Penginapan

“Widya, kamu masih seperti dulu. Kamu masih tetap cantik seperti saat pertama kali kita bertemu” ucap Andre.

“Ndre....”

“Aku menyesal kenapa pertemuan ini begitu terlambat. Seandainya saja kita ketemu sebelum kita sama-sama menikah mungkin saja...”

“Maaf Ndre, kita sudah mengakhirinya jadi aku harap jangan kamu ungkit-ungkit lagi masa lalu kita karena masa lalu kita sudah aku kubur dalam-dalam bersama dengan rasa sakit yang aku alami. Yang perlu kamu ingat kita hidup untuk masa depan bukan masa lalu. Lebih baik sekarang kamu fokus memikirkan keluarga kamu begitu juga dengan aku. Aku merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Maaf aku harus pergi,” ucap Widya sambil berlalu pergi dari hadapan Andre.

Kenangan ketika kuliah dulu membuat perasaannya sangat sakit karena mereka sudah berjanji akan menikah setelah wisuda tapi kenyataannya keduanya tidak pernah bertemu lagi.

Widya langsung berjalan menyusuri trotoar untuk mencari sebuah penginapan. Andre tetap berjalan di belakangnya mengikuti langkah Widya karena Andre tau daerah ini sangat rawan dan banyak penjahat karena daerahnya sangat sunyi yang ada hanya perkebunan kelapa sawit.

Sepanjang perjalanan hanya ada beberapa rumah penduduk terlihat. Widya dengan santai berjalan menyusuri trotoar dan sesekali melihat kekanan dan ke kiri untuk mencari penginapan yang ada.

“Widya...” panggil Andre yang berjalan di belakangnya tapi Widya tidak menghiraukannya.

Widya tetap berjalan tanpa melihat ke belakang.

“Aku tau daerah di sekitar sini Widya. Daerah di sekitar sini sangat rawan. Aku harap kamu mau aku antar pulang ke rumah karena aku tau kamu sudah ketinggalan bus untuk pulang ke rumah,” ucap Andre.

Mendengar ucapan Andre, Widya langsung menghentikan langkahnya.

“Maaf Ndre, aku tidak bisa menerima tawaran kamu.”

“Kenapa Widya? Aku nggak mau terjadi sesuatu padamu kamu nantinya,” jelas Andre khawatir.

“Nggak perlu mengkhawatirkan aku, Ndre. Lebih baik kamu pulang saja ke rumah biar aku mencari penginapan sendiri.”

“Aku akan pulang ke rumah kalau kamu pun ikut pulang. Aku akan mengantar kamu sampai depan rumah kamu kalau kamu menyetujuinya.”

“Nggak Ndre lebih baik kamu pulang saja.”

“Ya udah kalau memang seperti itu aku akan tetap mengikuti kamu. Kita sama-sama menginap di daerah sini karena aku tau betul daerah sini. Kalau kamu mau mencari penginapan di persimpangan itu ada penginapan yang sangat sederhana,” ucap Andre sambil berjalan beriringan dengan Widya.

Widya merasa tidak nyaman dengan keberadaan Andre yang berjalan di sampingnya. Andre juga dapat merasakan sikap Widya yang kelihatannya selalu menjaga jarak.

“Maaf Ndre, lebih baik kamu jalan di depan aja biar aku jalan di belakang kamu.”

“Kenapa Widya?” tanya Andre memperhatikan wajah Widya.

“Aku hanya nggak nyaman aja. Gimana nanti kalau dilihat oleh orang yang mengenal kamu, dikiranya kita punya hubungan.”

“Biar aja penilaian orang seperti apa dan aku nggak pernah takut atas penilaian orang lain Widya. Bahkan aku menginginkan yang dinilai orang itu menjadi kenyataan.”

Mendengar ucapan Andre, Widya langsung cemberut. Kemudian dia memperlambat langkahnya supaya Andre bisa berjalan duluan di depannya, tapi dugaannya salah. Semakin Widya memperlambat langkahnya Andri juga ikut memperlambat langkahnya sehingga mereka berjalan tetap beriringan.

Akhirnya Widya pun mengalah dan keduanya berjalan menyusuri trotoar menuju ke persimpangan empat. Ternyata yang dikatakan Andre benar, bahwa di persimpangan ampat ada sebuah penginapan yang sangat sederhana.

Widya langsung berjalan ke penginapan itu diikuti oleh Andre.

Melihat Widya masuk ke suatu penginapan, Andre langsung mengikutinya.

“Selamat siang Mbak?” sapa Widya pada wanita di ruang resepsionis.

“Selamat siang Mbak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu ramah.

“Mbak, saya mau pesan kamar...”

“Sebentar ya Mbak. Mari Mbak silakan duduk dulu,” pinta wanita itu ramah.

Widya dan Andre kemudian duduk di kursi yang ada di depan wanita itu. Terlihat wanita muda tadi membolak-balik sebuah buku.

“Kebetulan Mbak ada kamar kosong ini pun tinggal satu mungkin ini rezeki Mbak sebab sebelumnya sudah ada yang booking tapi tiba-tiba barusan saja membatalkan,” jelas wanita itu.

“Alhamdulillah....” jawab Widya.

“Memangnya Mbak butuh kamar berapa?”

“Saya pikir ada dua Mbak,” ucap Andre.

“Memangnya ada teman Mas yang butuh penginapan lagi?”

“Maaf Mbak, teman kami nggak jadi kok menginap jadi hanya kami aja yang akan menginap di sini,” jelas Andre.

Widya langsung melirik ke arah Andre heran.

‘Kenapa Andre mengatakan seperti itu. Bukankah yang mau menginap hanya aku dan dia, tapi kenapa dia mengatakan kalau ada temannya.’

“Sebentar ya Mbak akan saya persiapkan dulu. Mbak tetap duduk saja di sini sampai kamar selesai dibersihkan,” jelas wanita itu dan langsung pergi meninggalkan Widya dan Andre.

“Andre, kenapa kamu mengatakan seperti itu tadi?”

“Aku nggak mau mereka menuduh kita yang bukan-bukan makanya di depan mereka kita pura-pura aja suami istri,” jelas Andre.

“Kenapa seperti itu?” tanya Widya heran.

“Karena mereka nggak akan percaya kalau kita hanya sekedar berteman. Pasti mereka mengira kalau kita berselingkuh makanya untuk menghindarkan tuduhan mereka seperti itu lebih baik kita pura-pura aja sebagai suami istri. Lagian mereka kan nggak kenal kita,” jelas Andre.

Akhirnya Widya pun terdiam dan menurut saja ucapan Andre.

“Ini Mbak kunci kamarnya.” Wanita muda tadi memberikan sebuah kunci kamar pada Widya.

“Terima kasih Mbak,” jawab Widya.

Kemudian Widya dan Andre berjalan menuju kamar yang telah mereka booking. Saat berjalan menuju kamar itu Widya merasa bingung karena dia harus tidur sekamar dengan Andre. Walaupun tidak ada yang tau kalau mereka bukan suami istri, tapi Widya merasa tidak nyaman. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain harus menerima semua ini.

Penginapan ini memang sangat kecil dan kamarnya pun hanya ada beberapa tapi terlihat penginapannya sangat bersih dan rapi membuat Widya merasa lebih tenang. Sampailah mereka di kamar tujuh belas. Widya kemudian membuka pintu kamar itu.

“Ceklek...” Pintu pun terbuka.

Widya dan Andre langsung masuk ke dalam. Widya berjalan sambil melirik ke kanan dan ke kiri untuk mencari extra bed yang telah dipesannya tadi.

Melihat Widya seperti sedang bingung Andre langsung bertanya. “Ada apa Widya, kenapa kamu seperti orang bingung?”

“Tadi aku kan pesan extra bed tapi kenapa kok nggak ada ya.”

“Mungkin belum diantar, tunggu aja sebentar lagi pasti diantar,” jelas Andre.

Kemudian Widya duduk di kursi rotan yang ada di dekat jendela, sedangkan Andre duduk di sisi tempat tidur. Tidak lama kemudian Andre langsung bangkit dari duduknya.

“Sekarang kamu istirahat dulu ya, aku mau ngambil mobil dulu di terminal.”

Widya hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian Andre keluar dari kamar dan berjalan menuju Terminal untuk mengambil mobil yang sempat diparkirkan di dalam terminal.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

have a nice dream

2023-02-28

0

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

cinta lama bertemu kembali

2023-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!