"Masuklah, sampai kapan kamu akan bengong di situ" ucap Albi terkekeh melihat Kay yang begitu takjub melihat kamarnya.
"Ini kamarnya terlalu besar tuan, memangnya tidak ada yang lebih kecil lagi ya" ucap Kay yang baru sadar dari keterkejutannya.
"Tidak ada, kalaupun ada itu kamar pembantu" sahut Albi.
"Kalau begitu saya tidur di kamar pembantu saja tuan" pinta Kay.
"Tidak boleh, aku harus memastikan kenyamanan untuk calon ibu dari anakku" ucap Albi membuat Kay tersipu malu.
Hati Kay rasanya meleot mendengar ayah dari anak yang ada di kandungannya ini begitu memperhatikannya.
"Hai, kenapa wajahmu merah" goda Albi.
"Berhenti menggodaku tuan" ucap Kay mencebikkan bibirnya sebal.
Membuat Albi tertawa puas berhasil menggoda Kay.
"Kamu itu kenapa selalu memanggilku tuan, aku ini bukan tuanmu" kesal Albi.
"Lalu saya harus memanggil anda siapa? Apakah saya harus memanggil anda sayang?" Kay membalas menggoda Albi.
Sekarang giliran wajah Albi yang di buat tersipu oleh Kay.
"Semoga saja anakku yang ada di kandunganmu tidak ikut genit sepertimu" ucap Albi.
"Kenapa tuan mengataiku genit, kan tuan yang memulainya" sahut Kay tak terima.
Albi sengajak mengajak Kay berdebat agar bisa melupakan permasalahannya dengan orang tuanya, meskipun Albi yakin kalau setelah ini Kay akan menangis juga.
"Sudah sana tidur, nanti anakku kaget mendengar ibunya marah-marah" ucap Albi menghentikan perdebatannya dengan Kay.
Kay melangkah mendekati ranjang sambil menghentak-hentakan kakinya.
Albi menggelengkan kepalanya, ternyata pertemuannya dengan Kay tak sekaku yang ia kira, Kay orangnya lucu dan begitu polos membuat Albi nyaman berada di dekatnya.
Albi keluar dari kamar itu dan menutup pintunya.
"Aku harus pulang, pasti mama mencariku" gumam Albi
Albi akhirnya memutuskan pulang kerumah orang tuanya, Albi berencana ingin menyembunyikan masalah Kay dari keluarganya.
la memikirkan cara yang tepat untuk memperkenalkan Kay kepada mamanya nya, ia takut orang tuanya akan murka ketika mengetahui dirinya menghamili anak orang.
Tiba di rumahnya Albi langsung masuk kedalam rumah, seperti biasanya kepulangan Albi sudah di sambut oleh mamanya nya.
"Kenapa kamu baru sampai rumah Al? bukannya pesawatmu sudah landing dari tadi siang" tanya mama Eva penuh selidik.
"Albi tadi mampir ke kantor dulu mom, ada pekerjaan yang mesti Albi selesaikan" sahut Arga terpaksa bohong.
"Sampai kapan kamu akan terus memikirkan pekerjaan Al, kapan kamu akan memikirkan jodohmu, mama juga pengen menimang cucu darimu" selalu itu yang di ucapkan mama Eva , dia terus mendesak putra bungsunya itu untuk menikah.
Dari dulu Eva tak pernah sekalipun melihat putra keduanya itu menggandeng seorang wanita.
"Nanti ma, doakan saja kalau secepatnya Albi bertemu dengan jodoh Albi" ucap Albi.
Tiba-tiba ada gadis kecil mendekati Albi dan memegang tangannya, gadis itu yang tak lain Nayla putri kembar Raka dan Alana kaka Albi.
"Sudah oma, oma nda boleh malahin om Albi telus, kasihan om Albi pasti capek habis pulang kelja" ucap Nayla sok dewasa membuat Eva mendengus.
Sedangkan Albi tersenyum meledek sambil menatap sang mama
Nayla selalu membela Albi, karena tiap kali Albi melakukan perjalanan bisnis pasti dia akan selalu membawa hadiah mainan untuknya.
"Uhhh... Keponakan om memang terbaik, sekarang om ada hadiah untuk Nay" ucap Albi sambil menggendong Nayla.
"Mau.. Mau.. Mau... Mana om hadiahnya" pinta Nayla tak sabaran.
"Sabar sayang, mang Asep sedang mengambilnya di mobil om Albi" ucap Albi.
Sedangkan Alana hanya bisa menggelengkan kepalanya, adik iparnya itu selalu memanjakan putra putrinya, membuat Alana dan Raka selalu berselisih karena hal tersebut.
Alana tak ingin anak-anaknya di perlakukan begitu manja, takut kelak anaknya akan terus bergantung kepada orang tuanya.
"Itu mang Asepnya sayang, om Albi mau mandi dulu" ucap Albi sambil menurunkan Nayla dari atas gendongannya.
Nayla pun langsung berlari merebut mainannya dari tangan mang Asep.
"Jangan marah-marah ma, nanti keriput di wajahmu semakin bertambah" sindir Albi sambil melewati mamanya begitu saja.
"Anak itu selalu saja susah kalau di suruh menikah" gerutu eva.
"Biarkan saja ma, nanti kalau sudah waktunya juga Albi akan menikah" timpal Alana menenangkan mertuanya.
Mereka semua akhirnya masuk kedalam kamarnya masing-masing untuk beristirahat.
***
Sedangkan di ruangan mewah yang kini menjadi kamarnya Kay tidak bisa tidur karena memikirkan keluarganya.
Kay keluar dari kamarnya dan keluar menuju ke balkon yang ada di kamarnya.
Di tatapnya langit yang begitu gelap dan di penuhi kelap kelip bintang yang ada di langit, di langit juga terlihat bulan yang nampak malu-malu memperlihatkan dirinya.
Suasana seperti inilah yang membuat Kay semakin betah berlama-lama menatap indahnya malam.
"Maafkan Kay papa, mama, maaf Kay lebih memilih kandungan Kay dari pada kalian, Kay berharap suatu saat nanti papa dan mama akan memaafkan Kay dan menerima kembali Kay sebagai anak papa dan mama." ucap Kay kepada langit malam sambil meneteskan air matanya.
Berkali-kali Kay selalu meminta maaf kepada kedua orang tuanya.
Sedangkan di kamar Albi selalu memantau Kay dari CCTV yang ia pasang di setiap sudut kamarnya kecuali kamar ganti dan juga kamar mandi.
"Maafkan aku Kay, karena ku kamu menjadi menderita seperti ini. Tapi aku bangga sama kamu karena lebih memilih mempertahankan anak kita daripada orang tuamu sendiri, aku berjanji kepada diriku sendiri akan selalu membahagiakanmu dan juga anak-anak kita nanti" ucap Albi bermonolog.
Albi terus memantau Kay dari layar ponselnya, hingga Kay terlelap barulah Albi mematikan ponselnya dan menaruh ya di atas nakas.
Tak lama Albi juga terlelap karena merasa badannya begitu lelah, dia belum istirahat sejak kepulangannya dari paris, makanya membuat Albi cepat terlelap.
Keesokan harinya pukul 7 pagi Albi mulai membuka matanya, ia langsung turun dari atas ranjang dan berjalan menuju ke kamar mandi.
Tiga puluh menit berlalu Albi menyelesaikan mandinya dan keluar dari dalam kamar mandi.
la menuju ke ruang ganti dan mengambil baju ganti.
Usai selesai semua Albi menuruni tangga dan ngeluyur begitu saja tanpa menyapa keluarganya yang sedang berkumpul di ruang makan.
"Al, kamu tidak sarapan" tanya Rudi papa dari Albi.
"Tidak pa, Albi sedang terburu-buru" sahut Albi tanpa menghentikan langkahnya.
Rudi dan Eva hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya yang tak seperti biasanya.
Biasa Albi akan selalu ikut sarapan pagi bersama keluarganya, ia jarang melewatkan sarapan pagi kecuali kalau bagunnya kesiangan, ia akan sarapan di kantornya
"Anakmu itu dari semalam aneh banget pa" gerutu Eva.
"Memangnya semalam Albi kenapa ma?" tanya Rudi bingung perasaan semalam putranya baik-baik saja.
"Pulang dari paris putramu tak langsung pulang, dia malah ke kantornya" sahut Ev.
"Kamu kek tidak tahu putramu saja ma" ucap Rudi santai.
Semenjak mendirikan perusahaan sendiri Albi memang menjadi lebih sibuk dari sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments