Dan ternyata pernikahan dengan paksaan benar-benar tidak sedikitpun memberikan kebahagian, seperti hari yang sudah Bunga lewati selama satu Minggu pernikahan ini, Rex benar-benar menganggap Bunga hanya orang lain, tidak! itu masih kata yang bagus, Rex menganggap bunga bagai benda tidak kasat mata.
Acuh dan tidak peduli, memang apa yang Bunga harapkan dari pria sombong dan arogan itu, anaknya mendapat pengakuan saja bagi Bunga sudah lebih dari cukup, apa lagi ko berharap perhatian sungguh mana berani Bunga.
Malam ini bunga tubuhnya merasa sangat lelah dan sakit semua, meski sudah menikah menjadi istri CEO sekaligus menantu Presdir, tapi Bunga tetap bekerja di perusahaan itu masih dengan pekerjaannya yang membanggakan dirinya, yaitu sebagai cleaning servis.
Bodoh! kadang kata-kata itu mengejek dirinya sendiri, tapi Bunga tidak berpikir hal itu, yang ia pikirkan ia tetap harus berpenghasilan dan mengumpulkan uang untuk tambah-tambah tabungannya, karena setelah bercerai Bunga merasa membutuhkan.
Cerai dalam setahun, kalimat itu membuat Bunga tetap semangat mengali uang receh. Dengan perlahan Bunga membaringkan tubuhnya di atas ranjang sembari menarik selimut.
Baru saja mau memejamkan matanya, Bunga mendengar suara pintu kamar yang dibuka dengan keras.
Brakk!!
Bunga yang tadi berbaring seketika duduk, dan kini matanya langsung melihat seseorang yang wajahnya terlihat sangat marah.
Bunga tubuhnya kaku ia tidak bisa hanya sekedar menggerakkan tubuhnya, matanya terus menatap Rex yang kini semakin berjalan mendekatinya.
Dia mau apa? mengapa matanya begitu tajam menatap aku? batin Bunga bertanya-tanya, sampai ahirnya Rex melempar sebuah kertas di wajah Bunga.
Deg!!
Bunga terkejut dengan mata membola, sudah merasa takut lebih dulu baru melihat kertas itu belum sampai ia membacanya, Bunga hanya khawatir apa yang menjadi rahasianya diketahui oleh Rex sebelum waktunya, dan sepetinya rasa takut itu menjadi kenyataan saat pria itu bicara keras sampai memekik telinga.
"Kau sudah membohongi aku! Kau sudah membohongi kedua orang tuaku! Itu bukan anakku tapi itu anakmu dengan mantan kekasihmu!"
Tidaaaakkkk! Bunga hanya mampu menjerit dalam hati, saat ini tangisnya yang pilu dan bibirnya terasa terkunci sudah tidak bisa berkata-kata lagi, apa lagi saat merasakan cengkraman kuat tangan Rex di rahangnya, Bunga rasanya sudah pasrah menerima perlakukan kasar Rex.
Pantas, ya. Memang pantas dirinya mendapat perlakuan seperti ini karena sudah berani berbohong mengatakan hamil dengan Rex, padahal yang sebenarnya ia hamil dengan kekasihnya.
Bunga hanya memanfaatkan Rex, menjadikan Rex sebagai ayah pengganti untuk anaknya, karena tidak ingin anaknya lahir tanpa seorang Ayah, itu lah alasannya Bunga harus menjebak Rex malam itu lalu mengatakan hamil dengan pria yang tidak bersalah itu.
Tapi setelah Bunga sudah masuk dalam jebakannya sendiri, ia baru tahu bahwa tidak mudah melabuhi Rex, pria itu sangat pintar, dan satu hal yang Bunga lupakan bahwa Rex bisa melakukan apa pun.
"Wanita tidak tahu diri." Ucap Rex dengan suara dingin dan menekan setiap ucapannya.
Bunga semakin menangis seraya memejamkan matanya, merasakan sakit fisiknya juga batinnya mendengar ucapan Rex barusan. Dan perlahan Bunga merasakan cengkraman tangan Rex mulai mengendur, Bunga mulai bisa bernafas lega dan sedikit terbatuk-batuk.
Kini Bunga melihat Rex, pria itu berdiri memunggunginya, terlihat sesekali Rex mengusap wajahnya dengan kasar seraya membuang nafas berat berkali-kali. Pria itu terlihat sangat frustasi, dan Bunga merasa bersalah dengan hal itu.
Dengan keberaniannya dan sisa tenaganya, Bunga turun dari ranjang lalu mendekati Rex, ini adalah usaha terakhir yang akan Bunga lakukan untuk tetap berada di samping pria itu, Bunga akan lakukan apa pun asalkan mendapat maaf dari Rex, demi anaknya meski harus hidup menderita bersama Rex, Bunga sudah pasrah, hanya demi anaknya sekali lagi Bunga akan berkorban tanpa mementingkan hatinya.
Air matanya sudah mengalir deras di pipi dengan perlahan Bunga membawa tubuhnya meluruh ke bawah lalu memeluk salah satu kaki Rex, pria itu masih berdiri membelakangi Bunga, amarahnya masih berkobar dalam hati, sungguh Rex benci dibohongi.
Suara Isak tangis Bunga semakin terdengar pilu, Rex memejamkan mata sembari meremat jemarinya, menahan diri untuk tidak menendang wanita yang saat ini memegang erat kakinya dengan suara yang terdengar menyedihkan.
"A-aku mi-mintak ma-maaf ... aku me-melakukan ini sungguh karena terpaksa ... aku tidak tega melihat anakku lahir tanpa ayah ... Hiks hiks hiks."
Bunga terdiam lagi sudah tidak bisa melanjutkan kata-katanya, hanya air mata sebagai saksi penyesalannya, namun ucapan Bunga barusan tidak mampu mengetuk hati pria dingin itu.
Rex membalik badan menatap Bunga yang memeluk kakinya, auranya masih marah. "Kau pikir aku peduli, hah!"
"Ahh! Aku mohon tolong maafkan aku ... aku bersalah tolong tetap ijinkan aku menjadi istrimu ..." ucap Bunga disertai tangis yang semakin terdengar pilu, sembari mengeratkan pelukan di kaki Rex.
"Kau!" bentak Rex karena kesal, namun kemudian Rex Frustasi seraya mengacak rambutnya sendiri.
Arghhhh!
Rex menarik kakinya dengan kasar sampai membuat Bunga tersungkur ke depan, Rex pergi dari kamar itu seraya menutup pintu dengan kencang.
Brak!
Rex mau menenangkan diri, tidak ingin amarahnya semakin membuat Bunga tersakiti, dirinya memang kecewa tapi mendengar tangis pilu Bunga membuat Rex memilih pergi.
Setelah kepergian Rex, Bunga menyandarkan tubuhnya ke dinding, air matanya terus mengalir, memikirkan nasib dirinya dan anaknya, sungguh di saat-saat seperti ini Bunga teringat Kevin.
Kekasihnya yang sudah meninggal, yang selalu bersikap baik dan sangat menyayangi dirinya, Bunga hanya bisa berkata seandainya Kevin tidak meninggal, mungkin saat ini dirinya sudah menikah dah bahagia bersama Kevin. Dan tidak akan mungkin merasakan sakit seperti ini.
Mengingat itu Bunga semakin menangis terisak, malam ini baru pertama kalinya melihat Rex semarah itu, dan Bunga tidak tahu keputusan apa yang akan diambil Rex, sungguh saat ini yang semakin membuat Bunga takut bila keluarga besar Rex tahu kebohongannya, sudah dipastikan dirinya akan di usir pikir Bunga.
Malam ini Bunga terus menangis sampai ia tertidur.
Pagi hari Bunga seperti biasa, ia akan bangun lebih dulu, mandi dan bersiap diri untuk berangkat kerja, bekerja sebagai cleaning servis, membuatnya harus berangkat lebih awal.
Bunga yang baru sampai di lantai satu, tiba-tiba mendengar suara Ibu Erasa yang berjalan mendekatinya lalu memeluk pundaknya.
"Bunga kamu sudah bangun, Ibu sudah membuatkan sarapan pagi untuk kamu?" ucapnya lembut seraya mengajak Bunga berjalan menuju meja makan.
Bunga yang pundaknya di peluk Ibu Erasa menoleh menatap Ibu Erasa sembari kakinya terus melangkah.
Aku sudah begitu tega membohongi wanita sebaik Nyonya, batin Bunga dengan tatapan bersalahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Retno Elisabeth
semangat bunga
2023-04-30
0
Ainieee
ksian bungaa smg rex bs mnerimaa
2023-04-15
1
Nci
Baiknya Ibu Erasa yang tidak tau sebetulnya bukan cucunya yang Bunga kandung, rupanya Rex juga tidak memberi tau Ibunya..
2023-03-29
1