“Nah, kita sampai !!”
Mobil mereka memasuki sebuah halaman yang cukup luas dan besar, Felitha terpesona akan kemegahan rumah milik Keluarga Sagara, rupanya tidak jauh berbeda dari yang muncul pada berita di handphone, rumah berwarna putih yang sangat megah, besar, dan mirip seperti istana ini tampak sangat mengaggumkan.
Damar kemudian memarkirkan mobilnya pada halaman yang berada dekat dengan pintu masuk, lelaki itu kemudian menoleh menyadari jika Felitha masih sibuk mengaggumi hingga tidak menyadari jika mobil mereka sudah sampai pada tujuan. Hal itu membuat Damar sedikit geli karena perilaku Felitha sangat mirip seperti anak kecil yang diberikan sesuatu yang indah dan bagus. Damar kemudian menyentuh pundak Felitha, untuk menyadarkan gadis itu jika mereka sudah sampai.
“Ehm.. Felitha~”
“Eh ?? i..iya ??”
“Kita udah sampai lho, gak mau turun ??”
“E..Eh.. maaf tuan.”
“Lha, kan panggil tuan lagi. Jangan tuan, kak aja. Aku masih muda lho.”
“E..eh iya maksudnya, iya kak.. hehehe..”
Dengan canggung dan penuh rasa malu, Felitha keluar dari mobil menutupi wajahnya yang memerah malu, karena ketahuan sudah menganggumi rumah milik bos barunya itu. Sementara Damar yang mengetahui tingkah dari Felitha justru tertawa geli, karena gadis itu benar-benar lucu.
“Astaga.. Lucu sekali tingkahnya, rumah ini akan semakin menyenangkan dengan kedatangan Felitha.” Sembari melepaskan sabuk pengaman, Damar sudah bisa membayangkan jika kehadiran Felitha bisa sedikit membantu kakaknya yang dingin dan acuh itu.
Damar kemudian keluar dari mobilnya dan mendapati Felitha yang berdiri menunggunya. Damar kemudian mengunci mobilnya dengan alarm, dan melangkah menuju tempat Felitha berdiri.
“Udah, ayo masuk. Semua pasti sudah menunggu di dalam.”
Felitha mengangguk, tapi dia masih sedikit merasa malu karena tingkahnya sendiri, jadilah perempuan itu belum berani menatap ke arah Damar. Felitha padahal biasanya bisa begitu bersosialisasi tapi disini bersama dengan orang yang masih asing, gadis itu berubah menjadi sosok yang sangat-sangat pemalu dan pendiam. Felitha memutuskan untuk mengikuti Damar dari belakang, matanya tidak berhenti kagum memandangi rumah bagian dalam yang benar-benar megah dan indah, dekorasi yang terpasang di dinding serta vas bunga indah di setiap ruangan. Rasanya seperti memasuki istana dalam film disney, ditambah lagi, sosok Kak Damar sebagai anak pemilik rumah terlihat tampan bak pangeran, eh tunggu Kak Damar bilang jika dia memiliki seorang kakak.
…
“Hai, semua !!! Aku datang !!”
Damar dengan tangan terangkat menyapa beberapa orang di ruang santai, disana terlihat Nyonya Cantika duduk di sofa, dengan seorang lelaki yang duduk di kursi rodanya, lalu lelaki lainnya yang sedang duduk di sofa sembari menatap layar handphone seakan tidak peduli dengan kehadiran Damar, dan satu lagi sosok lelaki yang juga duduk di sofa paling pojok menoleh ke arah Damar, dan juga sosok gadis Felitha itu di belakangnya.
“Akhirnya muncul juga tuh bocah, kirain ilang kemana.” Ujar lelaki yang duduk di kursi roda, saat menatap ke arah Damar.
“Gitu amat, Kak Arya ke adik sendiri.” Ujar Damar dengan nada dibuat-buat, membuat sosok bernama lelaki yang disebut sebagai Kak Arya itu memutar matanya malas.
“Semoga kamu betah ya, ngurusin anak-anak ini.” Ujar Cantika yang akhirnya membuka suara melihat berdebatan anak-anaknya itu, dan perkataan itu sukses membuat Felitha sedikit tertawa, sementara Damar, dan juga Arya menatap dengan cemberut kesal.
“Kita bukan anak-anak ?!” Ujar kedua lelaki itu dengan nada manja yang dibuat-buat, sementara Felitha sendiri hany bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah lucu para lelaki di depannya.
Tapi sedikit yang membuat Felitha bingung adalah sosok lelaki yang sibuk dengan handphonenya seakan tidak terganggu dengan suara di sekitarnya itu. Dan sosok yang duduk di sofa pojok hanya bisa terdiam dan tersenyum melihat tingkah saudara-saudaranya yang lain.
“Oh iya, perkenalan dulu. Itu Kak Arya namanya, aku gak usah jelasin ya.” Bisik Damar membuat Felitha mengangguk, dia tahu maksud perkataan Damar yang dimana lelaki itu tidak perlu menjelaskan apapun saat melihat Arya duduk di atas kursi roda, sudah menjelaskan mengenai kondisi fisiknya.
“Itu, namanya Kak Adnan. Kak Adnan !!”
Arya menyenggol pundak Adnan yang membuat sosok itu terkejut dan menoleh ke arah Damar dengan ekspresi kaget seakan melihat sosok hantu.
“Lho ?? Damar ?? Sejak kapan kamu datang ??” Ujar Adnan bingung, sementara Damar menepuk dahinya dan menatap datar ke arah kakaknya itu.
“Nah, kan. Kak Adnan gak dengerin kata dokter, pasti Kak Adnan gak pasang alat bantunya.”
“E-eh… Gi..gimana ??”
Arya meraih handphone milik Adnan dan mengetik sesuatu di layar handphone itu, lalu menunjukkan pada saudaranya itu, dengan tatapan datar dan kesal. Adnan hanya terkekeh malu, dan menyadari kesalahannya. Dia kemudian meraih sesuatu di dalam kantongnya, Felitha langsung mengenali alat yang di pakai oleh Adnan yang kemudian di pasang di dalam telinganya.
“Nah, sekarang udah bisa denger. Coba ngomong sekali lagi ??” Ujar Adnan selesai memasang dan menyalakan alat itu.
Felitha langsung mengetahui kondisi fisik dari beberapa lelaki di depannya, Arya dengan kelumpuhan pada kakinya, Adnan dengan kondisi pendengaran yang parah, bahkan lelaki itu tidak bisa mendengar apapun tanpa bantuan dari alat kecil tersebut, dan satu lelaki lagi yang masih tidak di ketahui kondisi fisiknya dan namanya.
“Jadi, dia adalah Felitha. Dia yang bakalan ngerawat kakak-kakak tercintaku~” Ujar Damar menjelaskan membuat Adnan membulatkan matanya dan menatap ke arah wanita yang masih cantik meskipun sudah menginjak usia 50 tahun lebih.
“Mama ngapain nyewa perawat ?! kita ini udah besar mah !!” Ujar Adnan dengan sedikit cemberut.
“Nah, setuju !! Lagian tanpa perawat kita bisa ngurus diri sendiri. Iya, kan ?? Jun ??”
Lelaki di pojokan yang di panggil Jun itu mengangguk mantab, seakan dia setuju dengan ucapan saudaranya itu. Sementara Cantika menggelengkan kepalanya dengan tegas, dan mulai berbicara kepada ketiga putranya yang keras kepala itu.
“Gak usah alasan ! Arya, kamu itu sering ceroboh sampai pernah jatuh ke kolam renang Cuma gara-gara handphone ! Dan kamu Adnan, kamu kalau gak diingetin masalah alat bantu, sering lupa pakai ! Dan Kamu juga Arjun !! hadehh kalian bertiga ini selalu ceroboh dan mama gak mau ada tragedi jatuh ke kolam renang, dan jangan lupa Adnan hampir ketabrak gara-gara lupa pakai alat bantu !!”
Nyonya Cantika berbicara dengan nada tegas, dan itu membuat ketiga putranya hanya bisa menunduk mendengarkan celotehan ibu mereka yang memang benar adanya. Terlebih Adnan yang hampir saja ketabrak karena tidak mendengarkan suara klakson motor dari belakang. Cantika hanya khawatir akan keselamatan kelima putranya itu saja, dia tidak bermaksud untuk mengekang atau apapun itu.
“Pokoknya, mulai sekarang Felitha yang bakalan jagain dan ngerawat kalian, jangan membantah ! Juga jangan jahilin Felitha !! Oke ??”
“Iya, ma..” Ujar Arya dan Adnan dengan nada pasrah, sementara Arjun hanya bisa mengangguk pelan seakan tidak berdaya untuk mengelak ucapan ibunya itu. Felitha kini paham, kenapa Arjun sedari tadi hanya terdiam, rupanya lelaki itu adalah seorang tunawicara, atau seseorang yang memiliki gangguan dalam berkomunikasi.
Untuk kasus yang satu itu memang belum memiliki teknologi yang memadai. Hanya teknologi bagi seorang tunarungu saja, yaitu alat yang di pasang ditelinga seseorang untuk bisa membantu mereka mendengarkan suara. Sementara untuk Tunawicara sendiri belum ada teknologi yang membantu mereka berbicara, semoga saja akan tercipta teknologi itu untuk membantu mereka yang membutuhkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments