Kelima

“Yup !! 100 buat Felitha !! Iya, mereka berlima itu kembar. Yang pertama itu Kak Alto yang pakai penutup mata, kedua Kak Adnan yang pakai alat bantu pendengaran itu, ketiga Kak Arjun, terus Kak Altan, terakhir Kak Arya.”

Felitha menganggukkan kepalanya, pantas saja mereka semua berawalan huruf A untuk nama depan mereka, kecuali untuk Damar.

“Ada lagi yang mau ditanyain ??”

“Itu aja kak..”

Damar mengangguk lalu menyerahkan sebuah kertas yang sepertinya sesuatu yang penting untuk Felitha sendiri, gadis itu menerima secarik kertas itu dari Damar dan membukanya. Benar saja isinya adalah beberapa jadwal yang harus dia lakukan, dan Felitha sedikit terkejut, karena ternyata jadwalnya tidak begitu padat, dan bahkan hanya sedikit saja.

“Itu tugasnya selama kamu disini.”

“Ini.. Cuma segini kak ?? aku kira bakalan padat kaya pas di rumah sakit.”

Damar tertawa kecil, dia tahu jika di rumah sakit kebanyakan yang dirawat adalah pasien anak-anak atau orang yang sudah sangat tua, jadilah jadwal perawat disana sangat padat dan begitu banyak. Tapi disini, dia merawat lelaki dewasa yang sebenarnya masih mampu dan kuat meskipun dengan segala keterbatasan fisik yang mereka miliki.

“Gak bakalan padat, malah mungkin tugasmu bisa berkurang lagi, soalnya mereka tipe yang mandiri dan gak suka di layani. Tapi Mama khawatir sih, makanya masih nyewa perawat.”

Felitha terkejut bukan main, dengan tugas yang sedikit dan mendapatkan gaji yang cukup besar ?! astaga mimpi apa Felitha semalam, entah mau berekspresi apa atau bertingkah seperti apa, dia juga tidak tahu, tapi yang jelas pasti ada tantangan tersendiri di tugas ini.

“Tapi.. kenapa gajinya begitu besar kak ?? Bukankah biasanya gaji besar pasti pekerjaannya berat.” Ujar Felitha bertanya, dan itu membuat Damar tersenyum puas, ternyata mamanya tidak salah memilih perawat, selain cantik, Felitha juga sangat cerdas karena tidak terpaku pada gaji melainkan pada pekerjaan dan tugasnya.

“Memang tugasnya sedikit.. Tapi, kamu lihat bukan ?? tingkah dan perilaku mereka itu dingin dan cuek banget, gak ada seorang perawat yang betah. Ditambah Kak Alto sama Kak Altan kalau ngomong asal ceplos, banyak yang gak kuat sama perilaku mereka.” Penjelasan Damar cukup membuat Felitha puas, gadis itu menjadi sedikit tertantang dengan adanya perilaku yang berbeda dari mereka. Selama ini, Felitha hanya menangani anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik tapi memiliki karakter yang cukup mudah untuk dipahami.

“Nah, kalau misalnya. Kak Damar ngasih tantangan buat Felitha, siap gak ??”

“Apa itu kak ??”

“Mereka berlima itu sifatnya dingin dan acuh, karena perlakuan orang-orang diluar. Ya, kamu tahu, kan gimana orang-orang kalau ngelihat seorang penderita disabilitas. Nah Kak Damar pengen, Felitha bisa merubah perilaku, dan juga cara pandang mereka terhadap diri sendiri.”

Sekarang barulah, Felitha mengerti kenapa kelima lelaki itu terlihat cuek dengan kehadiran Felitha, dan hanya sebatas mempertanyakan mengenai keberadaannya,tidak ada satu dari mereka yang mencoba menyapa, atau setidaknya tersenyum ramah seperti yang Damar lakukan padanya. Miris memang, banyak Felitha mendapati orang-orang penderita disabilitas itu mengalami pembullyan dan bahkan menjadi korban kejahatan karena dianggap lemah atas keterbatasan fisik mereka.

Felitha menjadi merasa kasihan, beberapa penderita disabilitas bahkan memandang diri mereka sebagai sampah yang tidak berguna hanya karena kekurangan secara fisik. Dia jadi memahami perasaan orang-orang yang dijauhkan dan bahkan diacuhkan oleh masyarakat dan menjadi berbeda dari yang lain. Dengan mantab, Felitha mengangguk dan tersenyum.

“Aku akan berusaha, Kak Damar. Aku akan mencoba untuk merubah perilaku mereka.”

Kata-kata dari Damar selanjutnya, membuat Felitha kaget sekaligus merasa sangat diandalkan.

“Aku percaya padamu, Felitha.”

 

 

Gadis itu memandang langit kamarnya sendiri, beristirahat setelah selesai menata barang-barangnya di kamarnya sendiri. Terigat akan pesan dan juga ucapan Kak Damar membuat Felitha berfikir apakah separah itu karakter dari kelima saudara lelaki kembar itu, hingga Nyonya Cantika dan juga Tuan Tirta mencari seorang perawat untuk mereka berlima.

Tapi Felitha tidak akan gentar, dia akan berusaha untuk tetap bisa meraih kelima lelaki kembar itu agar mereka menjadi lebih baik dan juga terbuka. Dari yang dia lihat sosok yang benar-benar dingin dan juga cuek adalah Alto dan Altan. Ketiganya masih terlihat normal saja, hanya mungkin merasa malu, karena mereka sudah besar dan mereka mendapatkan seorang perawat perempuan.

“Aku.. yakin.. tidak !! Aku harus yakin !” Ujar Felitha pada dirinya sendiri, meyakinkan jika dia mampu untuk bisa melalui tantangan yang berikan oleh Kak Damar kepadanya.

Tok..tok….tok..

Mendengar sebuah suara ketukan, membuat Felitha sedikit terkejut, siapa yang mengetuk pintu kamarnya saat seperti ini,mungkinkah Kak Damar, atau…?? Ah sudahlah, lebih baik dia membuka pintu kamarnya, dan tidak membuat seseorang di balik pintu itu menunggu lama.

“Iya ??”

“Maaf menganggu, Felitha ya ??”

Seorang perempuan mengenakan pakaian pelayan datang mengetuk pintunya dan berbicara dengan sopan kepadanya. Felitha berfikir, akhirnya muncul juga sosok seorang pelayan disini. Padahal sejak awal datang seakan tidak ada seorang pelayan atau pembantu rumah tangga disini, dan itu membuat Felitha bingung. Bagaimana rumah sebesar ini tidak memiliki pelayan satupun ?? dan kini terjawab sudah pertanyaan Felitha dalam hatinya.

“Iya.. benar.”

“Salam kenal, aku adalah Grace, pelayan di rumah ini. Maaf menganggu, tapi Nyonya Cantika menyuruh saya untuk mengajak anda turun dan makan malam bersama.”

“Eh ?? ta-tapikan aku hanya perawat disini..”

“Aku juga kurang tahu, aku hanya menyampaikan perintah.”

Felitha merasa begitu ragu dan bingung, masa iya, dia harus ikut acara makan malam keluarga majikannya sendiri ?? Oh Tuhan !! Felitha tidak mau atau tidak pernah suka jika merasa di istimewakan tanpa status seperti ini.

“Bo-bolehkah aku menolak ?? aku malu…” Lirih Felitha dengan suara perlahan, Grace sedikit terkekeh pelan dengan suara Felitha yang seperti merajuk itu.

“Kenapa lama sekali, Grace ??”

Tiba-tiba suara Damar terdengar, rupanya lelaki itu menyusul Grace untuk memastikan jika pelayan itu memanggil orang yang benar, mengingat terkadang pelayannya yang satu itu sedikit ceroboh dan juga pelupa. Damar mendekati kedua perempuan itu, Felitha yang masih berada di kamar dengan kepala nya saja yang keluar.

“Nah, Felitha. Ganti baju kamu, dan kita akan makan malam !!” Ujar Damar dengan riang seperti biasanya, Felitha mencoba menggelengkan kepalanya.

“A..Aku akan membuat mie instant saja, Kak nanti malam.”

“Gak, gak, gak, gak !!” Damar menggelengkan kepalanya.

“Kamu ganti baju dan kita akan makan malam, kamu juga Grace, ganti baju. Ayo semuanya, kita makan !!!”  Damar menunjuk Grace dan kemudian mengajak keduanya untuk makan malam.

“A..Aku tuan ??” Grace menunjuk dirinya sendiri dengan sedikit tidak percaya, dan bingung.

“Ish, di bilangin jangan panggil tuan, aku masih muda. Kalau Cuma kita, panggil kak aja.” Ujar Damar sedikit menjitak kepala Grace tapi tidak sakit, karena niat Damar hanyalah untuk mengutarakan rasa gemas saja, bukan emosi.

“Udah, intinya aku kasih waktu buat ganti baju dan siap-siap. Kalau gak aku seret kalian secara paksa.”

“I..iya Kak Damar.”

 

 

Terpopuler

Comments

Indah Batam

Indah Batam

Seru Thor🥰🥰. jangan lupa mampir di lapak ku ya. semangat 💪💪

2023-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!