Bersandiwara

Tiga hari lalu, Elle jatuh sakit. Ia demam tinggi, lalu menolak dibawa ke rumah sakit, sehingga kedua orang tuanya harus merawatnya mandiri di rumah mereka sendiri.

Pagi hari ketika itu, Shanee dan Axton benar-benar terkejut ketika tahu bahwa Elle tidur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Lebih terkejut lagi mereka, ketika tahu, suhu badan putri mereka—ketika diukur menggunakan termometer—mencapai 40 derajat celsius.

Selama tiga hari itu, Elle benar-benar tidak bisa keluar rumah. Rencananya untuk membeli levonorgestrel atau kontrasepsi darurat pun gagal total. Dengan ini, Elle harus tetap waspada mengingat adanya kemungkinan bahwa ia akan hamil. Apalagi, jika diingat-ingat, kala hal itu terjadi, Elle memang tengah berada di masa suburnya.

Hari itu, Elle pun berangkat kembali ke sekolahnya. Meskipun perasaannya memang hancur total, namun bukan berarti ia harus mengabaikan segalanya. Gadis itu yakin, suatu hari nanti lukanya pasti akan sembuh dengan sendirinya. Meskipun ia tahu bahwa itu akan menimbulkan bekas, setidaknya, ia tak akan lagi merasakan rasa sakitnya.

"ELLE, HEY!"

"A—apa?!" Elle terkesiap dan menatap gadis berambut ikal yang menatapnya dengan tajam.

"APA?! KAMU MELAMUN, ELLE?! Apa-apaan! Seperti bukan Elle yang kukenal saja." Gadis itu menyahut dengan kesal. Bibirnya yang melengkung ke atas semakin memberi kesan tidak ramah pada wajahnya, yang sebenarnya, secara alami memang sudah seperti itu.

"Jo! Berisik!" Celine berdecak sebal sambil menatap Joanne yang berhasil membuat ia bersama sahabat-sahabatnya yang lain menjadi pusat perhatian.

"Tuan Putri …, bagaimana keadaanmu setelah sakit berhari-hari? Aku harap, kamu baik-baik saja. Jika kamu sakit lagi, panggil aku—aku siap menjadi obatmu." Kata-kata Aziel dihadiahi Joanne dengan sebuah pukulan di kepalanya. Akibatnya, pemuda itu, kini pun meringis sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit. Ia menatap dengan ekspresi yang seolah-olah takut pada gadis tersebut.

"Teganya kamu menyakiti pangeran yang tampan ini," keluh Aziel.

"Adik, hentikan omong kosongmu itu. Sekarang, lihatlah bagaimana cara kakakmu menaklukkan seorang gadis." Di sisi lain, Gabriel tersenyum percaya diri, lalu mendekati Elle dan merangkulnya. Namun tanpa disangka, gadis itu malah menepisnya.

"M—menjauhlah, Riel …!" Elle memekik tertahan. Gadis itu memejamkan matanya dengan tubuh yang sedikit bergetar. Teman-temannya pun memandang itu dengan heran. Hari ini, gadis itu bertingkah tidak seperti biasanya.

"Elle, tenanglah …!" Celine memegang bahu Elle, tapi ternyata, gadis itu juga menolaknya. Sekali lagi, mereka dibuat terkejut dengan itu.

"A—aku …, aku sedang ingin sendiri. M—maksudku tolong biarkan aku. J—jangan ganggu aku. Kalian tetap boleh berada di dekatku, tapi …, tapi jangan sentuh aku," ucap Elle, terbata-bata. Gadis itu memalingkan wajahnya, tak mau menatap wajah para sahabatnya.

"Is there a problem, Honey?" Gabriel menatap Elle dengan ragu. Ia sadar, bahwa Elle terjadi sesuatu pada Elle yang membuat perempuan itu bertingkah tak biasa seperti hari ini.

Gabriel sangat yakin pada instingnya. Terlebih, pada faktanya, ia sudah mengenal Elle sangat lama bersama teman-teman yang lain juga. Sebelas tahun, tentu bukan waktu yang singkat untuk persahabatan mereka berlima.

"Tak masalah kalau kamu tidak ingin bercerita." Melihat Elle yang tak nyaman, Celine pun menengahi. Ia menghela napasnya, lalu memainkan ponselnya seperti biasa. Ia bertingkah seolah tak pernah terjadi apa pun.

"Ice Princess—dasar!" Aziel menggerutu. Lelaki itu, kemudian membuka minuman kaleng di genggamannya—meminumnya dalam beberapa kali teguk, lalu langsung meremaskan kemasan itu. Ia melemparkannya secara sembarangan, dan tanpa diduga, sampahnya itu mengenai seseorang.

"Ah!"

"Aziel! Aku sudah bilang, jangan suka membuang sampah sembarangan, kan?!" Gabriel berdecak, lalu menatap seseorang yang menjadi korban adik sepupunya itu. "Tapi bagus juga kalau dia yang kena," lirihnya sambil tertawa pelan.

"Jay yang malang," kata Aziel, sambil menyeringai. Ia pun melakukan gerakan tos dengan Gabriel. "Salah sendiri menyebalkan. Dasar penganggu!" gerutunya.

"Ah—kalian, ternyata!" Pemuda yang menjadi korban Aziel itu tersenyum cerah sambil melambaikan tangannya. Ia mengabaikan rasa sakit yang menyerang kepalanya. Dengan malu-malu, lelaki yang bernama Jay itu pun menatap Elle. "Hai, Ell …!"

Melihat tingkah sosok Jay Chou itu, Gabriel pun menatap tak suka ke arahnya. Aziel tampak ingin tertawa, sedang Joanne hanya mendengus bosan. Lain halnya dengan Celine yang tampak cuek seperti biasa.

"Aku senang melihat kamu baik-baik saja. Aku sempat mendengar kabar kamu menghilang ketika badai beberapa hari lalu, lalu setelah itu, kamu jatuh sakit. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Jay. Ia tersenyum tulus, lalu mengangkat kedua tangannya untuk mengacak surai gadis pujaan hatinya tersebut.

"Don't touch me!" Elle memekik lalu menepis tangan Jay dengan kasar. Matanya tampak memerah, entah karena marah atau karena ingin menangis. Teman-temannya yang melihat itu pun tampak khawatir.

"PERGI! PERGI!" Kali ini, Elle tampak ketakutan. Semua orang yang melihat itu pun bingung, termasuk beberapa anak yang tak terlibat dalam masalah itu.

"A—ada apa? What's wrong? Aku melakukan kesalahan?" tanya Jay. Pria muda itu tampak kaget dengan reaksi Elle yang tak sesuai dugaannya. Gadis itu, seperti bukan Elle yang biasanya.

Jay sebenarnya tahu jika Elle kadang juga tak nyaman dengan keberadaannya. Namun ia benar-benar menyukai Elle dan ingin memperjuangkan perasaannya itu. Bahkan, akhir-akhir ini ia merasa kalau ada sedikit kemajuan untuk hubungan mereka.

"Pergi! Jangan sentuh aku!" Elle menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Gadis yang sedang terduduk di kursi taman itu pun menaikkan kakinya, lalu meringkuk.

"Elle, ada apa? Kamu baik-baik saja, kan?" Joanne bertanya dengan nada khawatir. Ia ingin memegang bahu sahabatnya untuk membantu menenangkan, namun malah ditepis oleh sang empu.

"BERAPA KALI AKU HARUS BILANG KALAU AKU BAIK-BAIK SAJA!"

"Elle?" Aziel dan Gabriel menatap Elle dengan pandangan yang berkecamuk. Mereka ingin menyentuh gadis tersebut dan membantunya untuk menenangkan diri, namun malah ditepis dengan lebih kasar lagi. Celine menatap semua itu dengan kening yang berkerut bingung.

'Apa yang terjadi kepadanya?' batin Celine, dalam diamnya.

Beberapa detik kemudian, tanpa diduga, Elle pun berlari. Mereka mengejarnya, dan ternyata, perempuan itu tengah menuju ke toilet. Joanne dan Celine pun memutuskan untuk menunggu.

"Apa dia begini karena menstruasi? Astaga!" Joanne menggaruk alisnya dengan ekspresi yang aneh. Celine pun hanya mengedikkan bahunya, seolah tak peduli. Namun, gadis itu yakin, ada sesuatu yang terjadi kepada Elle hingga membuat teman dekatnya itu berubah seperti tadi.

Di dalam toilet Elle menangis. Gadis itu meringkuk sambil menatap wajahnya di cermin. "Bukankah aku terlihat sangat menyedihkan," katanya, dengan suara yang terdengar seperti angin.

"Kenapa ini terjadi?" Elle menjambak rambutnya sendiri. Ia menampar pipinya dengan frustrasi. Remaja itu benar-benar kacau. Ia pun memutuskan untuk mengurung diri di dalam toilet hingga setengah jam lamanya.

'Astaga …, apa yang telah kulakukan? Jika bertingkah aneh seperti ini, mereka pasti curiga,' pikirnya.

"Aku tidak bisa seperti ini. Aku harus bertingkah wajar. Setelah itu, aku yakin semua akan baik-baik saja," lirih Elle. "Luka di sini, pasti akan sembuh dengan sendirinya. Aku perempuan kuat." Gadis itu tampak optimis, tanpa menyadari, bahwa ia belum bisa sekuat seperti apa yang dia harapkan.

"Sudah saatnya aku keluar," katanya, setelah menata diri. Elle pun membuka pintu toilet dan menemukan dua sahabatnya di sana.

"Ada apa, Elle? Kamu baik-baik saja?" tanya Joanne.

"Ah—aku …, a—aku hanya terbawa mimpi buruk," ungkap Elle. Celine yang mendengar itu pun mengerutkan keningnya tak paham, sedang Joanne hanya ber-oh ria. Elle pun hanya tersenyum, percaya bahwa kedua sahabatnya mempercayai ucapannya.

Terpopuler

Comments

Glenca

Glenca

pengen temen macam Aziel ini

2023-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!