Bab 4 Mimpi atau nyata

Ayah dan ibunya kebingungan ketika pagi hari Sintia tidak ada dikamar hotelnya.

"Dasar, gadis halu! Merepotkan saja!"

"Rangga cepat cari Sintia! Di mana dia sepagi ini!"

"Bu....aku disini...."

"Sintia....apa yang terjadi? Dan keningmu? kenapa berdarah...."

"Aku terjatuh tadi...."

Sintia tidak bisa mengatakan jika dia bertemu dan bicara pada para Hantu. Dia sendiri tidak yakin ini mimpi atau nyata. Dia bingung untuk menjelaskan pada mereka semua. Karena mereka tidak akan mempercayai nya.

Dan jika dia bicara jujur, kakaknya pasti akan mentertawakan kekonyolannya.

"Malah melamun. Kenapa keningmu itu?" tanya Rangga.

"Kita akan ke dokter!" ucap ibunya.

"Tidak usah Bu. Aku dari sana tadi,"

"Ohh...tapi sepertinya belum di obati...."

"Ya...karena antri aku pulang saja. Pakai obat merah saja Bu...lalu di plester,"

"Baiklah...."

"Lain kali kalau jalan hati-hati. Kanapa tidak mengajak kami untuk menemanimu. Kau baru dikota ini. Kau belum mengenal lingkungan disini,"

"Aku tahu Bu....lain kali aku akan mengajaknya,"

Setelah di obati, Sintia berbisik pada Rangga.

"Dimana rekan ayah itu? Apakah kita bisa bertemu dengannya?"

"Untuk apa?"

"Aku ingin dia mencarikan rumah yang lain saja. Jangan rumah itu. Aku sangat takut,"

"Kau masih saja memikirkan soal hantu itu. Jangan takut. Ada aku disini,"

"Memangnya kau bisa apa? Jika kau bertemu mereka, kau akan kabur duluan...."

"CK, jangan menghina ya... gini-gini aku tidak percaya pada halusinasi mu itu, hahahaha..."

Rangga malah mentertawakan dirinya.

.

Nanti sore kita akan pindah. Kalian bersiaplah!

"Bu...apakah tidak bisa membeli rumah lain saja...."

"Sintia... percayalah. Tidak akan terjadi apa-apa disana...."

"Tapi Bu...."

"Tenang nak. Kau biasa tinggal di kota. Jadi wajar, jika kau akan takut ketika tinggal di desa. Suasananya memang berbeda. Didesa lebih sunyi dan sepi. Tapi kalau soal hantu itu. Mereka tidak ada nak...."

"........"

Sintia diam saja dan masih terbayang apa yang dia alami.

Apakah itu nyata? Atau hanya halusinasi ku saja?

Sore ini mereka sampai di rumah baru mereka. Mereka menurunkan koper-koper nya dan mulai menyeretnya masuk kedalam.

Yang terakhir adalah Sintia. Saat mengambil koper dari bagasi, dia sempat melihat ke atas atap rumahnya

Deg.

Astaga....

Sintia melihat sosok hantu menyeramkan berdiri disana sedang menatapnya.

Sintia segera memalingkan wajahnya dan menunduk.

"Apakah aku sedang berhalusinasi? Apakah mereka benar-benar ada? Tapi kenapa hanya aku yang melihatnya?"

"Sintia! Cepatlah!"

"Iya Bu....."

Sintia menutup bagasi dan segera masuk kedalam.

Saat akan masuk kedalam rumahnya, dia menabrak seseorang di pintu.

Dan ternyata itu Hantu Rima yang keluar dari rumah kosong itu.

Tentu saja dia keluar, saat ini ibunya sedang menempelkan beberapa pajangan yang membuat mereka gerah dan merasa panas didalam rumah itu.

"Ingat ucapanku!" kata Hantu itu berbisik ditelinga Sintia.

"Apa.....!?"

"Kau bicara dengan siapa?" tanya ibunya menoleh sambil terus memasang ayat-ayat suci dalam bentuk pajangan dinding.

"Tidak bu....."

"Ayo bantu ibu...."

Ibunya menarik kursi dan menyuruh Sintia berdiri lalu menempelkan pajangan itu ke tempat yang lebih tinggi.

"Sudah Bu...."

"Ya sudah. Ini pasang di kamarmu....ini untuk mengusir roh jahat,"

"Apa Bu...roh jahat? Jadi ibu percaya jika mereka itu benar-benar ada?"

"Mereka ada disetiap tempat yang sudah lama tidak di kunjungi manusia. Tapi setelah ada manusia, maka mereka akan pergi karena tidak bisa hidup berdampingan,"

"Kenapa Bu?"

"Karena alam kita berbeda dan kita membawa energi positif. Mereka tidak menyukainya,"

"Ohh....jadi semua pajangan ini akan membuat mereka pergi?"

"Ya..."

Sintia sedikit merasa lega.

Syukurlah jika mereka pergi dan tidak mengganggu kami.

Sintia naik ke atas dan dia memasang pajangan itu dikamarnya.

Benar kata ibu, aku tidak melihat satu makhluk pun di kamarku.

Kreeekkkkk!

Angin tiba-tiba bertiup kencang dan membuat jendela kamar Sintia terbuka dengan sendirinya.

Sintia kaget dan menoleh ke jendela.

"Tidak ada siapapun. Tapi jendelanya terbuka sendiri...."

Sintia lalu akan menutup jendela itu, namun tiba-tiba dia kaget saat melihat sebuah tangan akan menariknya dari bawah.

"Ibuuuuu!"

Sintia berteriak.

"Ada apa nak!?"

Untunglah ibunya cepat datang dan menyelamatkan Sintia. Sintia hampir jatuh jika saja ibunya tidak menariknya tadi.

"Apa yang terjadi?" Ibunya kaget melihat Sintia hampir jatuh dari lantai dua.

"Tadi....aku melihat sebuah tangan disana. Dan dia menarik ku Bu. Ibu aku sangat takut. Mereka ada disini. Di sekitar tempat ini...."

"Tenang nak. Itu tidak benar. Kau hanya berhalusinasi saja,"

Sintia memeluk ibunya dan melihat ke arah jendela lagi. Dan tidak ada apapun disana.

"Ibu akan menutupnya....."

Ibunya lalu berjalan dan menutup jendela juga tirainya.

"Sudah ibu tutup. Jangan di buka lagi,"

"Iya Bu....."

"Sudah ya, ibu kebawah dulu. Ibu akan memasak untuk makan malam,"

Sintia menatap ke arah jendela sekali lagi setelah ibunya keluar dari kamarnya.

Sintia berjalan perlahan-lahan mendekati jendela dan matanya awas mengamati setiap gerakan tirai yang tertiup angin.

Kakinya mulai melambat dan tangannya terulur untuk menyibakkan tirai itu.

Kepalanya mendongak dan dia terkejut saat melihat ke atas tebing.

"Astaga!"

Beberapa hantu sedang menatap ke rumahnya. Mereka menatap dengan penuh amarah.

Sintia memegang tirai dengan kuat.

"Hantu itu melihat ke kamarku. Aku benar-benar takut...."

Sintia memalingkan wajahnya dan segera keluar dari kamarnya.

Dia berjalan ke kamar Rangga.

Terdengar Rangga sedang bermain gitar kesayangannya dan menyenandungkan sebuah lagu favoritnya.

Rangga tetap bernyanyi ketika melihat Sintia datang.

"Rangga berhenti!"

"Apaan sih! Ganggu saja! Kenapa?"

"Aku tidur dikamarmu ya...."

"Apa? Kau sudah punya kamar sendiri. Tidurlah di kamarmu sendiri,"

"Rangga...aku takut. Aku mohon untuk malam ini saja...."

"Tidak! Kembali ke kamarmu. Aku tidak bisa tidur mendengar dengkuranmu itu. Suaranya sangat berisik sekali,"

"Aku tidak mendengkur tau!"

"Kata siapa? Memangnya kamu bisa dengar ketika kamu sedang terlelap tidur? Kamu udah kayak kerbau kalau tidur!"

"Pergi sana!"

Sintia dengan cemberut masuk lagi kekamarnya.

Rangga kembali bermain gitar dan bersenandung.

Sintia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia menarik selimut perlahan hingga menutupi dadanya.

Jantungnya berdetak sangat cepat.

Merasa terancam, Sintia kembali menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya.

Ibunya sedang memasak di dapur. Dan Sintia ketiduran karena sangat lelah.

Tok tok tok!

Ibunya berdiri di pintu.

"Sintia. Bangun nak, ayo kita makan...."

Karena tidak ada sahutan setelah di bangunkan berulang kali, maka ibunya menarik selimut itu perlahan-lahan.

Dan ibunya sangat kaget saat melihat ternyata itu bukan Sintia melainkan sebuah guling.

"Guling? Lalu dimana Sintia?!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!