PART 04

Tania sedang bersantai di ruang tengah, mendengarkan musik sambil berbaring di lantai yang beralaskan karpet.

Bahkan saat Aldi datang pun dia tidak tau.

"Non, itu ada tamu, temen non yang ngajak nonton waktu itu," kata Simbok.

Tania mengecilkan musiknya dan langsung cepat-cepat keluar. Dilihatnya Aldi agak berbeda dari biasanya. Dia terlihat lebih rapi dengan kemeja warna hitam yang membuatnya terlihat cool. Tania terpana melihatnya, namun seketika dia dikagetkan dengan sapaan Aldi.

"Malam Tania,"

"Malam mas,"

"Boleh masuk?"

"Boleh, silahkan," ucap Tania.

Aldi masuk lalu keduanya duduk di ruang tamu.

"Aku ganggu gak ya kira-kira?" tanya Aldi.

"Enggak kok mas, Tania juga lagi nyantai,"

"Kamu suka dengerin musik ya?"

"Suka, terutama musik pop. Mas Al sendiri suka musik ndak?" ucap Tania balik bertanya.

"Aku gak suka musik, sukanya sama kamu," jawab Aldi mulai dengan gombalannya.

Tania hanya tersenyum, sepertinya dia sudah terbiasa dengan ucapan Aldi. Namun walaupun itu hanya sekedar gombalan, tetap saja Tania merasa senang. Mungkin karena dia sudah mulai menyukai Aldi.

"Mas Al haus? Tania ambilin minum ya,"

"Boleh," jawab Aldi.

Alunan musik yang terdengar syahdu membuat Aldi pindah duduk ke ruang tengah. Dia duduk di lantai, dengan tubuh menyandar ke tembok sambil meluruskan kakinya. Suara merdu penyanyi pop legendaris Almarhumah Nike Ardilla memang tetap disukai oleh banyak pecinta musik sampai sekarang.

"Lho mas, kok duduk di lantai," ucap Tania sambil membawa dua gelas minuman jus.

"Gak pa-pa di sini lebih nyaman,"

Lalu keduanya duduk di lantai sambil mendengarkan musik. Karena Tania hanya memakai celana pendek, hampir separuh pahanya yang putih mulus itu terlihat sampai ujung kakinya. Yang membuat mata Aldi selalu meliriknya.

"O iya, Simbok tadi kemana?"

"Udah masuk ke kamarnya," jawab Tania sambil duduk di dekat Aldi.

"Kalau Papamu kapan pulang?"

"Tadi pagi papa telpon, katanya pulangnya diundur dua Minggu lagi,"

"Syukurlah..." kata Aldi.

"Mas Al senang kalau papa gak pulang-pulang?"

"Yo jelas seneng to, kalau papamu pulang aku gak bakalan bisa ada di sini, didekat kamu kayak gini. Malahan aku pengennya papamu pulangnya setahun lagi,"

"Wong edan," ucap Tania.

Memang benar, kalau profesor George Richard ada di rumah. Tidak akan ada pemuda yang berani mendekati anaknya. Apalagi sampai berkunjung ke rumahnya. Bisa-bisa dibawakan pedang.

"Tania, aku mau tanya sesuatu,"

"Tanya apa mas?"

"Tapi jawab yang jujur ya,"

"Njeh mas..."

"Kamu udah punya pacar belum?"

Tania tidak langsung menjawab, dia malah tertawa-tawa.

"Jangankan pacar mas, temen cowok yang Tania punya aja baru mas Al inilah,"

Aldi terlihat senang mendengar jawaban Tania. Hatinya merasa lega.

"Berarti kamu belum pernah dicium cowok?" tanya Aldi sambil mendekati wajah Tania.

Tania menjawab pertanyaan Aldi dengan hanya menggelengkan kepalanya. Tubuh Tania seketika gemetar, dada berdebar, keringat dingin keluar. Wajah Aldi makin mendekat ke wajah Tania. Yang membuat gadis itu panik dan dengan spontan mendorong tubuh Aldi kuat-kuat, yang membuat tubuh Aldi terpental.

"Aduh!" teriak Aldi sambil memegangi kepalanya yang terbentur lantai.

"Maaf mas, sakit ya?"

"Ya jelas sakit to,"

"Mas Al sih bikin Tania takut,"

"Maaf, aku cuma mau ngetes kamu aja. Ternyata emang bener, kayaknya kamu emang belum pernah dicium cowok," kata Aldi sambil menggeser duduknya agak menjauh.

"Mas Al marah?" tanya Tania.

"Enggak, saya justru kagum sama kamu. Ibaratnya kamu tu bunga ditengah jurang, mudah dipandang tapi sukar untuk dimiliki,"

"Dan mas Al ibarat kumbang yang mondar-mandir ke sana kemari, hinggap dari bunga satu ke bunga yang lain,"

"Tapi kamu cinta kan sama saya?" tanya Aldi.

"Biasa aja," jawab Tania

"Tapi aku yakin kamu cinta sama saya,"

"Sok tau,"

"Sekarang lihat mata saya, katakan bahwa kamu mencintai saya," kata Aldi sambil mendekati Tania. Menyentuh kedua bahu Tania. Dan menghadapkan Tania tepat dihadapannya, sehingga mata mereka saling bertatapan.

"Sekarang katakan kalau kamu mencintai saya," ucap Aldi, mengulang pertanyaannya sambil terus memandang mata Tania.

"Bagiku cinta tidak untuk dikatakan mas," ucap Tania sambil memindahkan tangan Aldi dari bahunya.

"Kamu benar Tania, cinta memang tidak untuk dikatakan melainkan untuk dirasakan. Tapi aku yakin kamu juga merasakan apa yang aku rasakan, aku benar-benar mencintaimu Tan.

Tania tidak menjawab, dia hanya tersenyum manis.

"Kamu gak percaya ya Tan?" tanya Aldi dengan nada sedikit ngambek.

"Enggak," jawab Tania.

"Yo wes, gak papa kalau kamu gak percaya. Tapi memang itulah kenyataannya. Aku gak akan maksa kamu untuk percaya. Karna aku tau ini baru pertama kali dalam hidupmu mengenal seorang pria. Biarlah waktu yang akan membuatmu sadar dan percaya kalau ada yang benar-benar tulus mencintaimu, dan itu aku,"

"Makasih ya, mas Al udah mau ngertiin Tania,"

"Iya," jawab Aldi sambil tersenyum.

Tania menatap Aldi dengan tatapan penuh cinta, dalam hidupnya baru pertama kali mengenal seorang lelaki yang humoris, sableng, tapi ternyata bisa bersikap dewasa. Sebenarnya Tania sangat mencintai Aldi, hanya dia tidak mau terburu-buru. Dia memang butuh waktu untuk mengenal Aldi lebih dalam lagi.

Apalagi cintanya pada seorang pria yang selalu gonta-ganti pacar. Ini yang membuat Tania merasa sedikit agak takut.

"Ngomong-ngomong kalau sudah tamat SMA, kamu mau lanjut kuliah kemana?" tanya Aldi.

"Aku sih tergantung papa, selama papa masih tinggal disini, Tania juga pasti kuliah di sini. Karna gak mungkin Tania kuliah keluar kota, soalnya papa gak bakalan kasih izin dengan alasan gak bisa jauh dari Tania, dan Tania sendiri juga gak tega tinggalin papa. Mas Al sendiri mau kuliah kemana?"

Aldi tidak langsung menjawab, dia menatap Tania. Dia merasa salut dengan Profesor George Richard. Walaupun dia membesarkan anak seorang diri dan dengan segala kesibukannya itu, tapi dia berhasil mendidik Tania menjadi seorang gadis yang baik, penurut dan sayang dengan orang tuanya.

Karena di luaran sana banyak dijumpai gadis seusia Tania yang sudah rusak pergaulannya. Bahkan terkadang sudah tidak ada lagi rasa hormat kepada orang tua.

"Sama, aku juga kuliah disini kalau kamu disini. Soalnya aku juga gak bisa jauh-jauh dari kamu,"

"Ehm, pantes mas Al pacarnya banyak. Abis jago banget kalau disuruh nge gombal,"

"Aku gak lagi nge gombal, beneran aku pengennya Deket terus sama kamu,"

"Sepertinya sudah larut malam, aku pulang dulu ya," ucap Aldi sambil menghabiskan jus nya.

Tania mengantarkan Aldi sampai di depan pintu. Aldi mendekati Tania sambil berbisik:

"Jangan lupa mimpiin aku ya,"

"Gak mau ah, soalnya kalau mimpiin mas Al berarti lagi mimpi buruk," ucap Tania mengejek.

"Dasar anak nakal," gerutu Aldi sayang pada Tania, sambil memencet hidung mancung Tania.

"Pulang ya," ucap Aldi sekali lagi.

Tania mengangguk sambil tersenyum lalu berkata:

"Hati-hati,"

Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Tania berbaring di kamarnya. Dia mencoba mencerna lagi semua perkataan Aldi. Tania tersenyum, setitik kebahagiaan jelas terlihat dimatanya. Pertama kali dalam hidupnya mengenal cinta. Bahkan bangun tidur pun dia langsung teringat Aldi.

Terpopuler

Comments

Lukman Hakim

Lukman Hakim

kayanya tania sudah mulai jatuh cinta ni sama aldi.

2023-04-16

1

Embun

Embun

hahah gas poool bro,gercep bener ini

2023-04-14

2

🥀

🥀

aldi bener bener ya tak ceples bokongmu, koiso seneng bapake gak mulehhhh😡, jangan sampai persahabatan ini berakhir sampai disini lo ya hiks🤧🤧

2023-04-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!