Bab 2 Bergelantungan

Sintia menatap tajam bayangan yang seperti orang berayun-ayun diatas plafon kamar.

"Ayo kita keatas! Aku melihatnya!" anaknya pada Rangga. Sintia ingin membuktikan jika dia melihat ke anehan pada rumah yang sudah terlanjur di beli ayahnya.

"Apa!?" Rangga sedikit mendongakkan dagunya.

"Ikut saja!" dia sedikit memaksa.

Sintia menarik tangan Rangga dan akan memperlihatkan padanya jika rumah ini berhantu.

"Eehhh, kalian mau kemana?" tegur ibunya ketika melihat Sintia dan Rangga nampak buru-buru.

"Ke atas sebentar Bu....." jawab sintia tanpa menoleh. Tatapannya fokus ke depan. Rangga harus melihat apa yang dia lihat, batinnya.

"Kita bersih-bersih dulu...." Ucap ibunya.

"Cuma sebentar Bu...." Sintia baru menoleh dengan tatapan memohon.

"Baiklah...." Ibunya tersenyum lalue meneruskan bersih-bersih.

Sintia menarik Rangga ke atas dan menuju kamar yang menghadap ke kuburan itu.

Perlahan Sintia membuat pintunya dan akan memperlihatkan pada kakaknya jika dia tidak bohong bicara soal hantu itu.

"Memangnya kenapa kau mengajakku kemari?" Ujar Rangga kesal karena Sintia terlihat aneh.

"Kau tidak percaya pada hantu bukan? Kau akan percaya setelah melihat semua ini!" Sintia antusias yakin jika Hantu itu saat ini sedang bergelantungan di plafon kamar itu.

"Diamlah! Nanti hantunya keburu pergi!"

"Halahhhh! Paling juga halusinasimu saja!" Rangga tidak percaya pada hal seperti itu. Mereka terbiasa tinggal di kota, dan cerita soal hantu jarang terdengar oleh mereka. Kecuali mereka menonton dalam drama.

"Ayo cepetan buka!" Cetus Rangga

Sintia menatap wajah Rangga sebelum membukanya dan ternyata yang bergelantungan itu adalah tirai yang di gantung di plafon.

"Mana! Katanya kau melihat hantu bergelantungan!?"

Rangga mencecar Sintia dan mentertawakan dirinya.

"Tadi aku melihat mereka. Mereka bergelantungan disini!" Ucap Sintia menatap pada tirai itu.

"Sudah ku duga. Aku tidak percaya pada halusinasi mu itu! Konyol!" Kesalnya.

Rangga lalu meninggalkan Sintia di kamar dan dia turun kebawah.

Sintia terpaku sendirian mengamati tirai itu.

"Aneh! Tadi bukan seperti ini. Kenapa sekarang jadi berubah?"

Sintia benar-benar melihat para hantu bergelantungan tadi, tapi ketika dekat, kenapa itu tirai.

Tidak mungkin, batinnya. Itu jelas berwujud mirip badan orang, apakah mereka bersembunyi di sekitar sini? Mereka tahu aku mengajak Rangga untuk melihatnya?

Ketika Sintia memegang tirai itu, tiba-tiba pintunya bergerak sendiri dan tertutup.

Braaakkk!

Sintia menoleh ke arah pintu yang tertutup.

"Rangga! Apakah kau yang menutup pintunya!"

Tidak ada sahutan.

"Rangga! Jangan konyol! Aku masih didalam!"

Sintia berteriak dan bergerak menuju pintu kamar itu.

"Astaga! Dia menguncinya! Rangga benar-benar keterlaluan!" Titik Sintia

"Rangga! Buka pintunya! Aku masih didalam!"

Sintia berteriak dan ternyata tidak ada yang mendengarkan teriaknya tersebut.

Ayah dan ibunya sedang sibuk membersihkan lantai satu. Sementara Rangga membantu mengangkat barang yang berat.

"Ibu tidak melihat Sintia sejak tadi, dimana dia?" Tanya Bu Ratih sambil mencari-cari keberadaan Sintia.

Setelah dua jam mereka sadar jika Sintia tidak bersama mereka di lantai bawah.

Rangga nampak berfikir.

"Astaga! Apakah dia masih betah dikamar itu!"

Rangga segera berlari naik ke atas. Dan dia melihat pintu itu tertutup.

"Sintia! Kau dimana?"

Tidak ada sahutan.

"Kemana anak itu? Apa dia berjalan kekamar lain? Biar aku lihat? Bukannya membantu malah mencari hantu! Dasar anak aneh!"

Rangga membuka setiap kamar dan tidak menemukan Sintia.

"Tidak ada! Dia tidak ada dimana-mana. Ah coba aku lihat dikamar yang tadi!"

Rangga lalu kembali ke kamar yang tadi dia masuk bersama Sintia.

"Sulit sekali membuka kamar ini!"

Rangga berusaha membuka kamar yang tadi.

Kreeekkkkk!

"Pantas saja sudah dibuka! Pintunya seret!"

Dia lalu melemparkan pandangan nya pada sekeliling kamar itu dan melihat sesuatu.

"Sintia! Astaga!"

Ternyata Sintia bergelantungan dijendela dan pingsan!

"Apa yang kau lakukan di penggir jendela dan menggantung seperti ini? Kau sudah bosan hidup hah!?"

Rangga nampak shock sekaligus marah.

"Ini tidak lucu! Kau bisa jatuh dan celaka!"

Sintia perlahan membuka matanya.

"Aku ada dimana?"

"Heh! Kau masih dikamar yang tadi. Jika aku tidak datang menyelamatkan mu, maka kau bisa jatuh kelantai bawah!" Ucapnya geram.

"Memangnya apa yang aku lakukan?"

Sintia tidak sadar dan saat ini berada di pangkuan kakaknya.

"Kau pingsan dan menggantung di jendela itu!" Katanya sambil menunjuk jendela yang menghadap ke kuburan.

"Hah? Masa sih? Mana mungkin?"

"Pakai nanya lagi! Aku baru saja menyelamatkan dirimu dari sana! Lihat! Jantungku masih berdebar kencang karena kekonyolan mu itu!"

"Coba ingat-ingat, apa yang terjadi?"

Sintia mengerutkan keningnya dan mengingat kejadian dua jam lalu.

"Kau keluar dari kamar dan mengunciku didalam...." Ucap Sintia menatap lekat wajah kakaknya.

"Itu tidak benar! Yang benar, aku keluar dan aku tidak menutup pintunya,"

"Benarkah?"

Kini Sintia yang ternganga karena terkejut.

"Jika bukan kau yang menutup pintunya, artinya pintu itu tertutup dengan sendirinya atau ada hantu yang menutupnya,"

"Sudahlah! Lupakan soal hantu! Lihat! Karena kau terus bicara soal hantu, kau berhalusinasi dan hampir celaka!"

"Beneran kak! Aku tidak berjalan ke jendela. Berarti ada yang memindahkan aku ketika aku pingsan tadi!"

"Hahahaha...... Apakah teman hantumu yang memindahkanmu kesana?!"

"Kak, diamlah. Bukan waktunya bercanda. Ini serius!" Sintia kesal karena Rangga tidak percaya pada ucapannya.

"Sudahlah! Ayo turun! Ayah dan ibu mencarimu sejak tadi!"

Mereka lalu turun ke bawah da n menemui ayah dan ibunya.

"Apa yang kalian lakukan diatas?"

"Tidak ada. Hanya dia berhalusinasi seperti kemarin!" Rangga bicara pada Sintia agar tidak menceritakan hal barusan dan membuat ayah dan ibunya cemas.

Dan Sintia menuruti apa katanya.

.

Setelah selesai membersihkan lantai bawah, kini tersisa setengah hari dan mereka melanjutkan membersihkan lantai atas.

"Sudah mau Maghrib, lebih baik kita kembali ke hotel!" ucap ayahnya.

"Baiklah...."

Istrinya lalu mencari Rangga dan Sintia tapi tidak melihatnya.

"Dimana mereka?"

"Kami disini Bu...." ucap Rangga dan Sintia yang sedang membersihkan salah satu kamar di lantai atas itu.

"Ayo kita pulang! Sudah mau Maghrib!"

Mereka lalu menuruni tangga dan ketika keluar dari pintu rumah itu, Sintia menoleh ke belakang.

Deg.

Dia melihat sepasang mata melotot padanya penuh amarah.

Rambutnya acak-acakan dan wajahnya hanya terlihat matanya saja.

"Astaga!"

"Apa!?"

Rangga kaget karena ada disampingnya.

"Itu.....!" Sintia menjadi kaku dan menunjuk wajah tadi.

"Apa!? Tidak ada apapun!"

"Aku melihatnya. Dia terlihat marah dan melotot pada kita...."

"Ah sudahlah! Ngapain juga aku percaya dengan halusinasi mu yang konyol itu!"

Rangga tidak mempedulikan nya dan segera masuk ke mobil. Begitu juga ayah dan ibunya.

Sementara Sintia masih terpaku di halaman dan sekali lagi dia menoleh ke belakang.

Deg.

Hantu itu terlihat melotot kembali padanya.

"Hiiiiiiii!"

Sintia segera masuk ke mobil dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Aneh! Kenapa hanya aku yang melihatnya? Sementara ayah, ibu Kak Rangga tidak melihatnya? Hantu itu sangat jail padaku! ucapnya kesal dalam hati.

Rangga sendiri sebenarnya bingung kenapa tadi adiknya bergelanyut di jendela dan jika dia tidak cepat datang maka dia bisa celaka.

Namun untuk mempercayai hantu penghuni rumah kosong, dia pikir itu hal yang tidak masuk akal.

Dia hanya menduga jika adiknya terlalu banyak berhalusinasi sehingga dia menggantung di jendela.

"Untung saja aku cepat datang! Jika tidak...entah apa yang akan terjadi!"

Tidak lama kemudian, Rangga tertidur karena kelelahan.

Sedangkan Sintia masih gemetar ketakutan. Kakinya sangat dingin dan dia merasa jantungnya tidak berhenti berdebar

"Ada apa? Kau tidak kenapa-kenapa kan?"

Tanya ibunya ketika melihat sejak tadi si tua diam saja.

Sintia hanya menggeleng lemah, dalam hati berbisik, percuma dia katakan, karena tidak ada yang akan percaya padanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!