...Moment...
...|Part 04|...
...Happy reading...
...[•]...
“Ajeng nggak ikut mas?” tanya Linda sembari mengudap kacang goreng yang ia ambil dari dalam toples kaca.
“Mamanya lagi dirumah. Kayaknya mereka tadi tidur pas mas kesini.” kata Atan, turun dari meja kokoh setelah membenarkan plafon rumah yang semalam jebol di sruduk tikus. Memang ya, kekuatan tikus jaman sekarang itu, udah ngalahin kekuatan palunya Thor.
“Mas udah sarapan? Ibu masak rawon lho.”
“Udah. Tadi mbak mu masak oseng tempe dirumah.” Jawab Atan tanpa berfikir panjang. “Ya nanti kalau lapar makan lagi.” lanjutnya tidak ingin membuat adiknya kecewa.
Sejak menikah dengan Atan, Tyra memang berubah menjadi wanita sederhana, bijak dalam mengolah uang dan waktu, dan yang paling membuat Atan semakin mencintai perempuan itu adalah, Tyra yang tetap produktif mengurus butiknya yang tidak pernah sepi pembeli dan orderan, meskipun sedang mengandung anak kedua mereka
Oke, kembali ke cerita Linda.
“Gimana kerjaan kamu, dek?” tanya Atan ingin tau. Karena terakhir Atan mendengar Linda harus di tugaskan luar kota dalam kurun waktu yang cukup lama.
“Ya gimana lagi, mas. Linda juga nggak tau harus kerja apa kalau berhenti jadi budak korporat.”
Atan tertawa. Adiknya itu sering mengeluh capek padanya.
“Ya di syukuri aja. Diluar sana banyak yang nyari-nyari kerjaan. Kamu yang udah dapat ya kudu bisa menikmati, menjalani dengan tulus. Biar jadi berkah.” tutur Atan pada sang adik.
Lalu, dia mengingat sesuatu.
“Oh ya, dua hari lalu kamu ngaterin Retno ke bandara?”
Linda mengerutkan kening. Mereka memang sudah loss kontak setelah pertemuan sore yang menurut Linda sangat memalukan itu. Linda seperti tidak lagi berusaha ingin tau dan penasaran dengan keadaan Retno. Dia tidak mau dikatakan kepo sama bibir lemes nya Retno.
“Bandara?”
Sekarang justru Atan yang mengerutkan keningnya.
“Lho, kamu nggak tau? Dia nggak bilang sama kamu?”
Linda hanya diam menyimak sambil menggeleng, menunggu kelanjutan kalimat Atan yang memuat informasi mengejutkan tentang seorang Retno.
“Lho,” bingung Atan, menatap Linda yang sepertinya juga terkejut dengan berita yang ia sampaikan. “Dia berhenti dari butik Tyra juga. Balik Kalimantan dia. Katanya disuruh bapaknya.”
Satu dentuman menerjang hati Linda dengan sangat keras. Rasa ngilu menyusul. Retno kembali ke Kalimantan? Tanpa sepengetahuannya? Bahkan sampai pamit berhenti bekerja. Apa ini karena dia? Atau lebih tepatnya karena ucapan Linda sore itu yang bilang jika dia kecewa pada Retno.
“J-jadi, dia balik Kalimantan?” tanya Linda dengan ekspresi kacau yang sudah tidak lagi bisa digambarkan. Tidak sedikitpun memperlihatkan raut tenang.
Atan mengangguk. “Kalian ada masalah?” tanya Atan yang memang tipikal orang peka.
Linda menunduk, menatap jari-jari tangannya yang sudah meremas tepian kaos oversize yang ia kenakan, yang mana merupakan pemberian Retno. Sial! Hatinya mengapa sakit sekali?
“Kami, sudah putus tiga hari yang lalu, mas.” jujur Linda pada akhirnya. Padahal dia tidak ingin Atan tau tentang ini. Tapi, sepintar-pintarnya seseorang menyembunyikan bangkai, baunya pasti akan tercium juga. Linda menebak, pasti Tyra memberitahu Atan.
“Kenapa?”
Putus? Kenapa?
Pertanyaan yang selalu ingin dihindari Linda. Tapi entah mengapa, didepan Atan Linda selalu tidak bisa menolak bicara. Dia pun menceritakan semuanya secara detail kepada Atan. Tentang isi pesan itu, tentang kecurigaannya, dan tentang penjelasan Retno yang selalu ia tampik dan tolak mentah-mentah. Linda merasa sakit hati dan dikhianati, itulah alasan mendasar mengapa dia tidak mau menerima penjelasan Retno yang mungkin saja benar adanya.
Atan menghela nafas. Linda memang tipikal keras kepala seperti Tyra, namun level ke-keras kepala-an Linda nyatanya lebih akut.
“Kamu nggak akan berhasil menjalin hubungan kalau sikapmu seperti itu, Lin.” kata Atan setelah kembali dari dapur dan mengambil air minum dari dalam kulkas. “Retno itu orangnya baik.” lanjutnya yang kini membuat Linda menyesali keputusan yang ia buat. “Tapi ya mau bagaimana lagi. Semua sudah menjadi keputusanmu, kan? Jadi lanjutkan hidupmu. Jangan putus asa atau kecewa dengan semua yang kamu pilih.”
Tidak ada sahutan apapun dari pihak Linda.
“Mas mau jemput ibu dulu. Langsung balik juga, biar ibu sekalian main sama Ajeng. Nanti malem kalau Ajeng nggak rewel mas kesini lagi sambil anterin ibu.”
Linda hanya mengangguk. Mengantar Atan meninggalkan rumah kemudian masuk kembali dan mengunci pintu. Linda teringat akan pesan Retno dua hari lalu yang dia abaikan. Setelah mendengar Atan berkata jika Retno adalah pria yang baik, ada sebesit rasa bersalah menggelayuti hatinya.
Linda meraih ponsel yang sedari tadi nyaman di meja nakas sebelah ranjang. Dengan gerakan cepat dia mencari pesan Retno yang sudah tertumpuk banyak sekali pesan dari rekan kerja atau temannya kuliah dulu.
Dan saat menemukan nama itu, hati Linda seperti disayat belati tajam yang membuatnya ngilu. Perih dan sakit bukan main secara bersamaan ketika melihat foto profil yang sebelumnya menggunakan foto mereka berdua, kini berubah hanya dengan gambar default abu-abu.
Mengesampingkan semua rasa sakit itu, Linda menempelkan jarinya pada layar, dan muncullah ruang obrolannya bersama Retno. Dua pesan ternyata sudah dihapus tanpa sempat ia baca, dan satu pesan tertinggal itu yang langsung berhasil membuat Linda terisak.
Selamat tinggal, Lin.
Hanya itu, ditutup dengan namanya dan ternyata sangat menyakitkan. Selama pacaran, Retno tidak pernah memanggilnya dengan nama, tapi pesan ini menunjukkan dengan sangat nyata jika mereka sudah seharusnya memang tidak ada hubungan apa-apa lagi. Namanya disebut dengan jelas dalam ketikan itu.
***
“Kenapa kamu tiba-tiba mau ayah suruh pulang dan ikut ngurus bisnis ayah?” tanya pak Kurniawan kepada putra bungsu yang selama ini selalu menolak permintaannya. Dan sekarang, tidak ada angin berembus membawa kabar, Retno tiba-tiba pulang dua hari lalu, lalu berkata jika bersedia untuk membantu sang ayah mengurus bisnis tambak dan unggas yang sudah berjalan hampir dua puluh lima tahun itu.
Retno hanya mempertahankan ekspresi datar diwajahnya yang begitu mirip dengan si ayah, lalu menoleh sedetik untuk melihat eksistensi Kurniawan yang sedang melihatnya mengaduk pakan yang siap disebar untuk ikan di salah satu kolam besar berisi bibit ikan nila.
“Memangnya ayah mau Retno nggak pulang dan memilih hidup di ibu kota sana?” cebik Retno yang masih didengar dengan seksama oleh pak Kurniawan.
“Mau kamu dulu kan memang begitu?” sahut Kurniawan tidak tinggal diam. Dia masih ingat betul bagaimana cara Retno menolaknya yang meminta putranya itu pulang, dulu. Retno selalu bilang jika hidup di ibukota itu lebih cocok dengannya yang tidak suka hidup terkurung suntuk di dalam rumah seperti burung yang di kurung dalam sangkar.
“Ya itu kan dulu, ayah.” elaknya mencoba membela diri sendiri. “Sekarang Retno sudah tua. Retno juga harus memilih tempat yang tepat untuk ditinggali. Dan sadar kalau disinilah memang seharusnya Retno berada.”
Kurniawan tidak menyangka jika putranya akan bicara sedewasa ini. Padahal, sebulan yang lalu juga masih kucing-kucingan kalau disuruh pulang. Kenapa jerapah bisa tiba-tiba jinak dalam kandang begini?
“Disana juga kerjaan Retno nggak kayak dulu. Ya meskipun Tyra tetap kasih gaji gede ke Retno, tapi rasanya kayak ada yang kurang.” lanjutnya sentimentil, kemudian dia berdiri. Tubuh jangkungnya sekarang bergerak membawa seember besar pakan ikan dan mulai menyebar ya kedalam kolam pertama. “Retno juga nggak pingin tinggal disini saja setelah nikah nanti.”
Mendengar itu, Kurniawan jadi ingat satu hal.
“Oh, bagaimana kabar Linda? Lama ayah tidak mendengar kabar hubungan kalian.”
Retno yang tadinya giat menebarkan pakan, kini menggantung lengannya diudara. Pada akhirnya tanpa sengaja dia mengingatkan ayahnya tentang hubungannya dengan sang mantan kekasih.
“Kapan kamu bawa kami bertemu orang tuanya, nak?”
Sebuah pukulan telak membuat Retno sadar jika seharusnya dia tidak mengusung topik tentang pernikahan, tadi.
Sekarang, dia pusing lagi memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan jika pertanyaan seperti ini terucap dari anggota keluarga lain? Tidak mungkin dia berbohong karena itu akan membuat mereka semua akan berharap padanya dan ... Linda.
Lengan Retno jatuh dan terjun bebas di samping tubuhnya. Senyuman getir terbentuk di bibirnya. Lalu, dengan gerakan perlahan dia menautkan manik matanya dengan manik mata sang ayah dan berkata,
“Kami, sudah sepakat untuk menyudahi hubungan kami, yah.” []
...To be continue...
###
Maaf kemarin nggak update karena Authornya harus setor muka ke mertua. 🤭
Jangan lupa dukung MOMENT dengan cara Like, komentar, dan subscribe. Atau bisa juga dengan cara memberikan hadiah, vote untuk Linda×Retno ya ... 🥰
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
yumin kwan
kasihan jerapah....
masih cinta...tp apa mau dikata 😪
2023-02-19
1
Putu Suciptawati
selipin sedikit cerita keluarga kecil atan tyra kak thor
2023-02-19
1
VizcaVida
Astagah Typo 🤦🏻♀️
2023-02-19
0