LDM - Affair

Starla tiba-tiba saja tersenyum manis padanya. Dia menganggap bahwa pria tampan itu baik, alih-alih ingin bercanda untuk menghibur namun Raga masih saja mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Glek!

"Kamu ini, masih tidak percaya? Aku bilang sekali lagi, aku bukan selingkuhan Aslan!" tegasnya.

"Aku cuma penggemar berat dia, lagian apa yang membuat Aslan selingkuh dengan orang lain? Apa karena layanan istri tidak puas atau karena...

Oh aku tahu, pasti karena kakak iparnya galak, 'kan? Makanya dia tidak betah tinggal dengan mu yang arogan ini. Kalau aku sih amit-amit, dekat sama orang sombong itu adalah terlarang."

Raga tersulut emosi ketika mendengarkan Starla menggerutu di hadapannya. Lantas, dia menarik blazer Starla lalu sengaja menantangnya dengan mendekatkan kedua wajah. Netra cokelat dan hitam itu saling menatap dan menimbulkan gelombang kebencian.

"Aku yakin Aslan sudah menyukai kamu, jauhi dia! Kalau tidak? Aku pasti beri pelajaran padamu, ini serius bukan bercanda, dan jangan lagi kamu mengejar idola dengan membawa bunga mawar putih murahan itu!"

Tiba-tiba ada beberapa kilatan cahaya kamera menerpa mereka. Raga menoleh ke arah kiri, rupanya di balik guci besar yang berdiri di sana menjadi tempat persembunyian wartawan yang mencuri kesempatan. Apalagi, posisinya saat ini sedang mendekapkan wajah seolah hendak berciuman.

Sontak, Raga melepaskan Starla dengan kasar.

Bruk!

Starla terlempar cukup jauh hingga tersungkur. Dia hendak beranjak kembali namun di hadapannya ada kedua kaki yang memakai sepatu mewah mengkilap berwarna cokelat, celana jeans biru dan orang itu berlutut untuk membantunya untuk berdiri.

"Aslan?" Starla terkejut.

"Ayo berdiri," pinta Aslan.

Aslan berpakaian bak idola kekinian dengan blazer kulit warna cokelat mengkilap, kaos hitam premium ternama dan rambut kemerahan. Wajahnya bersih dan menawan, dia membantu Starla berdiri kembali kemudian melayangkan pandangannya pada Raga yang masih menatap sinis.

"Kenapa, Kak? Dia kan wanita, bisa hargai perasaan dia sedikit saja?" tanya Aslan, dia mendekat pada kakak iparnya itu.

"Tantang aku kalau bisa. Dia penggemar aku, sebagai idolanya tentu saja harus menghormatinya."

"Harusnya kamu pulang ke rumah!" bentak Raga.

“Hahaha, rumahmu memang mewah, tapi ada kakak ipar arogan, mertua yang tidak peduli pada anaknya dan menantu yang hanya sebatas aktor selalu jadi pusat pelampiasan marah, aku juga belum tahu kenapa Jasmine pergi," ucap Aslan.

"Flo sedang sakit!" balas Raga dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah macam apa kamu! Dia sudah beberapa hari terkapar di rumah sakit, temui dia sekarang juga! Kamu ayah yang bodoh, aku kecewa sudah menikahkan Jasmine dengan orang berandalan bertopeng aktor, rupanya preman pasar!"

Aslan terhenyak. Netra yang sipit menggoda tapi sangar itu menjadi merah karena tersulut emosi. Dia hendak melayangkan tangan kanannya untuk menampar Raga.

"Kurang ajar!" teriak Aslan.

Starla menahan tangan Aslan agar tidak menampar Raga.

"Jangan, digampar itu sakit!"

"Sebaiknya kamu menyingkir!" bentak Raga.

Kemudian kedua pria itu hendak menarik baju satu sama lain dan hendak bertengkar. Dengan cepat, Starla langsung melerai mereka.

Tapi, gadis itu malah memisahkan dengan cara memeluk Raga sambil berkata," ...sudah, jangan bertengkar di sini, tidak baik!"

Glek!

Starla tak sadar, dia sedang memeluk Raga. Sontak, dia langsung melepaskannya.

"Maaf, aku tidak sengaja."

Perkelahian itu berhenti sejenak namun Aslan bersikeras ingin melawan kakak iparnya. Sungguh tatapan mata itu amat tajam, menyiratkan kebencian yang menjadi-jadi.

Starla berinisiatif untuk melerai kembali, hingga dia memeluk badan Aslan untuk menahan agar tidak berkelahi dengan Raga.

"Jangan, reputasi mu bisa hancur, di bawah banyak wartawan," ucap Starla.

"Rupanya benar, kalian benar-benar selingkuh," sindir Raga.

Starla melepaskan pelukannya. Dia lantas menghadap Raga dengan emosi yang berapi-api. Dia memutarkan jari-jarinya dan siap menghadang Raga.

"Sudah aku bilang, kami tidak selingkuh!" teriak Starla.

"Mentang-mentang orang kaya, seenaknya saja sama orang biasa, mau lawan? Ayo lawan aku! Sini kalau berani, dasar Presdir bodoh!"

Starla menarik jas mewah Raga, namun pria itu melawannya dengan memutarkan tangan kiri Starla, kemudian dia mendekapkan wajahnya kembali dan ke-empat mata itu bertatapan.

"Dasar murahan!" ucap Raga.

"Tuan Raga, jangan lakukan itu!" teriak Cello.

"Ada wartawan!"

Tapi, Starla mendadak batuk, kemudian dia muntah dan mengeluarkan isi perutnya ke kemeja Raga.

"Menjijikan sekali," keluh Raga.

"Star, kamu pasti sakit, kita ke rumah sakit," ajak Aslan. Dia menatap wajah manis Starla yang sudah merah dan noda lipstik terdampar di pipinya.

Kemudian, Raga mendorongnya lagi hingga Starla hampir tersungkur. Namun, Aslan memeluk badan gadis itu agar tidak jatuh.

Sayangnya, beberapa kilatan cahaya kamera menimpa mereka, wartawan mengambil kesempatan untuk memotret perseteruan yang sedang berlangsung.

"Sialan!" keluh Raga. "Cello, kalau ada gosip tentang dua orang ini, biarkan saja menyebar, biar semua orang tahu bagaimana boroknya perselingkuhan."

Raga ingin adik iparnya itu menengok putrinya yang sedang dirawat di rumah sakit. Dan Aslan tidak bisa menolaknya, dia pun mengajak Starla untuk berobat karena Aslan merasa tidak nyaman hati ketika kakak iparnya menyakiti sang gadis.

Belum lagi kekhawatiran pada wartawan yang bisa saja menyebarkan foto mereka ketika berseteru.

****

Tiba di rumah sakit, Raga dan Aslan hendak menengok Flo yang sedang terbaring. Ada pula dua anak yang menyambutnya dengan riang.

"Daddy!" teriak Allura, anak perempuan Raga yang berusia 12 tahun menyambanginya.

"Jangan teriak!" tegas Raga.

Suara lantang itu meredupkan keceriaan putrinya. Tapi, Aslan benar-benar baik hati, dia merangkul Allura.

"Daddy, kenapa selalu kasar pada kami?” ujar Allano, kembaran Allura yang sedang berdiri.

Lantas, Aslan mengajak mereka untuk menengok Flo yang belum juga membuka matanya. Asian sebagai ayahnya amat terluka, karena selama ini dia tidak bisa menjaganya dengan baik. Netra cokelatnya berkaca-kaca dan menitikkan air mata di pipi putrinya.

"Om, kapan pulang ke rumah?" tanya Allura.

“Kami rindu sama Om Aslan, seharian Flo selalu saja menangis, apa om tega meninggalkan dia selamanya?"

"Sudahlah, Alu. Dia sudah punya pacar baru," sahut Raga.

"Hah! Pacar baru? Bagaimana dengan Tante Jasmine? Dia belum pulang ke rumah, Oma juga tidak ada, aku muak punya keluarga seperti ini!" keluh Allano.

"Kalau tidak percaya, pacarnya ada di luar, dia sedang menunggu di sini," ucap Raga santai

Allano tampak kecewa pada pamannya, dia terisak-isak lalu menyeka air matanya. Allura, mendekat padanya lalu berkata," ... jangan menangis terus, kamu kan laki-laki, aku juga sebenarnya sudah muak punya keluarga seperti ini yang bertengkar terus. Setelah Flo sembuh, kita cari Tante Jasmine saja."

Raga sebagai daddy-nya hanya bisa menertawakan gelagat sepasang anak kembar yang tampak dewasa dari usianya. Dan tangisan Allano semakin nyaring membuat telinga sang daddy terganggu.

"Sudah, jangan kencang-kencang nangisnya, kamu harus punya malu, jangan berisik karena ini rumah sakit!" tegas Raga.

"Kak bisa lembut sedikit!" pinta Aslan. "Mereka masih anak-anak, justru kamu yang bikin malu di sini, suaramu kedengaran sampai luar, tuh!"

Allano pun tak mampu menghadapi watak keras daddy-nya. Dia melarikan diri dari ruang rawat inap sepupunya seorang diri.

"Allan!" teriak Raga.

"Dad, biar aku yang kejar dia," pinta Allura.

Tapi Raga menolak, kemudian dia berlari menyusul Allano.

Raga kewalahan karena Allano, sang putra sudah tidak tampak di sekitar area VIP. Dia pun menuruni tangga dan melewati lorong hingga tiba di depan ruang UGD.

"Ke mana anak itu?" keluhnya dengan napas tersengal-sengal.

Kemudian netra Raga terkejut ketika menyaksikan ada foto dirinya di televisi yang sedang menyala di ruang pendaftaran. Dan orang sekitar tampak mencibirnya dengan ocehan yang kasar. Tatapan mereka sinis dan mendelik namun dirinya tidak peka pada apa yang sedang dibahas orang-orang itu mengenai dirinya.

Dia pun menghubungi Cello dan memintanya agar segera menyambangi di rumah sakit untuk mencari Allano. Raga yakin bahwa putranya masih berada di kawasan itu. Tak lama kemudian, Cello tiba di sana, seraya berjalan cepat dan tampak kaget.

"Bagaimana, Tuan Raga? Ke mana Tuan kecil pergi?"

"Tolong carikan Allan di kawasan ini, anak nakal itu kabur lagi, aku ingin sekali memukulnya!" keluh Raga.

"Baik, saya akan mencarinya," sahutnya.

Raga menunggu di ruang pendaftaran. Dia uring-uringan sambil memegang smartphone miliknya. Ketika dia hendak kembali ke lantai VIP, tiba-tiba saja berpapasan dengan dokter berparas cantik dan menawan. Rambutnya bergelombang dan kulitnya yang bersih, dia tersenyum manis padanya.

"Raga!" sapanya.

" Dil, bukannya kamu harusnya cek perkembangan kesehatan Flo? Kamu 'kan dokter pribadi keluarga kami," ucap Raga.

"Terus, kenapa kamu ada di sini?" tanya Dilara dengan wajah sumringah.

"Allan kabur, dia pasti masih di sini," sahutnya.

Dilara terdiam, dia ingat ketika hendak memeriksa pasiennya berpapasan dahulu dengan Allano, dia berlari ke lobi ketiga dan bertemu dengan perempuan yang mencegahnya. Namun, Dilara menganggap itu adalah hal biasa yang dilakukan anak-anak, jadi tidak begitu peduli pada Allano yang terdengar meringis.

"Aku lihat dia di lobi tiga bersama wanita muda," ungkap Dilara.

Hayo!!! Yuk reader's dukungannya!!! Jangan gitulah yah!!!

INFO : Jangan lupa buat favorit dulu guys, karena novel ini akan dilanjutkan dan tayang setelah novel Istri Pilihan Agam selesai, tepatnya tanggal lahir saya 23 Februari 2023 nanti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!