Jatuh dan Bangkit

"ELLE!"

Shanee dan Axton memekik bersamaan dengan mata yang memerah—ingin menangis—melihat kedatangan putri kecil mereka. Tanpa aba-aba, keduanya langsung memeluk Elle begitu erat, seolah tak mau terpisahkan lagi untuk selamanya.

"Are you okay, Girl?" tanya Axton. Ia menatap badan putrinya dari atas ke bawah dengan cemas.

"Apa yang terjadi? Kamu terlihat sangat kacau, Elle …!" Shanee menggandeng putrinya untuk masuk ke dalam kediaman, lalu diikuti Axton di belakang. Lelaki itu menutup pintu.

"Mom …, aku takut sekali." Elle menutup wajahnya dengan air mata yang bercucuran. Seragamnya compang-camping, rambutnya berantakan, bahkan tubuhnya penuh lumpur. Gadis itu tampak sangat berantakan.

"Apa yang terjadi, Sayang?" Shanee bertanya dengan lembut sembari memeluk dan mengelus-elus kepala putrinya. Dibanding dengan sang ayah, sebenarnya, Elle lebih dekat dan lebih nyaman dengan sang ibu.

"Tadi …—"

Elle merasa kerongkongannya tercekat. Ia dilema ingin menceritakan apa yang baru saja dialaminya atau tidak. Namun, dengan pemikirannya yang sekarang, mengingat itu akan membuat orang tuanya khawatir, maka ia pun memutuskan untuk menyembunyikan permasalahan tersebut.

"Tadi ada pria penjahat yang menculikku. Beruntung sebelum dia sempat berbuat hal buruk kepadaku, aku berhasil kabur. Ketika berlari, aku sempat terjatuh hingga keadaanku jadi kotor seperti ini. Syukurlah, tadi aku menemukan tempat persembunyian yang aman untuk melindungiku dari penjahat dan badai yang mengamuk," jelas Elle. Ia mencoba untuk berbicara dengan normal; seakan yang terjadi, benar-benar seperti apa yang diceritakannya—meski sebenarnya, itu berkali-kali lebih buruk.

"Ada yang terluka?" tanya Shanee dan Axton berbarengan. Mendengar itu, Elle pun hanya tersenyum.

"Apakah kalian melihat ada luka di tubuhku?" tanya Elle. Namun, sebenarnya ia hanya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa luka di tubuhnya itu memang tidaklah terlihat. Karena luka yang sesungguhnya dialaminya, itu bukanlah di luar, melainkan di dalam—di nuraninya, di mentalnya, di jiwanya yang masih muda.

"Oh—kalau begitu, kamu harus membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, kita bisa makan. Kamu pasti lapar, kan?" Shanee tersenyum sambil memegang pelan kepala putrinya.

Terlihat sebuah kerutan kecil di dahi Elle.

Kalau saja sesuatu yang buruk tidak baru saja dialaminya, maka ia sungguh-sungguh akan merasa lapar sekarang. Namun sayang, keadaan yang telah terjadi sangat berbeda dengan apa yang diharapkannya ataupun orang-orang terdekatnya. Meski Elle akui bahwa ia memang lapar, namun rasanya, menangis dan berkeluh kesah adalah hal yang paling ia butuhkan sekarang.

Tidak. Bukan berarti Elle tak ingin bangkit dari keterpurukan. Hanya saja, memang butuh waktu untuk itu, bukan? Seperti ulat yang juga membutuhkan proses sebelum dapat mengepakkan sayap indahnya sebagai kupu-kupu.

"I'm not hungry, Mom …!" ujar Elle dengan nada mengeluh. Kedua orang tuanya yang mendengar itu pun menampakkan ekspresi aneh.

"Bukankah—"

"Aku lelah, Dad …! Aku mau tidur saja." Elle menyela ucapan ayahnya dan bergegas masuk ke kamarnya di lantai atas dengan bantuan senter yang ia dapatkan di meja makan.

Shanee dan Axton pun saling menatap sebab heran dengan tingkah tak biasa putri mereka. Keduanya, tentu saja merasa khawatir dan mengerti ada hal yang janggal dengan Elle. Namun, ketidaktahuan membuat mereka lebih memilih untuk bungkam.

Di satu sisi, Elle yang telah sampai di kamarnya buru-buru menutup pintu dan menguncinya. Ia duduk di kasurnya dengan wajah yang tenggelam di lutut yang tertekuk. Seketika, air matanya pun turun dengan deras. Dengan susah payah gadis itu menahan suaranya agar tak keluar.

"Why? Kenapa ini harus terjadi?" Elle berbisik kepada dirinya sendiri. Gadis itu mengacak rambutnya dengan frustrasi. 'Apakah aku berharga jika hal seperti ini terjadi kepadaku?'

"Sial!" Elle merutuk sambil memukul-mukul kepalanya sendiri. 'Andai saja aku bertahan di halte itu, mungkin ini tak akan terjadi. Atau seharusnya, aku terima saja tawaran Mr. Jack, jadi aku bisa sampai di rumah dengan selamat—tidak seperti ini. Eh—tidak, tidak! Bagaimana jika ternyata dia juga punya niat buruk kepadaku?'

Berbagai pikiran negatif mulai hinggap di kepala Elle. Jika sanak saudaranya yang ada di negara lain sana tahu bahwa ia mengalami pemerkosaan, maka ia pasti akan dicaci habis-habisan. Meski banyak juga dukungan yang datang, namun bukan berarti tak akan ada orang yang menyalahkan dirinya bersama kedua orang tuanya atas terjadinya hal buruk ini.

Tentu saja Elle merasa hidupnya telah hancur. Sebagai perempuan, meski ia tahu bahwa ini bukan salahnya, tetap saja ia menyesali kejadian ini. Di masa depan, mungkin akan banyak orang yang menganggapnya bukan perempuan baik-baik karena sudah kehilangan keperawanannya sebelum menikah.

Seketika, Elle jadi merasa semakin tak berharga. Apakah harga dirinya hanya dinilai dari keperawanan saja? Apakah ia jadi tak pantas mendapatkan laki-laki baik karena itu?

Oma Elle pernah bilang, bahwa seburuk-buruknya laki-laki, maka ia akan tetap memilih perempuan baik-baik untuk menjadi istrinya. Mengingat itu, sontak, Elle pun jadi bertanya-tanya. Lantas, apakah hanya lelaki yang memiliki hak untuk itu? Apakah hanya laki-laki saja yang boleh mengharapkan pasangan sempurna dan sesuai dengan harapannya, sedangkan perempuan hanya bisa pasrah pada lelaki yang didapatkannya dan menganggap itu sebagai hal yang terbaik?

'Bagaimana jika suatu hari nanti suamiku membuangku?'

'Tidak! Tidak! Jika hal ini masih menghantuiku sampai dewasa nanti, lebih baik aku tidak menikah saja!'

Pikiran Elle menerawang. Konsekuensi lain dari kejadian ini adalah kehamilan. Gadis itu, tentu tak mau jika hal semacam itu sampai menghalangi masa depannya. Ia pun berpikir.

"Kontrasepsi, ya!" Elle memekik tertahan, lalu segera tersenyum karena yakin masalahnya bisa teratasi dengan hal itu. Namun kemudian, ia menangis lagi.

'Bagaimana jika ada yang tahu? Mom dan Dad pasti sedih jika tahu aku mengalami ini,' batin Elle. "Aku harus menyembunyikan ini," lirihnya.

Dalam sekejap, Elle merasa berputus asa. Ia jadi bingung harus melakukan apa untuk mengantisipasi dampak-dampak buruk di masa depan. Minum pil kontrasepsi, belum tentu ia tak akan hamil. Berusaha menyembunyikan, belum tentu tak akan ada orang yang tahu. Lagi pula, bukankah para orang tua memiliki feeling yang kuat mengenai anak mereka?

Elle kembali mengacak rambutnya. Gadis itu menoleh ke dinding, di mana medali-medali hasil kerja kerasnya terpasang. Di negaranya, pendidikan para murid, semestinya terjamin; namun sekolahnya yang swasta itu, kerap kali memiliki peraturan yang berbeda. Ah—bagaimana jika ia dikeluarkan dari sekolah dan kehilangan masa depannya?

Elle menggeleng kuat. Ia, lalu menatap ke meja di samping ranjangnya, di mana buah-buahan dan pisau tersaji lengkap di atas piring. Seketika, pikiran gilanya melintas.

'Jika aku mati, masalah-masalah itu, pasti tak akan menjadi kenyataan.'

Elle mengambil pisau, lalu bersiap menggoreskan ke lengannya, tapi wajah sedih kedua orang tuanya yang tiba-tiba melintas, membuatnya urung. Ia memang kecewa pada takdirnya, namun itu tak bisa menjadi alasannya untuk mengecewakan orang-orang terdekatnya.

Gadis berusia 17 tahun itu, lalu kembali mengingat masa kecilnya. Sejak dulu, ia selalu berangan-angan menjadi desainer busana yang bisa menciptakan selera modenya sendiri.

Tidak! Elle tak ingin mati di usia muda! Ia masih ingin melanjutkan kuliah di Paris dan mengambil jurusan fashion design di sana. Pasti akan indah bisa melihat menara Eiffel setiap hari. Bukankah katanya, Paris adalah kota yang romantis?

Hal-hal positif mulai hinggap di kepala Elle. Gadis itu, lalu tersenyum. Ia yakin, asal ia bisa menyembunyikan kebenaran ini, maka hal-hal buruk, pasti tak akan terjadi. Pikiran polosnya pun kembali mengatakan, bahwa suatu saat, ia pasti bisa melupakan masalah ini dan kembali bahagia seperti biasanya.

Setelah berpikir dengan keras, Elle pun merebahkan dirinya di atas kasur dan meninggalkan posisinya meringkuknya tadi. Tak pernah terlintas di benaknya, bahwa keesokan harinya, ia akan jatuh sakit dan itu akan menjadi masalah tersendiri di kemudian hari.

Terpopuler

Comments

I am girl 🌹

I am girl 🌹

kasihan Elle

2023-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!