Kenzo ingat akan Adelle. Ia mengambil ponselnya di nakas dan menghubungi Adelle. Cukup lama Kenzo menunggu, sampai akhirnya panggilannya diterima oleh Adelle.
"Hallo, siapa ini?" tanya Adelle di ujung panggilan.
"Hallo, apa kamu Nona yang kemarin membantuku? ini aku, orang yang menumpang mobilmu," jawab Kenzo.
"Maaf, aku sibuk. Aku tutup dulu teleponmu," kata Adelle.
"Tunggu dulu, Nona. Aku ... " panggilan Kenzo diakhiri sepihak oleh Adelle.
Kenzo mengerutkan dahinya. Ini kali pertama orang lain mengakhiri panggilannya begitu saja. Tidak pernah ada satu orang pun yang bersikap tidak baik seperti Adelle. Bahkan semua wanita mengantri untuk bisa berkenalan dengannya.
"Hah ... (Kenzo menghela napas) apa-apaan wanita itu. Dia tidak tahu siapa aku sampai mengakhiri panggilanku begitu saja. Jika dia tahu, mungkin dia akan sama saja seperti yang lainnya." batin Kenzo.
Tidak menyerah begitu saja. Kenzo pun mengirim pesan pada Adelle. Ia meminta Adelle mengirim nomor rekening, agar ia bisa membayar biaya yang sudah ia janjikan kepada Adelle.
"Ah, sudahlah. Aku tidak akan memaksanya. Kuharap dia membaca pesanku dan membalas. Setidaknya aku harus berterima kasih pada Nona itu karena sudah menolongku." kata Kenzo.
Bosan hanya berada di kamar, Kenzo bangun dari posisi duduknya, ia berjalan pergi meninggalkan kamar dan pindah ke ruang tengah untuk membaca buku.
Beberapa saat kemudian, ponselnya bergetar. Ia mengira itu adalah jawaban pesan dari Nona penolongnya. Ternyata itu adalah pesan dari orang lain yang merupakan seorang informan khusus. Sesaat setelah membaca pesan tersebut, dahi Kenzo berkerut. Tangannya menggenggam erat ponsel seakan ingin meremukkan ponsel detik itu juga. Entah mengapa, Kenzo sepertinya sedang menahan amarah.
"Dia sudah gila dan benar-benar tidak tahu malu. Beraninya kamu Jassper, aku tak akan diam saja kamu perlakukan seperti ini." batin Kenzo.
***
Satu bulan kemudian. Ellie memberikan kabar baik perihal kehamilannya. Selama tiga tahun pernikahan, akhirnya ia dan suaminya dikarunia calon bayi. Sebagai wujud rasa syukur atas anugerah yang sudah diterima, ia mengadakan acara makan malam.
"Sayang, aku mau telepon Adelle dulu, ya." kata Ellie pada sang suami.
Ponsel Thomas berdering. Ia menerima panggilan dari seseorang.
"Ah, iya, sayang. Aku ada panggilan. Aku angkat dulu, ya." jawab Thomas tersenyum menyusap kepala istrinya.
Thomas menerima panggilan, begitu juga Ellie yang menghubungi Adelle.
***
Setelah menghubungi Adelle, Ellie kembali ke dapur untuk memasak makan malam. Ia melihat suaminya duduk di sofa sambil bermain game di ponsel.
"Sudah selesai?" tanya Thomas menatap istrinya.
"Ya, sudah. Adelle bilang mungkin akan telat." jawab Ellie.
"Oh, begitu. Tidak apa-apa, kita maklumi saja karena dia orang yang sibuk. Bagaimanapun, Adelle 'kan teman baikmu," jawab Thomas dengan senyuman.
"Kamu memang sangat pengertian, sayangku. Ah ... siapa yang meneleponmu tadi? apa klien?" tanya Ellie.
"Kenzo. Dia baru kembali dari luar kota dan menghubungiku karena baru sempat." jawab Thomas memberitahu istrinya.
"Ken-zo? hmm ... (Ellie memutar bola mata) apa aku kenal dengannya?" gumam Ellie.
"Apa kamu lupa padanya. Itu, Kenzo Jonathan. Dia teman kecilku. Aku dan dia dulu cukup akrab, tetapi karena orang tuaku pindah ke kota ini, kami pun hilang komunikasi. Kami baru bertemu lagi secara tidak sengaja saat acara jamuan makan malam tiga tahun lalu. Waktu yang sama saat pertama kali bertemu denganmu," jelas Thomas.
"Ah, begitu. Bagaimana jika kamu undang dia datang untuk makan malam bersama. Bukankah kita hanya akan makan bertiga di meja besar itu? tidak ada salahnya menambah satu orang lagi," usul Ellie.
Thomas tersenyum, "Wah, benar juga. Itu ide yang bagus, sayang. Tunggu, aku akan hubungi dia dan mengajaknya datang ke rumah kita." kata Thomas. Yang langsung menekan kontak Kenzo dan menghubunginya.
Ellie tersenyum, ia berjalan perlahan menuju dapur untuk kembali memasak. Ia sudah menyiapkan berbagai macam bahan yang akan ia oleh menjadi makanan lezat. Salah satu menu yang akan ia masak adalah menu favorit sang sahabat, Adelle.
***
Adelle baru saja selesai rapat. Ia melihat jam tangan yang melingkae di tangan kirinya.
"Sudah jam segini saja. Padahal aku meringkas semua isi rapat sore ini agar tidak memakan waktu, tetapi ternyata tidak ada gunanya. Mana ada waktu memilih hadiah, jika sepsrti ini?" batin Adelle sedikit kecewa.
Sebenarnya ia cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya agar ia bisa mencari hadiah untuk dibawanya berkunjung ke rumah Ellie.
"Bu Direktur ... " panggil Jessica.
"Ah, i-iya. Kamu tidak pulang? ini sudah jam pulang kantor, kan." tanya Adelle menatap Jessica.
"Saya masih harus merapikan dokumen. Apa ada sesuatu, Anda terlihat tidak senang dan gelisah," tanya Jessica.
"Ah, itu. Sebenarnya ... " jawab Adelle menceritakan apa yang dipikirkannya pada Jessica.
"Ah, begitu. Kalau saya boleh memberikan saran, hadiah 'kan bukan hanya barang, Bu. Makanan atau minuman juga bisa dijadikan hadiah untuk kunjungan. Bunga, buah, kue dan masih banyak lainnya. Bu Ellie juga pasti menyukai hadiah apapun yang Anda berikan," kata Jessica memberikan masukannya.
Adelle diam sesaat, lalu tersenyum. Ia menatap Jessica dengan mata berbinar.
"Benar juga kata-katamu, Jessy. Terima kasih, ya. Aku pulang dulu. Kamu segeralah rapikan dokumen dan pulang. Dahh ... " pamit Adelle yang langsung berjalan cepat menuju ruangannya.
Jessica tersenyum menatap kepergian Bossnya. Ia senang bisa memberikan masukan yang berguna.
***
Pukul tujuh malam. Adelle datang ke rumah Ellie dengan membawa bunga, dan kue favorit Ellie. Melihat kedatangan sang sahabat, tentu saja Ellie menyambut dengan hati gembira. Dipeluknya Adelle sampai napasnya terengah-enggah.
"Hei, cukup! He-hentikan, El. Aku tidak bisa bernapas." kata Adelle terengah-enggah.
"Oh, maaf. Aku terlalu senang. Haha ... " jawab Ellie tertawa kecil.
Adelle senang bisa melihat sahabat yang ada dihadapannya tertawa tanpa beban. Apa yang diinginkan, kini sudah didapatkan. Penantian Ellie selama ini terbayarkan.
"Selamat, ya. Aku sangat senang mendengar kabar baik darimu tadi," ucap Adelle tersenyum cantik.
"Terima kasih kamu mau datang, Adelle. Jujur aku sangat, sangat, sangat bahagia sekali." ungkap Ellie tersenyum cantik.
"Hai, Adelle. Kamu sudah datang rupanya," sapa Thomas yang baru saja keluar dari kamar.
"Oh, hai ... lama tidak berjumpa, Thom. Bagaimana kabarmu?" tanya Adelle.
"Baik, baik sekali. Kamu sendiri?" tanya Thomas balik.
Adelle tersenyum, "Ya, kamu pasti amat baik. Terlihat dari wajahmu yang berseri-seri. Selamat untukmu yang akan menjadi seorang Ayah. Kabarku juga baik," jawab Adelle.
Thomas, Ellie dan Adelle duduk berbincang di sofa ruang tengah. Mereka lanjut mengobrol santai. Tidak beberapa lama, bel rumah Ellie dan Thomas berbunyi. Semua mata langsung mengarah ke arah pintu utama.
"Ah, itu pasti temanmu, sayang. Bukalah," kata Ellie.
"Ya, itu pasti dia. Tunggu, ya ... " jawab Thomas. Ia berdiri dari posisi duduknya dan bergegas menuju pintu utama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Aze_reen"
eng ing eng... calon jodoh tuh del...🤭🤭
gasken kenzo.. janda hot nih😁😁🤭🤭
2023-02-16
1
Madeline Lanae
jangan²
2023-02-16
1
Brielle Nicolette
ayok up!
2023-02-16
1