Bab 2 Discover

Kenyataan itu adalah sesuatu yang mengejutkan. Ada juga yang bilang kalau itu adalah sesuatu yang jahat. Kita manusia hanyalah mahkluk lemah yang harus bisa menerima setiap kenyataan yang diberikan olehNya.

Hal yang paling berat untukku adalah disaat itu harus membuatku merasa marah dan sedih secara bersamaan.. Ya, percis seperti saat ini. Aku tak bisa berkata-kata dan hanya bisa memandangi punggung perempuan itu yang tengah berjalan memasuki Akademi Golden Star.

'Apa ini nyata?'

Itulah yang terlintas di benakku. Siapa yang menyangka, kami yang baru saja bertemu dan saling berkenalan ternyata akan berujung menjadi musuh satu sama lain.

'Tidak.'

Sepertinya ia tidak mengingatku. Kalau begitu di pikirannya mungkin aku masihlah seseorang yang pernah menolongnya.. Seorang yang mungkin selanjutnya ia harapkan untuk bertemu kembali dalam suasana yang lebih baik tentunya.

Sayang.. Dibandingkan itu, apa yang ada di pikiranku sekarang mengenainya adalah sesuatu yang sungguh jauh berbeda

'Ichiji Sei.'

Semenjak mendengar nama tersebut, aku seketika mengingatnya kembali. Ichiji Sei merupakan nama anak perempuan satu-satunya dari keluarga Ichiji, atau dengan kata lain.. ialah tujuan utamaku datang ke sekolah ini.

Aku mencoba menenangkan perasaanku yang bercampur aduk. Untuk sekarang jelas lebih baik fokus dulu di sini. Jika aku gagal diterima di sekolah ini, semua rencana balas dendam itu adalah hal yang percuma. Tak akan ada yang bisa kulakukan padanya jika kami tak diterima di sekolah yang sama.

Aku menatap ke arah penjaga yang masih bersiaga di depan gerbang. Otakku pun mulai memproses semua informasi berdasarkan petunjuk yang telah kulihat dan kudengar tadi. Beberapa menit berlalu dan aku akhirnya sampai pada hipotesa yang sedikit gila.

Hipotesa yang pertama adalah ujian khusus ini sebenarnya memanglah ada, tapi terkait detailnya tak pernah dijabarkan atau dalam artian lain mereka sengaja menyembunyikannya dan membuat peserta menerkanya sendiri.

Jika itu memang benar, lalu bagaimana caranya memulai ujian ini? Hipotesa yang kedua adalah ujian khusus ini dimulai dari tempatku berdiri sekarang. Ya.. tempat dimana seseorang untuk pertama kalinya mulai menginjakan kakinya di Akademi Golden Star.

'Gerbang Sekolah.'

Untuk bisa memasuki gerbang seperti ini biasanya kita harus menunjukan suatu barang khusus yang membuat penjaga mengakui kita, seperti ID misalnya. Namun selain barang, sebenarnya ada juga hal lain yang bisa menggantikannya.

Itu adalah sesuatu yang diucapkan dan diketahui hanya oleh si pengunjung dan juga si penjaga gerbang. Sesuatu yang akan membawa sang pengunjung masuk ke dalam dan diterima dengan baik tersebut adalah.. Ya, itu adalah sebuah 'sandi'.

Aku melihat ke atas gerbang. Di sana terpasang sebuah ukiran besar yang membentang dari ujung gapura hingga ke ujung yang lain. Sebuah gambaran langit malam dengan sebuah bintang besar di tengah yang digambarkan memancarkan cahaya ke seluruh penjuru.

'Apa itu matahari?'

Sepertinya bukan. Jika melihat dari nama sekolahnya, 'Golden Star' berarti bintang emas, dimana emas itu merupakan logam yang biasanya diberikan kepada sang juara atau mereka yang berada di peringkat pertama. Lalu jika ditarik hubungan antara emas dan bintang itu sendiri maka hanya ada satu jawaban.

Aku mendekat ke gerbang sekolah lagi dan sama seperti sebelumnya, kedua penjaga itu segera menghadang kembali.

"Apa yang membawamu kemari?"

Sudah kuduga, pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.

"Cahaya dari bintang paling terang di langit malam, Sang Alfa Canis Major atau juga yang biasa disebut.. Sirius."

Meski memiliki ekspresi yang datar, aku menyadari rasa keterkejutan yang muncul tiba-tiba dari tatapan mata mereka.

"Silahkan ikuti saya."

Salah seorang dari penjaga itu memintaku untuk mengikutinya. Jadi hipotesaku benar kalau sandi itu adalah jawaban yang tepat untuk memulai ujian khusus ini.

Aku berjalan di belakang si penjaga. Kami menyusuri sebuah taman yang megah dengan pohon-pohon dan semak-semak penuh dengan bunga berwarna-warni. Rasanya ini seperti berada di negeri fantasi. Lagi pula.. siapa yang akan percaya bahwa ada tempat seindah ini tengah perkotaan yang telah penuh dengan beton.

"Kita sampai."

Di tengah-tengah taman terdapat sebuah area jamuan dengan seorang wanita yang tengah duduk di sana sambil asik membaca buku. Ia memiliki rambut lurus coklat dengan panjang sebahu. Ia mengenakan setelan jas dan sebuah rok, itu tampak cukup formal dan membuatku langsung bisa menebak bahwa ia juga adalah salah seorang staff di sekolah ini.

"Permisi, maaf mengganggu waktu anda."

Ucap sang penjaga dengan penuh hormat.

"Saya membawa seorang tamu untuk anda."

'Tamu katanya?'

Itu sedikit membuatku geli karena aku tidak merasa datang untuk bertamu di sini. Kami tidak saling kenal, tapi jika ia menyebutku sebagai tamu.. berarti wanita ini adalah seseorang yang memang harus kutemui.

"Oh ya, kupikir tak akan pernah ada yang bisa sampai ke sini."

Wanita itu memberikan kode, lalu penjaga itu pun pergi meninggalkan kami.

"Silahkan duduk."

Ucapnya sambil mengambil teko yang ada di meja dan menuangkan sesuatu ke dalam cangkir.

"Mari minum teh dulu sambil mengobrol."

"Terima kasih."

Perlakuan yang kudapat kali ini sungguh berbeda dari yang sebelumnya. Kedua penjaga tadi begitu dingin dan menyeramkan, tapi wanita ini tampak ramah dan bahkan memberikanku secangkir minuman.

"Oh ya, namaku Haruka. Salah satu Sensei di sekolah ini."

"Saya Shunsaku Tomo, mohon kerja samanya."

"Jangan tegang-tegang. Rileks aja.. Di ujian tahap kedua ini kita punya banyak waktu, jadi sambil ngeteh sekali pun kita juga bisa."

Keheningan muncul sesaat sebelum akhirnya aku mulai mengajukan pertanyaan.

"Apakah kita akan memainkan sebuah games?"

Haruka Sensei tersenyum mendengar pertanyaanku.

"Kenapa menurutmu itu adalah sebuah games?"

"Itu bisa kita lakukan sambil ngeteh kan? Ada kata 'kita' di sana yang berarti itu adalah sesuatu yang akan dilakukan oleh lebih dari satu orang."

"Hooh.. terus-terus?"

Haruka Sensei kian tertarik.

"Sesuatu yang biasanya dilakukan oleh dua orang di tengah area jamuan taman sambil bersantai menghabiskan waktu dan minum teh. Jika itu bukan sekedar mengobrol.. berarti itu adalah sebuah games."

"Itu hipotesa yang bagus. Terus.. menurutmu games apa yang akan kita mainkan?"

Dari pertanyaan tersebut berarti benar bahwa itu adalah sebuah games. Lalu untuk games apa yang akan kita mainkan kemungkinan besar adalah games papan. Sebuah game yang cocok dimainkan oleh dua orang dengan mengasah strategi dan kelihaiannya dalam pengambilan keputusan.

Namun sebenarnya ada banyak jenis dari game papan itu sendiri. Bagaimana caranya aku bisa tahu game apa yang akan dipilih olehnya?

Pandanganku sesaat beralih ke taman yang ada di sekeliling kami. Kalau diperhatikan, meski ini memanglah di Jepang, tapi dari model taman dan suasananya sendri tampak justru bergaya barat. Begitu pula dengan tempat kami melakukan ujian ini memiliki pilar-pilar dengan ukiran bergaya romawi ditambah juga sebuah atap kubah putih yang menghalau sinar matahari.

"Gimana? Sudah bisa menebak?"

"Sepertinya."

"Baiklah.. tapi kalau sampai salah, ujianmu ini kuanggap gagal ya."

Ucapan yang bernada ancaman itu sama sekali tidak membuatku gentar.

"Games yang akan kita mainkan.. adalah catur. Benar kan?"

"Ya, itu benar."

Haruka Sensei memang bertepuk tangan mengucapkan selamat. Namun diwajahnya itu tak tergambar sedikitpun keterkejutan.

"Selamat datang di ujian khusus tahap kedua. Sekarang.. mari kita mulai ujiannya."

Permukaan meja di depanku tiba-tiba terbelah dan sebuah papan catur lengkap dengan bidak-bidaknya muncul ke permukaan. Siapa sangka jika meja batu yang ada di tengah taman seperti ini ternyata begitu canggih.

Benda ini bisa mengeluarkan papan catur. Selanjutnya apa lagi yang bisa ia keluarkan? Sebuah pizza kah? Tampaknya aku harus mulai terbiasa dengan hal seperti ini mengingat tempat ini juga merupakan sekolah elit.

Haruka Sensei memulai permainan duluan karena ia mengambil sisi putih. Untuk catur sebenarnya aku tak memiliki minat khusus. Namun untuk sesuatu yang memerlukan strategi dan konsentrasi dalam pengambilan keputusan.. aku cukup percaya diri.

Waktu berlalu tanpa terasa dan kami sampai di pertengahan pertandingan. Ini adalah sebuah pertandingan yang sulit dimana Haruka sensei tidak memberikan sedikit pun celah. Umumnya seseorang akan melakukan satu atau dua kesalahan, tapi tidak untuk lawanku yang satu ini. Setiap langkahnya seperti merupakan sebuah pengambilan keputusan terbaik dari sekian banyaknya kemungkinan yang ada.

'Apa ia curang?'

Entahlah. Tak ada tanda-tanda kecurangan yang kulihat. Jika ini benar-benar kemampuan aslinya berarti saat ini aku sedang berhadapan dengan seorang grand master. Ya, seperti namanya.. ujian khusus bukanlah sembarang ujian karena sebuah kesalahan sama dengan kegagalan.

"Ah!"

Haruka sensei akhirnya melakukan sebuah kesalahan. Meski tidaklah begitu fatal, tapi ekspresinya itu pun seketika menegang. Alis matanya yang semula melengkung rileks kini tampak menukik tajam.

Aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini dan menyerangnya tanpa ampun. Haruka Sensei semakin kehilangan ketenangannya. Formasinya pun akhirnya goyah dan aku berhasil menyudutkan rajanya. Ia mungkin bermain seperti seorang grand master, tapi seorang grand master pun tetaplah manusia yang bisa melakukan kesalahan.

"A-Aku.. mengaku kalah."

"Pertandingan yang bagus. Terima kasih sensei."

"Memang pertandingan yang bagus, tapi apa-apaan tadi itu?! Tak ada kesalahan satu pun dan setiap langkahmu sempurna sampai di akhir.. Apa kamu curang?"

"Mana mungkin. Lagi pula apa boleh buat kan.. Kalau aku tidak bermain seperti itu, apa mungkin aku menang melawan grand master?"

Haruka Sensei tak mengelak saat aku menyebutnya grand master. Pertanyaanku mungkin membuat ia tersadar bahwa dirinya sendiri adalah lawan yang sangat berat sehingga tak mungkin seorang amatir bisa mengalahkannya. Mereka yang ingin lolos haruslah berada di level yang setara dengan grand master.. atau mungkin berada di atasnya.

"Baiklah.. Yang kamu bilang itu benar. Aku hanya tak bisa percaya karena kalah dari anak SMA."

Haruka Sensei menghela napas sesaat membuat ketenangannya yang tadinya sempat hilang itu kembali.

"Untuk ujian tahap akhir akan diadakan di gedung utama. Sampai di sana katakanlah bahwa aku yang mengirimmu dan selanjutnya kamu pun akan diberitahu harus kemana."

"Baiklah.. Kalau begitu aku per-."

"Selanjutnya.."

Sensei menghentikanku sesaat sebelum berpamitan. Aku bisa merasakan aura intimidasi yang kuat darinya. Terutama di dalam bola matanya yang menatapku dengan tajam itu.. sesuatu sedang berkobar.

"Selanjutnya akulah yang akan menang."

Ucap Haruka Sensei dengan menantang. Yah, pernyataan konfrontasi itu adalah sesuatu yang memang ingin kudengar darinya. Aku pun tersenyum, seolah menyambut tantangannya dengan penuh keyakinan juga.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!