Ternyata apa yang Elea katakan benar. Baru pukul sembilan pagi, tapi Alfa sudah sangat kegerahan. Ia kemudian melepas jasnya dan mengganti dengan kaos polo berwarna putih bersih. Ia tidak mau menggunakan kaos oblong yang bisa mengurangi penampilan paripurnanya.
Warung jadi semakin ramai sejak kedatangan Alfa. Banyak pelanggan wanita yang rela mengantri panjang demi bisa bertemu dan dilayani langsung oleh Alfa.
Elea tidak menyangka bahwa pesona om-om itu luar biasa juga, seperti daya magnet besar yang menarik para pembeli untuk memenuhi warung ayam cepat sajinya.
“Apa kalian mengenal Bagus Prastowo?” tanya Alfa diantara kerumunan pelanggan wanita.
“Prastowo? Apa mungkin Pak Pras ya?”
“Pak Pras yang biasanya naik sedan mewah warna hitam?”
“Atau Pak Pras yang rumahnya di Jalan Bambu?”
Alfa tidak paham dengan apa yang gadis-gadis itu bicarakan, “Siapapun itu, yang penting bernama Bagus Prastowo.”
Elea mengamati Alfa dengan seksama. Apa sebenarnya tujuannya datang ke kotanya? Apa hubungannya dengan Bagus Prastowo? Ia kemudian menghampiri Alfa.
“Mas Al cari orang ini tho?” Elea menunjukkan sebuah foto di ponselnya.
“Benar. Apa kau bisa memberitahuku dimana dia berada?”
***
Alfa menceritakan tentang kasus perceraian yang ditanganinya dan tujuannya mencari Bagus Prastowo. Karena penjelasan Alfa cukup meyakinkan, Elea kemudian bersedia untuk membantu Alfa bertemu dengan Bagus Prastowo.
Pak Sukarto merasa sangat senang dengan kehadiran Alfa. Selain karena Alfa tampan dan gagah, pemuda itu telah membawa banyak berkah kepada keluarganya. Warungnya jadi semakin ramai dan Elea jadi lebih penurut. Ia jadi banyak berharap pada pemuda yang datang entah darimana itu.
***
Elea sudah menyelesaikan ujian kenaikan kelasnya dan hanya tinggal menunggu pengumuman penerimaan saja. Jadi ia menghabiskan waktu liburnya untuk membantu ayahnya melayani pelanggan yang hampir tidak pernah sepi berdatangan ke warung mereka.
Gadis berponi yang suka menguncir rambutnya itu sangat sederhana meskipun kadang ceroboh dan sedikit pemalas. Ia tidak pernah mau membantu cuci piring dan bersih-bersih.
Warung jadi sering kacau dan berantakan karena tidak jarang Elea menjatuhkan sisa makanan yang hendak dibuangnya, atau menumpahkan sisa minuman di meja atau bahkan tidak tepat memasukkan sampah ke tempatnya.
Jadi banyak sampah berserakan di sekitar tempat sampah. Hal yang sangat dibenci Alfa yang selalu teratur, tertib, disiplin dan menyukai kebersihan dan kerapian.
Meskipun jorok, Elea sangat membantu Alfa dalam menuntaskan urusannya dengan Bagus.
Malam itu, Elea mengajak Alfa mengunjungi sebuah rumah remang-remang di kawasan Sark*m. Ia kemudian menanyakan tentang keberadaan Bagus Prastowo yang biasanya menyewa kamar VVIP milik mereka.
Meskipun mengenal para penjaga di sana, tapi Elea tetap tidak diijinkan masuk ke ruangan pribadi Bagus Prastowo.
“Apa kamu yakin pria itu berada di sana?”
Elea mengangguk yakin. Beberapa minggu ini ia sering melihat pria berjamban itu berkeliaran di sana bersama dengan gadis-gadis malam yang disewanya.
Karena tidak bisa menemui Bagus Prastowo dengan cara itu, ia terpaksa meminta bantuan seorang wanita paruh baya yang katanya cukup populer dan disegani di wilayah itu. Wanita itu berkali-kali menoleh ke arah Alfa, jadi ia yakin bahwa Elea sedang membicarakannya.
Tak lama kemudian, Elea mengajaknya masuk dan wanita itu berhasil mengajak Bagus Prastowo ke hadapan mereka.
Awalnya pria itu menolak untuk bersaksi karena telah menerima suap dari suami klien Alfa. Tapi tiba-tiba saja Elea membuat keributan dan pura-pura terjatuh, lalu reflek pria itu menangkapnya dan Alfa mendapatkan angle yang pas untuk fotonya.
Elea menakut-nakuti Bagus Prastowo dengan undang-undang pelecehan seksual terhadap anak yang akhirnya membuatnya menyerah dan mau bekerjasama dengan Alfa.
Berkat Elea yang bisa meyakinkan Bagus untuk bertemu dan mau bekerjasama dengan Alfa. Kini ia bisa segera kembali ke kotanya dengan tenang sembari menatap kemenangan di depan mata.
***
Sementara itu, kaki Pak Sukarto sudah mulai membaik dan bisa berjalan lagi. Jadi, Alfa tidak punya alasan lagi untuk tinggal lebih lama di Jogja.
Malam itu, Alfa berniat untuk berpamitan kepada Pak Sukarto yang memberinya tempat tinggal selama berada di Jogja beberapa hari ini. Pak Sukarto menyeduhkan kopi murni yang dibelinya dari pedagang kopi langganannya di pasar. Aroma kopinya sangat nikmat dan rasanya pas di lidah Alfa.
“Jadi kamu sudah mau pergi?”
“Iya Pak. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan di Jakarta.”
Pak Sukarto menyeruput kopinya, “Terima kasih sudah mau membantu Bapak disini.”
“Oh, tidak masalah. Saya juga senang karena Elea membantu saya menyelesaikan pekerjaan saya.”
Alfa benar-benar merasa simpati dengan ketulusan Pak Sukarto yang bahkan rela tidur di ruang tamu atau di kursi warung demi mengijinkan Alfa tidur di kamarnya.
Malam itu Sukarto terlihat pucat dan mengeluarkan banyak keringat dingin. Ia juga tiba-tiba kesulitan bernafas.
“Pak, Bapak kenapa?” Alfa mulai panik sementara Elea sedang menginap di rumah temannya.
Alfa langsung membawa Pak Sukarto ke rumah sakit dan segera mengabari Elea tentang keadaan ayahnya.
Sekitar satu jam kemudian Elea datang dengan keadaan menangis dan langsung menghampiri ayahnya yang lagi-lagi terbaring lemah di ruang rawat inap.
“Maaf, Pak. Apa anda keluarga pasien?” tanya dokter kepada Alfa
“Apa?”
“Anak itu masih terlalu kecil untuk memahami apa yang akan saya sampaikan. Apa anda bisa menghubungi keluarga pasien?”
Alfa tidak tahu siapa yang harus segera ia hubungi, “Ah, saya keluarga pasien. Dokter bisa bicara dengan saya.”
“Pasien sudah lama menderita gagal ginjal. Belakangan penyakit diabetes semakin memperparah kondisinya. Terakhir pasien kesini, saya sudah mengingatkan bahwa kondisinya bisa saja semakin memburuk dan susah untuk ditangani. Tapi pasien memaksa untuk pulang dan menolak dirawat.”
“Apa?! Bukannya beliau hanya mengalami kesleo?”
“Kesleo?! Ada peradangan di kakinya dan pembusukan akibat diabetesnya. Jika dibiarkan maka kaki pasien harus diamputasi. Sekarang kondisi ginjalnya juga semakin memburuk.”
“Dokter, apa bisa dilakukan transplantasi?”
“Kami sudah berusaha sejauh ini. Tapi sampai saat ini, kami belum menemukan pendonor ginjal yang cocok untuk pasien.”
***
“Kak, dokter bilang apa?” tanya Elea.
“Bapak harus dirawat beberapa hari sampai kondisinya membaik.”
“El, bisa tolong belikan Bapak air mineral di kantin?” pinta Pak Sukarto seakan paham dengan maksud perkataan Alfa.
Elea bergegas pergi.
“Al, Bapak tahu kamu berbohong. Bapak tahu bahwa tidak mudah menemukan pendonor ginjal yang cocok untuk Bapak.”
“Pak, Bapak akan sembuh jika rutin minum obat, cuci darah dan olahraga.”
“Al, Bapak tahu kamu orang baik. Bapak tidak ingin kamu memikirkan tentang kesehatan Bapak. Bapak sudah siap mati dan Bapak tahu waktu Bapak akan segera tiba.”
“Pak –“
“Bapak Cuma mau minta tolong satu hal sama kamu. Tolong jaga Elea! Dia tidak punya siapa-siapa lagi. Bapak tidak rela dia tinggal dan diasuh oleh bibinya. Tapi Bapak juga tidak bisa meninggalkan Elea sendirian.”
“Tapi Pak –“
“Nikahi Elea! Bawa dan jaga dia untuk Bapak!”
“Apa?! Tapi kan Elea baru kelas tiga SMA, Pak?”
“Sebentar lagi usianya delapan belas tahun dan masuk SMA. Bapak tidak bisa membiarkannya tinggal bersama pria lain tanpa pernikahan. Hanya sampai dia lulus SMA. Setelah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri, Bapak ikhlas jika kau ingin menceraikannya dan menikahi gadis lain.”
“Tapi –“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments