[Sudut Pandang Ichiji Sei]
Berbakti kepada orang tua itu adalah sebuah kewajiban bagi seorang anak. Karena itu, aku selalu ingin menjadi anak yang baik dan bisa membuat mereka bangga.
Aku juga tidak pernah rewel dan selalu penurut. Dari kami yang masih hidup sederhana sampai dengan bergelimang harta pun sifatku tidaklah pernah berubah.
Namun tak ada gading yang tak retak. Orang tuaku yang tampak begitu baik sebenarnya juga memiliki sisi gelapnya. Sebagai anak yang penurut sekalipun, diriku tetap tidak bisa menutup mata atas apa yang telah mereka lakukan.
Aku masih ingat.. dulu saat aku masih kecil orang tuaku pernah mengajakku bertemu dengan sebuah keluarga bernama 'Shunsaku'. Mereka bergerak di bisnis yang sama dengan kami, hanya saja mereka jauh lebih sukses. Mereka juga memiliki satu orang anak laki-laki, dan nama anak itu adalah 'Shunsaku Tomo'.
Ia adalah anak yang ceria dan juga cerdas. Ia memiliki wajah yang manis dan sepasang lesung pipi di kedua sisinya yang akan muncul saat ia tersenyum.
Sayang, kenyataan berubah menjadi begitu jahat. Aku yang sempat merasa akan bisa berteman baik dengannya harus mengubur pikiran itu dalam-dalam. Entah karena apa, tak ada yang mau memberitahuku.. Yang pasti saat itu aku tak pernah lagi melihat keluarga Shunsaku.
"Ayah sudah bilang, jangan sebut nama keluarga itu lagi!"
Itulah jawaban yang kudapat saat mencoba menanyakan mengenai keluarga Shunsaku. Disitu juga untuk pertama kalinya aku melihat ayahku benar-benar marah. Ia yang selama ini biasanya selalu lembut dan memanjakanku tiba-tiba meninggikan suaranya dan berwajah menyeramkan.
Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Namun aku memilih untuk memihak orang tuaku dan beranggapan bahwa keluarga Shunsaku-lah yang telah melakukan hal buruk kepada ayah.
Aku tak berani untuk menanyakannya lagi dan diam-diam mencari jawabannya sendiri. Kemudian suatu malam.. saat sedang menyelinap secara tidak sengaja mendengar percakapan kedua orang tuaku mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu.
Saat itulah aku mengetahui kenyataannya. Itu adalah sebuah kenyataan yang menyedihkan dimana keluarga Shunsaku telah hancur. Lalu kenyataan yang lebih membuat hatiku remuk lagi adalah keluarga Ichiji.. Ya, keluargaku ini.. adalah dalang dibalik kehancuran Shunsaku.
Tiba-tiba aku seperti merasa kehilangan kekuatan di kedua lututku. Perutku pun terasa mual akibat perasaan aneh yang begitu mengejutkan. Aku bergegas menuju kamar dan bersembunyi di balik selimut. Sepanjang malam itu aku menangis.. membiarkan air mataku bercerita mengenai kejamnya sebuah kenyataan
***
Hidup akan terus berjalan meski kita tidak menyukainya. Menjalani hidup dengan perasaan seperti itu tentu tidaklah menyenangkan. Rasanya seperti zombie.. Dibilang mati, tapi tetap hidup.
Hari ini aku akan mengikuti ujian masuk Akademi Golden Star. Itu adalah sebuah sekolah elit terbaik, tempat berkumpulnya orang-orang berbakat dalam berbagai bidang.
Sekolah itu tidak hanya memanjakan siswanya dengan fasilitas yang super lengkap. Katanya mereka yang lulus dari sana juga sudah dipastikan akan mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang lebih dari sekedar layak. Kedengarannya hebat.. tapi semua itu bukanlah alasan utamaku datang ke sana.
Aku tertarik pada sekolah ini setelah mengetahui bahwa ia memiliki sebuah aturan yang unik. Aturan tersebut mengharuskan kepada para siswa untuk tinggal di asrama sekolah. Asrama akan dibagi menjadi laki-laki dan perempuan, serta angkatannya. Hanya siswa yang boleh masuk ke asrama dan dilarang untuk membawa keluarga serta pihak dari luar.
'Inilah alasanku datang ke sini.'
Sungguh, tujuan utamaku ingin bersekolah di sini adalah karena adanya aturan ini. Aku mulai bisa membayangkan rasanya tinggal sendirian dan melupakan tentang kepura-puraan yang selama ini kulakukan di rumah. Harus terus berpura-pura tersenyum dan merasa bahagia seperti itu di rumah.. Sungguh, aku sudah tidak kuat!
Semenjak mengetahui kebenaran yang tersembunyi itu, pandanganku terhadap kedua orang tuaku berubah. Ada sebuah rasa ketakutan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.. Sebuah perasaan tidak tenang yang membuatku sewaktu-waktu seolah sedang merasa terancam. Memikirkan itu membuatku semakin merasa lemas.. Astaga, aku ingin cepat-cepat bisa berada di asrama sekolah.
Disaat aku berjalan mendekati gerbang sekolah.. angin tiba-tiba berhembus dengan kencang, membuat ikat rambut kesayanganku terlepas dan terbang terbawa angin.
"Ah.. Ikat rambutku!"
Untungnya seseorang laki-laki yang juga ada di dekat sana menangkapnya. Ia memiliki rambut kecoklatan yang lurus dan alis matanya yang tebal melengkung dengan rapi. Saat itu seketika jantungku berdegup dengan kencang.
'Shu-Shunsaku?!'
Perasaanku langsung bercampur aduk. Bagaimana kalau ia sampai mengetahui identitasku? Apa ia akan langsung membenciku? Menghindarinya atau berpura-pura tidak kenal mungkin adalah pilihan yang terbaik. Aku tahu itu, tapi anehnya.. tubuhku malah tidak mau melakukannya. Tubuhku justru mulai melangkah.. lalu kemudian berlari menghampirinya yang ada di sana.
"Syukurlah, untung belum jauh."
Kali ini aku bisa melihatnya yang tepat ada di depanku dengan jelas. Banyak hal yang tampaknya sudah berubah dari dirinya. Ekspresi wajahnya yang dulu manis itu kini telah menjadi dingin. Bahkan, dari bagaimana ia kini menatapku pun sudah sangat berbeda.
Di matanya yang dulu penuh dengan keceriaan dan kehangatan itu kini tampak terasa kosong. Meskipun begitu.. bagiku ia masih tetap menjadi Shunsaku Tomo yang kukenal. Aku yakin ada bagian di dalam dirinya yang tidak berubah.. Ya, seperti bagaimana ia mengembalikan ikat rambutku ini.
'Mungkinkah..'
Mungkinkah ini sebuah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan? Jika iya.. Jika kami bisa sama-sama berada di sekolah ini.. aku tak peduli meski harus melakukan apa pun, kali ini aku berjanji akan memperbaiki semuanya.
Siang itu di depan gerbang Akademi Golden Star, aku membuat sebuah janji.
***
[Sudut Pandang Amasawa Yuki]
Seorang genius bernama Einstein pernah berkata, 'Genius itu adalah satu persen bakat dan sembilan puluh sembilan persen kerja keras'. Jika itu memang benar, lalu kenapa semua orang tidak bisa menjadi genius? Mungkinkah mereka kurang dalam bekerja keras atau mungkin mereka tidak memilikinya, satu persen dari bakat itu sendiri.
Namaku Amasawa Yuki, aku memiliki fisik yang lemah bahkan untuk seorang anak perempuan sekalipun karena sejak kecil aku memiliki kelainan jantung. Hal itulah yang membuatku hanya bisa menghabiskan hari-hariku di dalam rumah.
Namun, aku tak membenci semua itu. Aku tak pernah merasa bosan karena orang tuaku selalu memberikanku banyak buku. Setiap harinya aku bisa membaca buku yang berbeda. Baik itu buku yang sulit atau pun sebuah novel tidaklah masalah. Seperti rasa lapar yang tak ada hentinya, aku merasa selalu ingin menemukan hal-hal baru yang bisa menggugah rasa ketertarikanku.
"Bagus, kondisimu sekarang sudah jauh membaik."
Suatu ketika dokter mengatakan jika kelainan jantungku sudah membaik. Usiaku yang sudah semakin remaja dan diikuti oleh pertumbuhan tubuhku menjadi salah satu faktor yang mendukung. Aku tentu senang mendengarnya. Meskipun ini belum bisa dikatakan sembuh total, kabar baiknya lagi ialah aku sudah diijinkan untuk pergi ke luar terutama bersekolah.
'Sekolah-kah?'
Tempat yang sudah sangat lama tidak pernah kulihat lagi. Kalau tidak salah terakhir kalinya itu disaat aku masih ada di kelas tiga sekolah dasar.
Menarik. Itu yang terlintas saat aku membayangkannya. Tempat itu seperti sebuah buku cerita lengkap dengan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Lalu apa yang membuat buku itu menjadi menarik? Jawabannya jelas.. adalah konflik.
Aku tak menginginkan suasana sekolah yang damai. Jika di sana hanya ada kedamaian dan aktivitas yang monoton, cerita di buku itu tentu tidak akan menarik.
Konflik itu diperlukan. Namun jika di sana memang tidak ada hal yang seperti itu. Tidak usah khawatir.. kita tinggal membuatnya.
"Yuki, kita sudah sampai."
Ayah menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah yang aku tuju. Dari depan sini aku bisa melihat bangunan utamanya yang menjulang dan berdiri megah. Akhirnya, aku sampai di sekolah elit terbesar di negara ini.. Akademi Golden Star.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments