Bab 5 Aku ada dimana?

Sintia berada di suatu tempat yang tidak dia kenal. Tempat itu penuh dengan pohon-pohon besar. Tempat ini baru bagi Sintia, jadi dia tidak tahu dia berada dimana.

"Aku ada dimana?"

"Makanlah dan jangan banyak bicara!"

Sebuah suara mengagetkan Sintia.

"Si....siapa kalian?"

Mereka manusia atau hantu?

"Hihihi.....hihihi....."

Seorang wanita turun dari atas pohon dengan melayang. Rambutnya terurai hingga ke tanah. Pakaiannya putih dari leher hingga menutup kakinya.

Apakah dia menginjak tanah?

Sintia semakin takut.

"Aku mau pulang?"

"Hihihi....hihihi.....pulang? Pulang kemana?"

"Kerumahku...." jawab Sintia dengan gemetar.

"Ibu.....tolong aku. Keluarkan aku dari sini....."

Sintia semakin ketakutan bketija melihat hidangan yang disajikan.

"Belatung...."

"Itu bukan mie. Itu belatung....!"

"Hihihi.....hihihi.....!" Wanita berbaju putih itu hanya tertawa cekikikan saja melihat Sintia ketakutan dan gemetaran.

.

Ditempat lain, Rangga berteriak dan memanggil Sintia.

"Sintia! Kamu dimana? Cepat keluar! Jangan sembunyi! Tidak lucu tahu! Sudah malam....!"

Rangga terus berteriak dan berfikir jika Sintia sedang berhalusinasi lagi dan main petak umpet dengan nya.

Ibunya juga mencari ke lantai atas dan juga lantai bawah.

"Sintia....ayo makan nak. Sudah malam. Kamu belum makan sejak tadi,"

Pak Karya juga ikut mencari Sintia di sekeliling rumah.

"Gimana pak? Apakah sudah ketemu?"

Pak Karya nampak menggeleng lesu.

"Ini sudah malam. Kemana perginya anak itu?"

Pak Karya benar-benar bingung dengan situasi ini.

"Ini sudah malam pak. Sintia juga baru disini. Dia belum punya kenalan atau teman. Ibu jadi khawatir dengan kepergiannya,"

Tiba-tiba Rangga juga turun dari tangga dan menatap ayah serta ibunya.

"Rangga gimana? Kamu menemukan jejak adikmu?"

Ibunya sangat cemas dan berharap Rangga tahu dimana Sintia.

Rangga menggeleng pelan dan wajahnya juga sendu.

Mereka bertiga berkumpul dan berfikir. Mereka mengingat-ingat kemana kira-kira Sintia pergi.

Dua jam telah berlalu. Makanan yang dimasak tidak tersentuh sama sekali.

Mereka semua tidak merasakan lapar padahal sebelumnya sangat lapar. Semua rasa lapar itu sirna karena hanya memikirkan Sintia saja.

"Kemana perginya anak itu?"

Ibunya keluar dan berdiri di gerbang rumah barunya.

"Pak aku mau ke rumah warga. Siapa tahu ada yang melihat Sintia,"

"Ya sudah. Ayo kita kesana! Rangga! Kamu tetap dirumah!"

Pak Karya dan Bu Ratih lalu keluar dan akan mencari Sintia ke perkampungan dan bertanya pada beberapa warga.

"Sepi sekali ya pak," ucap Bu Ratih ketika berjalan bersama suaminya menuju perkampungan.

"Namanya juga kampung bu. Beda sama di kota. Jam segini mereka dah pada tidur...."

"Memangnya sekarang jam berapa pak?"

Tanya Bu Ratih menoleh ke pergelangan tangan suaminya.

"Jam sepuluh Bu...."

"Ibu semakin khawatir saja,"

"Tenang Bu....kita sedang berusaha mencari Sintia. Atau semoga saja dia sudah pulang kerumah,"

"Iya pak. Di rumah ada Rangga,"

Rangga duduk diruang tamu sendirian. Dia berharap Sintia pulang sebelum ayah ibunya kembali.

Suara hembusan angin berbisik diantara gesekan suara daun. Tiba-tiba terdengar siulan dari atas tebing.

Rangga menoleh ke sana dan mengamati siapa yang bersiul tadi.

Saat Rangga berdiri, pintu gerbang terbuka dengan sendirinya.

Kreeeekkkkkk!

"Siapa disana?"

Rangga melangkah akan mengintip dari jendela. Mungkin itu ayah atau Sintia yang datang.

Saat salah satu tanganya perlahan menyibakkan jendela tiba ada yang berdiri persis di hadapannya.

"Astaga!"

Rangga kaget dan mundur hingga terjatuh.

"Apa tadi?"

Rangga mengucek matanya dan terdengar suara air bergemericik di kamar mandi.

Belum sempat dia bangun, tiba-tiba sebuah kursi plastik melayang kearahnya.

"Woiiii!"

Rangga menahan kursi itu dengan satu tangan nya.

Dia lalu berdiri dan berjalan ke kamar mandi.

"Siapa yang nyalain air ini? Ibu nih. Pasti lupa matiin air krannya,"

Rangga lalu memutar air kran itu dan kini lampu kamar mandi tiba-tiba mati.

"Woiiii! Siapa yang matiin lampu!"

"Ehh, ngapain gue teriak ya! Kan cuma gue yang ada dirumah ini. Sintia ngga ada. Ayah dan ibu juga, ah sial!"

Krek!

Saat Rangga akan membuka pintu, tiba-tiba pintu kamar mandi itu tidak bisa di buka, seakan terkunci dari luar.

"Siapa lagi yang ngunci nih pintu!"

"Ayah! Ibu!"

Tidak ada sahutan.

Malah musik keras dikamarnya sekarang berbunyi seakan ada yang sedang berjoget disana. Suaranya gaduh sekali.

"Siapa yang nyalain musik itu. Apakah Sintia sudah pulang,"

"Sintia....! Buka pintunya! Aku dikamar mandi! Cepetan!"

Rangga berteriak dari kamar mandi namun suaranya tenggelam oleh suara musik yang begitu keras.

"Sintia! Cepetan bukain! Bau nih!"

Suara musik itu dan beberapa suara-suara anak kecil terdengar dilantai atas.

"Siapa disana! Ramai sekali...."

Rangga masih tidak habis pikir siapa selain dirinya yang ada dirumah ini.

.

Sintia berada dibawah pohon yang rindang dan di kelilingi makhluk gaib dengan berbagai penampakan.

"Pergi kalian.....jangan menggangguku...."

Sintia semakin ketakutan namun para arwah itu malah tertawa seakan dia adalah mainan bagi mereka.

Sebuah tangan tanpa badan berjalan ke arahnya dan mengangkat piring dari plastik berisi belatung itu.

Hiiiiii.....

Sintia meringis merasa jijik.

"Hem, makanlah. Ini enak!"

Salah satu arwah bicara pada Sintia dengan menatapnya tajam.

"Ngga! Pergi kalian semua! Aku ngga mau makan...!"

Ingin rasanya ia berlari, tapi kakinya terasa sangat kelu.

Dia melihat di sekeliling hanya gelap dan penuh dengan pohon.

Dia juga sadar jika saat ini dia berada di bawah pohon beringin yang besar.

Perlahan Sintia akan mengangkat kakinya untuk lari, namun tiba-tiba sebuah akar hidup melilit kedua kakinya.

"Lepaskan!"

Akar itu sudah mengikat kakinya. Sintia tidak bisa berlari lagi.

.

Pak Karya dan Bu Ratih bicara pada seorang pria namanya pak Bayan.

"Saya dan warga akan membantu mencarikan anak ibu. Sekarang juga kita harus mencarinya,"

"Iya pak...mari...."

Para warga dan kedua orang tua Sintia menggunakan obor untuk mencari keberadaannya.

"Sintia!"

"Sintia!"

Mereka menyusuri jalan setapak ke arah sungai. Sebagian mencari ke arah hutan dan sebagian lagi ke arah sungai.

Pak Karya dan Bu Ratih juga ikut bersama mereka.

Kini mereka sedang menuruni jalanan yang licin menuju sungai. Di pinggir sungai itu ada pohon beringin yang besar.

Mereka sedang menuju kesana.

"Ayo kita kesana!"

"Sintia!"

Ibunya berteriak memanggilnya. Dan Sintia terperanjat. Dia yang sudah sangat putus asa kini merasa lega.

Dia mendengar suara ibunya memanggilnya.

"Ibu.....!"

Sintia berteriak.

Dan para hantu itu tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Tidak tersisa satupun hantu.

"Ibu....aku disini.....!"

"Aku mendengar suara Sintia!"

Bu Ratih menghentikan jalannya. Para warga juga berhenti.

"Bu...aku di bawah pohon beringin!" Sintia berteriak lagi.

Dia juga berusaha melepaskan ikatan akar pohon di kakinya. Dan saat terlepas, ibunya dan para warga sedang berjalan kearahnya dengan membawa obor.

Terpopuler

Comments

Park Kyung Na

Park Kyung Na

👍👍

2023-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!