Tiga Minggu kemudian.
"Maaf Tuan, saya hamil," ucap Bunga lirih dengan kepala menunduk dalam, setelah memberikan selembar kertas dari hasil pemeriksaan dari rumah sakit.
Rex membacanya dan seketika pria itu marah dan membanting kertas itu. Membuang nafas berat seraya mengusap wajahnya dengan kasar.
Sekarang pikirannya buntu, Rex masih belum bisa menerima bila wanita yang bekerja sebagai cleaning servis di perusahaannya kini tengah hamil anaknya.
Sebisa mungkin Rex akan menolak, dan berpikir akan tetap memiliki anak itu tanpa harus menikah.
"Aku sudah punya kekasih jadi aku tidak bisa menikahimu."
"Tuan harus menikahiku," sarkas cepat Bunga tidak terima dengan penolakan Rex.
"Anak ini adalah anak Tuan, bagaimana bisa Tuan tidak mau menikahi saya!" ucap tegas Bunga seraya menunjuk perutnya yang masih rata.
Rex membuang nafas berat. "Aku cukup memberimu uang, tanpa harus menikah denganmu, dan anak itu tetap menjadi milikku," jawab enteng Rex tanpa pedulikan perasaan Bunga.
Bunga terkekeh seraya menangis mendengar ucapan Rex, sakit itu yang dirasa sekarang.
Bunga membuang nafas panjang berusaha menguasai diri supaya emosinya tidak meledak.
"Tuan yakin tidak akan menikahi saya?" tanya Bunga memastikan, dan langsung dijawab cepat oleh Rex.
"Of course." Rex tersenyum sinis, dalam hatinya hanya Naumi lah yang pantas menjadi istrinya, sementara untuk Bunga, Rex hanya beranggapan wanita itu lemah dan tidak akan bisa menekan dirinya.
Namun sepertinya pikiran Rex yang mengatakan Bunga wanita lemah itu salah, entah mendapat keberanian dari mana tiba-tiba Bunga berubah marah dan berteriak seraya berkata dengan mengancam.
"Tuan harus menikahi saya! Tuan akan tahu apa yang bisa saya lakukan demi anak saya, dan saya akan pastikan saat nanti saya kembali ke sini, Tuan pasti sudah menyetujui pernikahan ini, bila tidak, Tuan dan sekeluarga akan menanggung malu!"
Selesai bicara Bunga langsung pergi dari ruang kerja Rex, sementara pria itu langsung menatap tajam ke arah Bunga yang sudah pergi.
Brak! Rex memukul meja kerjanya dengan marah. Menggelengkan kepala cepat dengan terus berpikir Bunga tidak akan bisa berbuat apa pun.
Sementara Bunga yang saat ini sudah naik ojek motor entah tujuan mau kemana, ingatannya masih terbayang kejadian tadi saat dirinya berteriak marah.
Bunga jelas ingat betul saat tadi kakinya sudah gemetar, hatinya juga takut melihat tatapan menusuk Rex, tapi tidak menyangka bibirnya bisa berkata selantang itu.
Tidak lama kemudian ojek motor yang Bunga tumpangi sudah sampai di depan rumah bangunan mewah.
Bunga berdiri sendiri seraya memandangi gerbang bangunan mewah itu, Bunga kembali menangis, memejamkan matanya seraya menguatkan diri sudah bulat tekatnya untuk melanjutkan niatnya.
Bunga menghapus air matanya dengan kasar, setelah itu memencet bel rumah, sesaat kemudian satpam penjaga gerbang menghampiri, Bunga mengatakan mau bertemu dengan Nyonya pemilik rumah, Satpam minta Bunga untuk menunggu.
Tidak berselang lama satpam kembali dan meminta Bunga untuk masuk ke dalam.
Bunga diantar satpam sampai di depan pintu ruang tamu, di dalam sana sudah ada Nyonya Erasa dan Tuan Ciko selaku Presdir di perusahaan tempat Bunga bekerja.
Deg! Bunga terkejut dan semakin dilanda ketakutan, ingin mundur tapi sudah terlanjur sampai di sini, tidak ada pilihan lain, Bunga meyakinkan hatinya semua ini demi anaknya.
"Masuklah, Nak?" ucap ramah Nyonya Erasa, namun Tuan Ciko tetap diam dengan aura tak terbaca.
Bunga masuk lalu duduk setelah mendapat perintah, Bunga menunduk belum berani berkata sejujurnya, masih mengumpulkan keberaniannya, apa lagi di depannya ada Presdir, Bunga harus hati-hati dalam menyampaikan.
"Ada apa, Nak? Kenapa kamu bisa datang kemari?" tanya Nyonya Erasa lagi, dirinya tahu bila Bunga adalah karyawan cleaning servis di perusahaan suaminya, karena paham dengan seragam kerja yang Bunga pakai saat ini.
Mendengar pertanyaan Nyonya Erasa barusan, perlahan Bunga mengangkat kepalanya dengan sedikit keberanian Bunga menatap wajah Nyonya Erasa dan berganti menatap wajah Tuan Ciko.
"Nyo-nyonya, Tu-tuan, sa-saya mi-minta ma-maf," ucapan Bunga terhenti, bibirnya bergetar sulit untuk menyampaikan yang saat ini semakin deras menangisnya.
"Sa-saya hamil anak Tuan Rex, Nyonya Tuan," ucap Bunga ahirnya, yang langsung menunduk tidak berani menatap dua orang di depannya itu, ada perasaan lega sudah mengatakan, tapi ada perasaan takut bila kedua orang tua Rex juga akan menentangnya.
Deg! Nyonya Erasa terkejut sampai berpegangan tangan Tuan Ciko, Tuan Ciko yang sedari tadi diam ahirnya memberi komentar.
"Apa kamu punya bukti, anak muda?"
Bunga langsung mengambil foto di dalam tasnya, lalu menunjukan pada Tuan Ciko.
Sebuah foto USG dan surat keterangan kehilangan dari dokter, Nyonya Erasa yang ikut membaca seketika menangis, sementara Tuan Ciko hanya bisa diam.
Setelah mengatakan semua yang menjadi tujuannya datang kemari, Bunga pergi dari rumah tersebut dan kembali ketempat kerja.
Saat ini Bunga duduk di kantin perusahaan untuk makan siang, sembari mengunggah foto malam itu bersama Rex yang ia ambil dari rekaman CCTV, malam itu Bunga bertindak cepat sebelum Rex menghapus rekaman CCTV.
Bunga tersenyum setelah foto tersebut berhasil ia unggah di sosial media melalui aku palsu.
Di ruang CEO, Rex yang baru saja di telfon ayahnya dan dimarahi habis-habisan kini malah menemukan fotonya bersama Bunga beredar di sosial media.
Brak!
Sial!
Rex menggebrak meja seraya mengumpat, benar-benar tidak terfikir bila Bunga akan bertindak sejauh ini untuk menekan dirinya supaya mau menikahi Bunga.
"Semua foto sudah saya amankan Tuan," ucap Zee sekertaris Rex.
Namun sebelum foto Rex dan Bunga di hapus dari sosial media oleh Zee, Tuan Ciko lebih dulu melihatnya, dan saat ini kembali menelpon Rex.
Rex malas mau mengangkat hp nya namun terpaksa tetap ia angkat.
"Kamu harus tanggung jawab Rex! Ayah malu dengan perbuatanmu!" bentak Tuan Ciko di sambungan telepon yang kemudian langsung dimatikan secara sepihak, membuat Rex tidak bisa mengelak.
Bila sudah seperti ini Rex tidak ada pilihan lain selain menuruti kemauan Bunga.
Karena marah Rex membanting hp nya sampai remuk tidak bisa digunakan lagi.
Waktu terus berputar, hari semakin berlalu, dua hari setelah kejadian itu, tepat hari ini Rex dan Bunga tengah menikah.
Pernikahan yang digelar secara sederhana, hanya dihadiri keluarga saja, Bibi Eka dan suaminya juga hadir.
Rex dan Bunga habis menyelesaikan ijab qobul, saat ini menyalami kedua orang tua Rex dan selanjutnya menyalami keluarga yang datang.
Acara pernikahan sederhana itu cukup satu hari saja, tidak sampai malam.
Malam ini Bunga melewati malam pengantinnya sendiri, karena Rex yang sudah berstatus suaminya pergi keluar entah kemana sejak sore tadi, dan sampai malam belum kembali.
Maaf aku telah berkhianat padamu Kevin, tapi ini semua demi anak kita, gumam Bunga dengan menangis.
Sementara itu kedua orang tua Kevin yang tidak tahu pernikahan Bunga ini, karena pernikahan ini tertutup dan Bunga tidak mengundangnya. Mereka juga tidak peduli, karena dari awal memang tidak merestui hubungan Bunga dan Kevin, bahkan sejak Kevin meninggal juga tidak mencari Bunga untuk sekedar menanyakan calon cucu yang masih berada dalam kandungan Bunga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ainieee
waah bunga brani skaliii
2023-04-13
1
ossy Novica
apa mungkin nanti Bunga keguguran secara kalo dia nanti melahirkan bulannya tak cukup trus test DNA ketauan nantinya
2023-04-06
1
Nci
Kamu tidak takut Bunga jika suatu hari keluarga Kevin akan membongkar rahasia kehamilan Bunga yang sebenarnya anak Kevin, licik juga kamu Bunga 🫢
2023-03-29
1