Pov Albi
"Maaf saya terlambat tuan Damar" sapa Albi sambil mengulurkan tangannya kepada Damar rekan bisnis Albi.
"Tak masalah tuan Albi, kami juga belum lama sampai Kok" sahut Damar sambil membalas uluran tangan Albi.
Albi sedang melakukan meeting di sebuah restoran yang berada di salah satu hotel milik keluarganya. Albi datang kesitu Sesuai dengan permintaan klien Albi.
Damar menyuruh sekretarisnya untuk mempresentasikan proposal kerjasama yang ia tawarkan kepada Albi.
Damar sengaja menyuruh sekretarisnya berpakaian seksi untuk menggoda Albi. Agar Albi mau menyetujui kerjasama tersebut.
"Bagaimana pendapat anda tentang penawaran dari perusahaan kami tuan" tanya Sekretaris Damar dengan genitnya.
"Tidak, keuntungan yang anda tawarkan kepada saya terlalu sedikit tuan Damar, saya meminta 70% keuntungan untuk saya, bagaimana?" tawar Albi sambil menyilangkan kedua kakinya.
"Bagaimana kalau 60% tuan? " Tawar Damar mengajak bernegosiasi kepada Albi.
Awalnya ia menawarkan keuntungan masing-masing 50% namun Albi menolaknya, makanya ia menaikkan menjadi 60%.
"Iya atau tidak sama sekali" tegas Albi membuat Damar mengepalkan tangannya.
Albi selalu memperhitungkan keuntungan yang ia dapat, karena ia tak mau di bodohi oleh rekan bisnisnya.
Lalu Albi mengambil gelas dan meminum minuman yang sudah di sediakan oleh Damar.
Damar tersenyum sirik ketika melihat Albi meminum habis minuman yang sudah ia sediakan.
Lima belas menit berlalu, Albi mulai gelisah dalam duduknya, dia merasakan panas pada tubuhnya.
"Anda kenapa tuan" tanya Robby Asisten Albi.
"Entahlah Rob, tiba-tiba tubuhku terasa panas" sahut Albi sambil membuka kedua kancing kemejanya.
Damar yang melihat itu langsung memberi kode pada sekretarisnya untuk mendekati Albi.
Sisil yang tak lain sekretaris Damar pun langsung bangkit dan duduk di sebelah Albi.
"Anda kenapa tuan Albi? Apa anda membutuhkan bantuanku" tanya Sisil dengan suara dibuat-buat sambil tangannya meraba dada Albi.
Membuat Albi semakin bergairah, namun Albi tetap mempertahankan kewarasannya.
Brughhh...
Albi mendorong tubuh sisil hingga terdorong kebelakang.
Albi bangkit dari tempat duduknya, dia berdiri sambil menatap tajam ke arah Damar.
"Kita batalkan kerjasama ini" tegas Albi
Setelah itu Albi mengalihkan pandangannya ke arah sang asisten.
"Kau urus sisanya Rob, kau tahu apa yang harus kau lakukan" perintah Albi kepada sang asisten.
"Baik tuan" sahut Robby patuh.
Brakk...
Albi keluar dari ruangan itu sambil membanting pintu.
Dengan langkah gontai Albi masuk kedalam lift dan naik kelantai atas, dia berjalan sambil berpegangan tembok menuju ke kamar yang biasa ia tempati ketika sedang menginap di hotel tersebut.
Sesampainya di depan kamar Albi langsung mendobrak pintu kamar hotelnya.
Dia sudah tidak tahan dengan kondisi tubuhnya yang semakin terasa panas, ia ingin segera mendinginkan tubuhnya.
"Shitt... Sepertinya mereka sengaja memasukkan obat lucnut itu keminumanku" umpat pemuda tersebut.
Namu ketika dia masuk kedalam kamar hotelnya ia justru di suguhkan oleh pemandangan yang membuat gairahnya semakin meningkat.
Seorang wanita sedang terbaring di atas ranjangnya dalam keadaan tak sadarkan diri, entah wanita itu tertidur atau pingsan Albi tak tahu.
Albi berjalan dan melangkahkan kakinya menghampiri wanita tersebut sambil melepaskan seluruh pakaiannya, ia hanya menyisakan ****** ******** saja.
Dia langsung merangkak naik ke atas ranjang dan langsung menindih tubuh gadis tersebut.
Albi ******* bibir gadis itu dengan sangat rakus, Albi yang sudah tidak tahan langsung saja membuka celananya dan langsung melakukan penyatuan.
Gadis itu masih tidak sadarkan diri, sepertinya gadis tersebut dalam pengaruh obat bius.
Pagi hari suara dering ponsel membangunkan Albi yang sedang terlelap sambil memeluk tubuh gadis itu.
Albi meraih ponselnya yang berada di atas nakas.
"Hallo.. Ada apa kau menelponku?" sapa Albi dengan suara serak khas bangun tidur.
"Perusahaan kita yang di Eropa sedang mengalami masalah tuan, beberapa investor menarik uang investasinya dari perusahaan kita" ucap orang tersebut dari sebarang telpon.
"Bagaimana bisa hah" kaget Albi karena pagi-pagi sudah mendapat kabar buruk yang menimpa perusahaanya.
"Saya lagi mencari penyebabnya tuan"
"Baik, kau atasi terlebih dahulu setelah ini aku akan langsung terbang kesana"
Setelah mengucap seperti itu Albi langsung mengakhiri sambungan telponya.
Dengan perlahan Albi bangun dan mendudukan tubuhnya, ia melihat kesamping ternyata gadis yang ia tiduri semalam masih saja terlelap.
Albi menyingkap selimutnya, tanpa di sengaja Albi melihat noda merah yang ada di spreinya.
"Ternyata dia masih perawan" gumam Albi sambil mengusap noda merah itu sambil tersenyum bangga.
Setelah itu Albi berjalan menuju ke kamar mandi dan menghilang di balik pintu.
Albi mulai mengguyur tubuhnya di bawah shower, dia membersihkan tubuhnya dari sisa bekas percintaan semalam.
Setelah di rasa cukup, Albi keluar dari dalam kamar mandi, setelah itu dia langsung memakai pakaiannya.
Albi mengambil ponselnya dan menghubungi Robby asistennya.
"Siapkan pesawatku sekarang juga Rob, kita harus segera terbang ke paris" perintah Albi kepada sang asisten dari sambungan telponnya.
"Baik tuan" sahut Robby, setelah itu langsung mematikan ponselnya.
Albi memasukkan ponselnya kedalam saku jasnya, setelah itu dia duduk di tepi ranjang.
Di belainya wajah gadis itu dengan penuh perasaan.
"Maaf, aku tak bisa menunggumu hingga bangun karena aku harus pergi sekarang juga, aku berharap kamu akan menghubungiku setelah kamu terbangun nanti. Setelah urusanku selesai aku akan langsung mencarimu" ucap Albi sambil menatap wajah gadis itu lalu mencium keningnya.
Sebelum pergi meninggalkan kamar Albi meninggalkan kartu nama serta kalung yang sering ia pakai di atas meja. Tak lupa dia juga meninggalkan pesan tertulis untuk gadis itu.
Albi pergi meninggalkan hotel lalu mengemudikan mobilnya menuju ke bandara untuk terbang langsung ke paris dia harus segera menyelesaikan masalah di perusahaannya.
Albi termasuk pemuda yang sukses di usia muda, ia berhasil merintis usahanya sendiri tanpa bantuan orang tuanya.
Awalnya Albi bekerja di perusahaan Rudi Wijaya milik keluarganya, tapi setelah ia mendapatkan cukup ilmu di dunia bisnis, ia meminta ijin kepada orang tuanya untuk mendirikan perusahaan sendiri.
Albi ingin berdiri di kakinya sendiri tanpa bergantung dengan orang tuanya. Meski tak bisa di pungkiri nama besar ayah serta kakaknya di dunia bisnis tentu sangat memuluskan langkah Albi.
Itu namanya privilege dan Albi mampu memanfaatkan privilege yang ia miliki dari nama besar ayahnya. Arga tak malu mengakuinya karena tak semua orang mempunyai privilege dan mampu memanfaatkan privilage tersebut.
Awalnya Rudi sang ayah melarangnya, karena dia ingin putra bungsunya itu tetap bekerja dan mengelola perusahaan Wijaya bersama sang kakak yaitu Raka wijaya.
Namun Albi terus membujuk sang aya hingga akhirnya Rudi pun mengijinkannya.
Dan sekarang perusahaan New Shapire yang di didirikan Albi sudah berkembang pesat bahkan hampir setara dengan perusahaan Wijaya yang di kelola oleh sang kakak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments