Bab 05

Ketika Bella memasuki ke jenjang pendidikan SMP, Papa Galih dan Mama Angel berniat untuk memasukkan Bella ke SMP yang sama dengan Levi, namun Levi menolak keras. Bukan hanya sekedar mengatakan tidak, namun Levi benar-benar menolak hingga ia mogok makan berhari-hari.

Dan semasa Bella ketika SD dan SMP, ia sering kali mendapatkan juara kelas, bahkan kerap kali ia memenangkan perlombaan cerdas cermat. Karena tujuan Bella adalah ingin membuat kedua orang tua angkatnya merasa bangga dan tidak ada kata penyesalan karena telah menjadikan dirinya sebagai bagian dari keluarga Cahyono.

Hari berganti hari.

Bulan berganti bulan.

Tahun berganti tahun.

Kini Bella telah menginjak pendidikan di SMA. Ia masuk ke SMA yang sama dengan Levi, awalnya Levi tidak setuju, namun setelah di pikir berulang kali. Ini adalah kesempatan paling pas untuk mengganggu Bella di sekolah. Begitulah yang di pikirkan Levi.

"Jangan pernah sekali-kali kamu menyapaku apalagi sampai menyebut namaku, aku tidak mau jika teman-temanku tau kalau kamu adalah adikku, mengerti!" Gertak Levi, mencengkeram erat lengan Bella hingga memerah.

Bella yakin jika Levi akan mengatakan hal itu, ia tidak peduli jika Levi tidak menganggapnya, karena tujuannya adalah ingin membuat kedua orang tuanya bangga.

"Mengerti!" Gertak Levi, semakin mengeratkan cengkeramannya.

Bella hanya mengangguk santai, ia sudah biasa mendapatkan perlakuan buruk dari Levi.

***

Baru pertama kali masuk, Bella menjadi sasaran bullying di kelasnya. Semua itu terjadi ketika seorang laki-laki yang menyatakan cintanya kepada Bella, namun Bella menolaknya.

"Dasar wanita ******." Umpat seorang perempuan cantik berlesung pipi. Perempuan itu adalah adik dari laki-laki yang menyatakan cintanya kepada Bella.

Laki-laki itu hanya berdiri, menyandarkan punggungnya di dinding gang sempit belakang sekolah. Ia menghisap rokoknya sembari tersenyum senang melihat Bella di perlakukan seperti itu.

Adik dari laki-laki itu bernama Diana dan laki-laki itu bernama Yogi.

"Pegang dia." Suruh Diana kepada kedua temannya yang telah bersahabat dengannya sejak kecil.

Kedua teman Diana langsung memegang kedua tangan Bella.

"Le-lepasin!" Teriak Bella keras. Bella memberontak, mencoba melepaskan diri, namun tidak bisa.

Diana kemudian mengambil spidol permanen lalu mencoret-coret wajah Bella.

"Makanya jadi cewek itu jangan sok kecantikan." Ucap Diana sembari mencoret wajah Bella.

"Jangan." ujar Bella, air matanya menetes membasahi kedua pipinya.

"Eh, eh, diem. Ada Kak Levi." Ucap Yogi, menyenggol lengan Diana.

Sontak Diana dan kedua temannya langsung tersenyum kecut ke arah Levi.

Bella menatap Levi, mengisyaratkan bahwa ia membutuhkan Levi agar menolongnya. Namun Levi hanya menatap Bella kosong. Di dalam pikiran Levi tidak ada keinginan untuknya menolong Bella.

'Tolong aku, kak." Batin Bella, menatap kedua mata Levi.

"Gimana, nih?" Bisik Diana, menyenggol lengan Yogi.

"Mana aku tau, kan kamu yang nge-bully dia." Jawab Yogi, berbisik.

"Kan aku bantuin kamu." Ujar Diana, tak terima karena di salahkan.

Kedua teman Diana saling melihat satu sama lain.

'Aku mohon kak, tolong aku.' Batin Bella, air matanya semakin deras mengalir.

Levi hanya menatap Bella, kemudian ia berpaling dan pergi begitu saja meninggalkan Bella.

"Hah, selamat." Ucap Diana mengelus dadanya.

"Jadi, boleh lanjut, nih?" Tanya Diana, melihat kedua temannya lalu melihat ke arah Yogi, kakaknya.

Kedua temannya tersenyum senang, sedangkan Yogi mengangkat kedua bahunya sembari tersenyum tipis.

"A-aku mohon, jangan ganggu aku" pinta Diana sembari merapatkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Hahaha." Diana tertawa, melihat wajah ketakutan yang terpampang di wajah Bella.

"A-aku mohon." Ucap Bella lagi, suaranya terdengar melemah kala ia tau jika Diana dan teman-temannya tidak akan berhenti untuk mengganggunya.

Diana langsung membuka baju Bella lalu mengguntingnya. Untung saja saat itu Bella menggunakan kaos dalam hingga bagian sensitif di bagian tubuh atasnya tidak terlihat.

"Wah, semakin seru nih." Ujar Yogi, melihat Bella yang menutup bagian sensitif miliknya.

Bella terus menangis, ia berharap jika ada seseorang yang bisa menolongnya saat itu.

Di sisi lain langkah Levi terhenti, entah kenapa ada hal yang mengganjal di hatinya saat teringat kedua mata Bella yang mengeluarkan air mata.

"Cih, sial." Gumam Levi, membalikkan tubuhnya lalu berlari ke tempat di mana Bella di bully.

***

"Hahaha..." Gellak tawa begitu nyaring memenuhi gang sempit.

Yogi, Diana dan kedua temannya merasa sangat senang dan puas saat mengganggu Bella, seakan-akan mengganggu Bella adalah hal yang wajib di lakukan setiap hari di sekolah.

Rambut Bella acak-acakan, tubuhnya basah akibat di siram air es.

"Makanya, jadi cewek jangan sok kecantikan." Ujar Diana, mencengkeram kedua pipi Bella dengan tangan kanannya.

"Ma-maaf." Ucap Bella, seperti berbisik.

"Lepasin!" Teriak Levi di ujung gang.

Seketika Diana langsung melepaskan cengkeramannya, ia kemudian menoleh ke asal suara.

"Kak Levi." Gumam Diana dan Yogi bersamaan.

Bella ikut menoleh, seketika ia merasa lega melihat Levi yang menghampiri dirinya.

'Tolong aku, kak.' Batin Bella. Namun ia setengah berharap kepada Levi, karena Bella tau bagaimana bencinya Levi terhadap dirinya.

"Pergi kalian!" Teriak Levi sarkas.

Yogi, Diana dan kedua temannya langsung pergi dari tempat itu. Keduanya menunduk melewati Levi.

"Bangun." Ucap Levi jutek, sembari membuka baju seragamnya.

Bella langsung berdiri sembari mendekap tubuhnya sendiri dengan tangannya.

Mata Bella terbuka lebar, saat merasakan tubuhnya di tutupi dengan seragam Levi.

Levi langsung menggendong Bella.

"Jangan berpikir yang macam-macam, aku menolongmu bukan karena aku sudah menganggapmu sebagai bagian dari keluarga Cahyono, hanya saja aku tidak mau di tanyakan yang tidak-tidak oleh mama dan papa jika kamu berantakan seperti ini, padahal bukan aku yang mengganggumu." Ucap Levi sarkas, sembari berjalan menggendong Bella menuju ke UKS.

Bella tersenyum melihat perbuatan baik yang di lakukan Levi kepadanya untuk pertama kali.

***

Levi membaringkan Bella di atas kasur, keduanya kini telah sampai di UKS.

Levi mengambil kotak P3K, lalu mengobati luka memar di wajah dan tubuh Bella.

"Aw." Ringis Bella kesakitan.

"Gini aja sakit." Ucap Levi, terus menekan-nekan lembut memar di wajah Bella dengan lembut.

Wajah mereka berdua begitu dekat, hingga Bella bisa merasakan nafas Levi yang menerpa lembut wajahnya.

"Ishh." Bella menahan perih di wajahnya, ia memejamkan matanya.

Seketika Levi terdiam, tangannya tidak bergerak mengobati luka Bella. Matanya terpaku melihat wajah Bella. Memindai seluruh wajah Bella dan pada akhirnya terpaku di bibir mungil merah Bella.

'Cantik.' batin Levi, memandang wajah bella. Jantungnya berdetak dengan cepat.

Bella yang merasakan Levi berhenti mengobati lukanya langsung membuka matanya. Kedua mata mereka bertemu.

Seketika wajah Levi maju, mendekat ke wajah Bella.

"Kakak." Panggil Bella seperti berbisik, ia memundurkan wajahnya ketika wajah Levi hampir mendekat ke wajahnya.

Levi semakin maju, mendekat ke arah bella.

"Kakak." Panggil Bella lagi.

Jantung Bella berdetak kencang, Levi seakan-akan ingin menciumnya.

"Kak."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!