Apa Yang Kamu Lakukan?

Damian mencari Tiara hingga ke butik tempatnya bekerja. Damian memanggil wanita itu keluar dan memarahinya tanpa jeda.

"Apa yang kamu lakukan Tiara? Berani beraninya kamu membajak ponselku dan memasang foto tak senonoh!" Bentak Damian.

"Ayolah sayang, aku hanya ingin bermain main denganmu. Begitu saja kok marah," ucap Tiara santai.

"Bermain katamu? Nirina memarahiku, bagaimana kalau dia curiga dan mengetahui semuanya?"

"Ya tinggal putuskan saja dia, lagi pula kamu masih memiliki aku," Tiara menyunggingkan senyum licik.

"Kamu gila, aku tidak akan pernah mau putus darinya. Dan kamu, kamu hanyalah kupu-kupu malam bagiku jadi jangan berharap terlalu banyak!"

Puas memarahi Tiara, pria itu pergi meninggalkannya begitu saja bahkan tanpa menoleh sedikitpun. Tiara mengepalkan kedua tangannya, dia menatap benci pada Damian. Setelah apa yang dia lakukan untuk menuangkan harinya, Damian hanya menganggap Tiara sebagai kupu-kupu malam?

"Dasar pria tidak punya hati! Lihat saja nanti, aku akan membuat hubunganmu dan Nirina hancur dan tak bisa diselamatkan lagi."

Tiara kembali masuk kedalam butik tempatnya bekerja, tak disangka bosnya sedang berdiri dibalik pintu kaca dan mengawasinya. Wanita paruh baya itu adalah Siska, pemilik butik sekaligus Ibu dari Damian.

Mati aku, apa dia telah mendengar semuanya?

Tubuh Tiara gemetar, dia takut Siska telah mendengar pertengkarannya dengan Damian tadi. Siska sangat menyayangi Nirina, dia akan menghajar Tiara sampai babak belur jika tau pegawainya itu adalah wanita simpanan putranya.

"Bukannya itu Damian? Kenapa dia tidak masuk kedalam ya?" Tanya Siska pada Tiara.

"Dia sedang banyak pekerjaan Bu, dia mampir sebentar hanya ingin tau kabar Ibu saja. Setelah tau Ibu dalam keadaan baik, dia langsung pergi lagi Bu," Tiara berbohong.

"Akhir-akhir ini dia jarang sekali pulang kerumah, dia juga jarang menghubungiku. Aneh sekali, sepertinya ada yang sedang dia sembunyikan dariku," gumam Siska lirih.

Tiara berlalu dari hadapan Siska, dia tidak kuat jika harus bertatap mata dengan wanita galak itu terlalu lama.

***

Damian mengajak Nirina bertemu, dia ingin menjelaskan perihal foto m*sum yang terpampang nyata di profil WhatsApp miliknya. Tapi wanita itu terus menekuk wajah sejak awal bertemu, jangankan mengeluarkan sepatah kata, melirik kearah Damian pun tidak.

Seorang pelayan cafe menyuguhkan makanan dan minuman favorit Nirina, Nirina tau pasti Damian sengaja memesan semua itu untuk merayunya. Pada akhirnya, Nirina menyerah dan mau sedikit memiringkan tubuhnya menghadap Damian.

"Maafkan aku, semalam aku sedikit mabuk. Aku ingin mengganti foto profilku dengan fotomu tapi malah salah pencet," tutur Damian.

"Mabuk? Aku sudah pernah bilang padamu, aku tidak suka kamu meminum minuman beralkohol!"

"Aku sedang banyak masakan di kantor, aku pikir minum sedikit tidak masalah. Tapi malah kebablasan,"

Damian memang pandai berakting, sama seperti Tiara, Damian selalu mendalami peran palsunya dengan baik dan meyakinkan. Sampai-sampai Nirina tidak bisa melihat kebohongan kedua manusia itu karena dibungkus terlalu apik.

Nirina menarik nafas berat, rasa kesal dihatinya berganti menjadi rasa Iba. Nirina terlalu naif menyangka Damian terlalu getol bekerja demi mengumpulkan uang untuk mewujudkan pesta pernikahan impian mereka berdua.

Damian meraih telapak tangan Nirina, menggenggamnya dan menciumnya dengan lembut secara berulang-ulang.

"Maafkan aku, lain kali aku tidak akan mabuk lagi," Damian terus merengek seperti anak balita yang sedang meminta uang jajan pada Ibunya.

"Baiklah, aku akan memaafkan mu,"

"Terimakasih sayang, jangan marah padaku lagi ya!"

"Iya."

Keduanya melakukan makan siang bersama. Keduanya kembali akur dan melupakan masalah yang menimpa mereka berdua.

Begitulah Damian dan Nirina, jika bertengkar tidak pernah lama. Mereka selalu berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan tuntas agar tidak merembet kemana mana.

Selesai makan, Nirina diantar kembali ke pabrik. Damian juga kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya yang belum selesai.

***

Sore harinya, Damian kembali ke pabrik untuk menjemput Nirina. Seperti playboy lainya, Damian membawa seikat bunga dan beberapa barang coklat untuk meluluhkan hati Nirina.

"Mau makan malam diluar?"

"Tidak, kita makan malam di rumahku saja. Kali ini aku yang akan memasak makan malam untukmu," sahut Nirina.

Senyum kecil mengembang di wajah Damian, usaha kerasnya untuk meraih maaf dari sang tunangan berhasil. Nirina memang mudah dirayu, dia memiliki hati luas dan lembut tidak seperti Tiara kekasih simpanannya.

Tiba dirumah, Nirina langsung mengajak Damian pergi ke dapur. Ternyata Sintia dan Ibunya sedang berada disana juga.

"Bu, temani Damian mengobrol di meja makan. Malam ini biar aku yang memasak makan malam," Nirina memakai celemek agar pakaian kerjanya tidak kotor terkena cipratan minyak saat memasak.

"Baiklah, masak yang enak ya!" ucap Ningsih.

"Lalu aku bagaimana?" Sintia juga ingin duduk dan mengobrol saja. Dia sedang malas membantu memasak di dapur.

"Kamu bantu aku memotong sayuran, jangan harap kamu bisa lari dari tugas wajib mu ini!"

Sintia mendengus kesal, dengan amat sangat terpaksa gadis itu membantu Kakaknya memasak untuk makan malam kali ini.

Satu jam berlalu, berbagai menu hidangan enak telah tersaji dimeja makan. Ada ayam goreng, sayur bayam, sambal tomat dan aneka gorengan yang terlihat renyah dan menggiurkan.

"Baunya harum sekali," celetuk Damian.

"Rasanya juga enak. Kamu tau sendiri kan, putriku yang satu ini pandai memasak," ucap Ningsih.

"Jika kami menikah nanti, berat badanku pasti akan naik. Karena setiap hari aku akan makan banyak. Ha.. Ha.. Ha.."

Keluarga sederhana itu terlihat bertambah harmonis dengan kedatangan Damian ditengah tengah mereka. Tanpa mereka tau, dibalik sikap baik dan ramahnya seorang Damian tersimpan tabiat buruk yang sangat mengerikan.

Nirina meladeni Damian, mulai dari mengambilkan makanan sampai minuman. Dia diperlakukan seperti seorang raja, dan membuat hati pria itu senang. Damian memang tidak salah pilih, Nirina adalah wanita terbaik yang pantas dia nikahi dan dijadikan Ibu untuk anak anaknya kelak.

"Berhenti menatapku seperti itu, cepat makan makananya. Nanti keburu dingin," Nirina salah tingkah saat Damian terus menatapnya tanpa berkedip.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!