuk ke dalam sana, dan seketika Amanda melihat sesuatu yang menggelitik matanya.
Jefri sedang berciuman bersama wanita, ada dua wanita yang saat ini tengah menemaninya, Amanda menoleh ke arah lain, dengan umpatan sedikit kesal.
Dasar Jefri! mau pamer apa dia sama aku, batin Amanda yang kesal, baru masuk sudah di suguhi pemandangan seperti itu.
Melihat Amanda yang sudah datang, Jefri meminta dua wanita itu untuk menyingkir.Ibu jarinya mengusap bibirnya dengan gerakan sensual.
"Amanda."
Mendengar namanya dipanggil, seketika Amanda menoleh, di sana sudah tidak ada wanita lagi, hanya Jefri yang duduk sendiri, bahkan empat pria yang mungkin para bodyguard Jefri, juga sudah tidak ada di sana.
Tidak penting untuk Amanda cari tahu kemana mereka pergi, Amanda segera berjalan mendekat, mengambil posisi duduk di depan pria itu dengan meja sebagai pembatas.
Perfek, gumam Jefri.
"Sudah lama kita tidak bertemu, Amanda." Jefri mengangkat satu kakinya bertumpu di kaki satunya, bersandar dengan bibir tersenyum kecil.
"Ternyata kamu masih ingat bahasa Indonesia, hem?" Amanda menaikan satu alisnya.
Jefri terkekeh. "Mana mungkin aku melupakan bahasa negara tempat kelahiran aku."
Amanda mengangkat kedua bahunya.
"Apa lagi melupakan wanita cantik sepertimu, sangat tidak mungkin," imbuhnya lagi lengkap dengan senyum mautnya.
Amanda tidak menanggapi candaan Jefri, ada yang lebih penting membuatnya datang jauh-jauh kemari.
"Jefri."
"Katakan."
Amanda kemudian mulai menceritakan, masalah hidupnya yang saat ini sedang dirinya hadapi, soal Tomi sang suami yang ingin mengambil alih harta milikinya, dan soal uang perusahaan yang sudah sampai ratusan juta digelapkan oleh Tomi, Amanda ingin mendapatkan bukti bahwa Tomi bersalah, namun tidak bisa Amanda lalukan sendiri.
Amanda juga menceritakan bahwa permainan Tomi sangat apik, tidak meninggalkan jejak sama sekali, data-data pengeluaran uang sampai ratusan juta juga tidak ada jejaknya, entah bagaimana pria itu memanipulasi, bahkan rekaman CCTV di ruang Tomi tidak pernah menunjukan gelagat aneh pria itu.
Amanda menghela nafas panjang setelah selesai bercerita, sebenarnya tidak baik menceritakan masalah rumah tangganya pada orang lain, namun mau bagaimana lagi bila musuhnya saja adalah suaminya sendiri.
Amanda hanya ingin menjaga harta yang sudah ia dapatkan dengan susah payah, dan yang pasti Amanda tidak mau kejadian seperti di kehidupan sebelumnya.
Jefri yang mendengar cerita Amanda merasa iba pada temannya itu, baru hanya sekali dengar, Jefri merasa mudah untuk menghabisi pria itu, tapi kan di sana Indonesia, bukan Amerika yang bebas asal membunuh, lagian Amanda hanya meminta untuk mengungkap bukti.
"Tapi bila dalam waktu sedekat ini, aku belum bisa datang ke sana, masih ada masalah klien yang harus aku bereskan."
Amanda mengangguk, tidak masalah baginya bila Jefri belum bisa datang, yang penting pria itu mau membantunya, Amanda sudah bahagia.
"Thank you Jefri." Amanda tersenyum. Senyum yang sangat manis, sampai membuat hati Jefri meleleh.
"Jika begitu aku pamit pulang," ucapnya lagi yang kemudian langsung melenggang pergi, wanita yang tadi mengantar Amanda masuk ke ruangan ini, kini juga mengantar Amanda sampai Amanda tiba di luar dengan aman.
"Terimakasih," ucap Amanda dengan menunduk, wanita itu hanya mengangguk dan mempersilahkan Amanda untuk masuk ke dalam mobil taksi.
Ternyata wanita itu sudah memesan taksi untuk Amanda, setelah mobil yang membawa Amanda pergi, wanita itu kembali masuk ke dalam.
Amanda sekarang sudah merasa lebih tenang, karena akan ada yang membantunya, sembari bersandar di sandaran kursi mobil, Amanda mengusap perutnya yang sudah sedikit menonjol.
Sampainya tiba di hotel, Amanda langsung membersihkan diri lagi, namun saat Amanda mau berpakaian, tiba-tiba perutnya terasa mual-mual yang begitu hebat.
Amanda berjalan cepat masuk ke dalam kamar mandi dan dengan segera memuntahkan isi perutnya.
Sampai berkali-kali Amanda harus muntah-muntah, ini tidak seperti biasanya, Amanda sampai merasa lemas, berjalan saja sampai susah rasanya.
Saat mau melangkah pergi, perutnya kembali mual, Amanda muntahkan lagi. Hah! Amanda benar-benar merasa lemas, mencuci wajahnya, kemudian keluar menuju ranjang dengan sisa tenaganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Riska Fatihica
harus nya si tomi yang mengalami mual...mutah.... biar dia bisa merasakan penderitaan Amanda....
2023-04-02
6
վմղíα | HV💕
kamu harus kuat Amanda ,singkir
kan suami sialan mu itu
2023-03-15
1