Keesokan harinya di kediaman orang tua Kevin.
"Tidak! Kevin Ibu tidak mau merestui hubungan kalian!" ucap Ibu Maya dengan marah menjawab ucapan Kevin yang meminta restunya untuk menikahi Bunga.
Bunga yang saat ini duduk di samping Kevin hanya bisa menundukkan kepalanya seraya meremat jemarinya merasa ketakutan, namun tiba-tiba tangan Kevin menggenggam tangan Bunga seraya berkata, "Aku akan tetap menikahi Bunga, dapat atau pun tanpa restu dari Ibu, selain dengan Bunga, Kevin tidak mau menikah."
"Kevin!"
"Ibu?"
Bersamaan bentak Ibu Maya lagi, Ayah Gading menenangkan istrinya, memeluk Ibu Maya supaya amarahnya mereda, sebagai ayah untuk Kevin dan sekaligus suami bagi Ibu Maya, Ayah Gading dalam posisi sulit saat ini, antara harus memilih kebahagiaan keduanya.
"Ibu? Biarlah Kevin menikahi Bunga, Ibu tidak mau kan melihat Kevin melajang sampai tua, hem?" ucap Ayah Gading dengan lembut setelah Ibu Maya terlihat lebih tenang.
"Tapi Bunga gadis miskin! dia yatim piatu, tidak pantas menikah dengan putra kita Ayah!" bentak Ibu Maya seraya menunjuk Bunga yang saat ini menunduk dalam.
"Jika begitu aku dan Bunga akan kawin lari!" ucap tegas Kevin yang kini sudah berdiri siap melangkah mengandeng tangan Bunga.
"Kevin tunggu, Nak?" sarkas cepat Ayah Gading yang ikut berdiri saat melihat Kevin sudah mau pergi. "Jangan pergi, Ayah dan Ibu merestui hubungan kalian," lanjut ucapnya lagi.
Kevin menatap Ayahnya lalu berganti menatap Ibunya yang saat ini menangis tanpa memberi komentar lagi. Kevin menggenggam erat tangan Bunga seolah mengatakan semua baik-baik saja, tentu Kevin tahu bila saat ini Bunga tengah ketakutan.
Dan setelah pembicaraan hari itu, persiapan untuk pernikahan Kevin dan Bunga langsung di lakukan dan semua persiapan sudah 98%, esok pagi adalah acara ijab Kabul Kevin dan Bunga.
Malam ini Kevin menemani Bunga di minimarket, karena ada sesuatu yang harus Bunga beli.
"Sudah selesai belanjanya?" tanya Kevin saat melihat Bunga sudah keluar dari minimarket.
Bunga menunjukan barang belanjaannya yang artinya sudah, kemudian Kevin dan Bunga pergi dari tempat itu menuju pulang.
Tidak lama kemudian motor Kevin sudah sampai di depan rumah Bibi Eka. Bunga turun dari motor kemudian berdiri di sebelah Kevin yang masih duduk di atas motor.
"Hati-hati ya pulangnya jangan ngebut-ngebut," ucap Bunga yang langsung membuat Kevin mengacak rambut Bunga dengan gemas. Setelah itu Kevin melajukan lagi motonya pergi meninggalkan rumah Bibi Eka.
Karena besok pagi Bunga akan ijab Kabul dan acara itu di rumah Bibi Eka, jadi malam ini Bunga tidur di rumah Bibi Eka.
Bila saat ini Bunga sudah masuk ke dalam rumah, berbeda dengan Kevin yang masih dalam perjalanan pulang.
Kevin menambah kecepatan laju motornya, karena jalanan tidak ramai, saat ini Kevin terbayang-bayang senyum manis Bunga, sampai membuatnya tidak fokus dalam mengendarai motor.
Kevin menambah lagi kecepatan laju motornya dan saat mau berbelok ke kanan hanya mengurangi kecepatannya sedikit namun tanpa Kevin tahu tiba-tiba ada mobil truk dengan laju cepat ingin berbelok ke kiri, dalam keadaan terkejut Kevin tidak bisa mengendalikan sepeda motornya dan ahirnya terjadilah tabrakan.
Aaaaaaa!
Bruk!!
Tubuh Kevin sampai terpental bersama sepeda motornya, sementara mobil truk menabrak pembatas jalan.
Tidak lama kemudian para polisi berdatangan dan mobil ambulan yang terus membawa korban ke rumah sakit.
Berita kecelakaan tabrakan langsung masuk televisi, malam ini juga Bunga yang mendapat kabar dari Ayah Gading bila Kevin kecelakaan, langsung datang ke rumah sakit, dalam perjalanan Bunga sudah menangis terisak membayangkan Kevin yang terluka.
Sampai di rumah sakit Bunga semakin terkejut saat melihat dan mendengar Ibu Maya berteriak memanggil Kevin, yang Bunga lihat baru saja berbicara dengan dokter, Bunga langsung mendekat dan ikut masuk ke dalam, kaki Bunga langsung lemas ambruk di lantai saat melihat tubuh Kevin ditutup kain sampai kepala.
"Kevin jangan mati, Kevin ..." teriak Ibu Maya seraya memeluk jasad Kevin.
Sementara Bunga hanya bisa menangis merasa dunia ini langsung gelap, merasa tidak ada harapan lagi, terus menangis sampai pagi ini tiba saat pemakaman Kevin.
Jasad Kevin baru saja di kebumikan, semua orang yang ikut di pemakaman baru saja pulang, saat ini tinggallah Bunga sendiri di tempat ini, yang terus menumpahkan air matanya di pusara Kevin. Dan setelah merasa lebih tenang Bunga pulang dengan keadaan hati yang hancur.
Bunga kembali tinggal di kost nya, Bunga yang sudah sampai di kost langsung membaringkan tubuhnya, Bunga yang menangis seharian sampai tertidur hingga malam sampai pagi baru bangun.
Selama lima hari Bunga hanya menangis tanpa berangkat kerja, tidak peduli dengan urusan pekerjaan, tidak hiraukan panggilan masuk dari senior, pikirannya masih berduka masih belum terima atas kematian Kevin, semua kenangan manis saat bersama Kevin yang terjalin selama tiga tahun lebih, seolah tinggal kenangan hilang bersama Kevin yang pergi untuk selamanya.
Dan hari ini, tepat di hari keenam kematian Kevin, Bunga sudah sedikit mulai ikhlas, dan memutuskan untuk berangkat kerja lagi.
Pukul setengah tujuh Bunga sudah berangkat, lima belas menit Bunga sudah sampai di tempat kerja.
Bunga langsung mengerjakan pekerjaannya, saat ini tentu mata Bunga terlihat sembap, Bunga terus menunduk tidak mau di lihat-lihat teman-temannya.
Seperti biasanya, pukul delapan pagi semua kerjaan Bunga sudah kelar, Bunga istirahat di kursi belakang pantry, menyendiri sesekali masih menangis.
Pukul sebelas siang seperti biasa tugasnya, Bunga harus mengantar teh dan kopi untuk para pekerja.
Saat ini giliran ruang CEO yang mau Bunga antar kopi, Bunga sudah keluar dari lift dan berjalan ke arah pintu ruang CEO.
Bunga berhenti saat mendengar perdebatan di dalam sana, karena pintu tidak tertutup rapat.
"Aku tidak bisa menikah denganmu, Rex. "
"Kenapa tidak bisa Naumi?" tanya Rex yang tidak ingin kekasihnya Naumi menolak.
"Aku mau mengejar mimpi aku dulu di Amerika, tunggu aku kembali." Ucapnya tanpa bersalah.
"Naumi, Ayah dan Ibuku mendesak aku untuk segera menikah dan miliki anak, kenapa kamu malah memilih impian kamu, apa aku kurang kaya untuk kamu." Ucap Rex lagi yang kesal terhadap penolakan Naumi.
"Maaf Rex, aku sudah lama mendambakan impianku akan terwujud, aku harus pergi." Setelah bicara seperti itu Namun keluar dari ruang kerja Rex, tanpa menghiraukan teriakan Rex yang terus memanggil namanya, karena Naumi harus mengejar waktu jam terbang pesawatnya tujuan Amerika.
Bunga masuk ke dalam meletakkan kopi di atas meja kerja Tuannya, lalu segera pergi dari ruangan tersebut, Bunga yang saat ini sudah berada di dalam lift, pikirannya masih teringat ucapan kedua orang tadi, Bunga seperti memiliki rencana baru, tapi belum yakin.
Pekerjaan masih terus berlanjut sampai tiba sore hari, Bunga harus pulang, namun Senior meminta Bunga untuk pulang malam, dengan alasan besok mau ada rapat pagi-pagi sekali jadi malam ini Bunga harus bersihkan lantai di atas.
Bunga tidak bisa menolak, dan ahirnya tiba waktu malam saat semua karyawan sudah pulang, Bunga membersihkan lantai atas, mulai dari lantai lima belas sampai lantai delapan belas.
Namun saat ini ruang CEO lampu masih menyala, samar-samar Bunga mendengar suara gelas dan barang-barang di banting ke lantai berasal dari ruang CEO.
Bunga mendekat ke pintu mau melihat apa yang terjadi di dalam. Bunga terkejut saat melihat Tuan Rex sedang mabuk terlihat dari botol Alkohol yang pria itu pegang saat ini, sementara di lantai sudah berserakan kaca botol yang dia pecahkan.
Bunga merinding melihat itu, ia lalu ingin pergi dari tempat tersebut, namun saat Bunga mau melangkah pergi tanpa sengaja tangannya menyenggol vas bunga dan jatuh.
Pyaarrrrr!
Bunga terkejut lalu segera memunguti pecahan-pecahan kaca, Rex yang mendengar suara itu mendekati, dan kini ia melihat Bunga yang sedang berjongkok.
"Kau sedang apa!"
"A-aku." Bunga bangkit dengan kepala menunduk.
Namun tiba-tiba Bunga teringat pertengkaran Rex dan kekasihnya tadi siang, entah mendapat keberanian dari mana, perlahan Bunga mengangkat kepalanya dan menatap wajah tampan Rex.
Bunga wajahnya berubah serius seperti bukan Bunga, ia mendekati Rex seperti wanita malam yang suka menggoda, jujur dalam hati Bunga saat ini ia sangat jijik dengan tingkahnya ini, apa lagi malam ini ia akan memanfaatkan keadaan Bosnya yang mabuk untuk menjebaknya.
Namun tekad Bunga sudah bulat, dan akan siap menanggung segala konsekuensi.
Rex yang sudah mabuk berat tidak bisa membedakan wajah kekasihnya atau orang lain, saat ini Bunga sudah merayu Rex dengan sentuhan-sentuhan lembut jemarinya.
Rex yang melihat Bunga adalah Naumi langsung membawa Bunga masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Naumi," bisik Rex tepat di telinga Bunga sembari tangannya liar mulai menyentuh.
Dan malam ini mereka melakukan hal terlarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Retno Elisabeth
nekat jg bunga
2023-04-30
0
Berdo'a saja
ow ow ow kenapa begini ceritanya
2023-04-08
1
Nci
Nekat juga Bunga menjebak Rex 🫢
2023-03-29
1