Selesai mengemas barang barangnya, Widuri pun langsung berangkat pulang kampung menggunakan taxi untuk mengantarnya ke bandara.
"Hati hati ya, kabari kalau sudah sampai" ucap Marya memeluk Widuri sebelum sahabatnya itu masuk ke dalam taxi.
Widuri menganggukkan kepalanya sembari mengulas senyum meski matanya berkaca kaca.
"Kamu juga, kabari nanti kalau melahirkan" balas Widuri.
"Kamu adalah Tante nya. Tentu aku akan mengabarinya" ucap Marya mengulas senyumnya.
"Ya udah, kalau begitu, aku pergi dulu. Salam buat suami kamu. Bilang sama dia, untuk cepat memanggilku bekerja kembali." Setelah berpamitan, Widuri langsung masuk ke dalam taxi yang akan mengantarnya ke bandara. Kemudian mobil itu pun melaju dengan perlahan, meninggalkan Marya yang sedang bingung melihatnya.
Sepeninggal Widuri, Marya pun masuk ke dalam mobil yang mengantar jemput nya ke mana mana.
**
Haris menghentikan laju kendaraannya setelah sampai di halaman rumah yang di tempati nya selama ini, tepatnya rumah itu adalah milik orang tuanya. Setelah mematikan mesinnya, Haris langsung turun, begitu juga dengan Cici yang duduk di sebelahnya. Mereka pun berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam rumah mewah berlantai dua itu.
"Kalian sudah pulang?" tanya Ibu Ilona yang baru keluar dari dalam kamarnya.
"Selamat sore Ma." Cici melepas tautan tangannya dari lengan Haris, lalu menyalam Ibu mertuanya itu.
"Selamat sore juga" balas Bu Ilona mengusap bahu Cici dengan lembut.
"Haris, Mama harap kamu tetap memperlakukan Cici dengan baik. Jangan bikin malu keluarga. Baru menikah sudah harus cerai hanya karena masalah keperawanan. Toh juga yang perawan, kalau sudah dibolongi, rasanya akan sama" ujar Ibu Ilona pada Haris.
Hari menghela napasnya, tanpa mengatakan apa pun, Haris melangkahkan kakinya menaiki anak tangga rumah itu ke lantai dua, dan masuk ke dalam kamarnya. Sampai di dalam kamar, Haris langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Tubuhnya sangat lelah, matanya juga sangat mengantuk. Mengingat dari tadi malam, Haris sampai melakukan penyatuan sampai lima kali. Tiga kali bersama Widuri, dua kali bersama Cici. Sepertinya tenaga Haris sudah habis terkuras.
Tak lama kemudian Cici menyusul masuk ke dalam kamar. Cici melihat Haris sudah ketiduran di atas kasur, padahal hari masih sore.
'Apa dia sangat ngantuk?.'
Cici melangkahkan kakinya sembari membatin.
Sampai di samping tempat tidur, Cici menyentuh sepatu yang masih melekat di kaki Haris, lalu melepas sepatu itu dari kaki pria yang menikahinya itu kemarin.
'Aku harus bisa memiliki hatimu sepenuhnya Ris. Aku gak mau kamu membagi cintamu dengan Widuri' batin Cici.
Setelah selesai melepas sepatu Haris dari kakinya. Cici pun memperbaiki posisi tidur Haris, lalu mendudukkan tubuhnya di samping pria itu, memandangi wajah tampan Haris dengan pandangan kosong.
'Aku tidak akan membiarkan kamu mencintai Widuri, Ris. Meski nanti kamu menikahinya. Aku akan berusaha menyingkirkan Widuri dari hidup kita' batin Cici lagi.
"Wid, kamu mau kemana?" gumam Haris mengigau.
Cici yang mendengarnya semakin menajamkan pandangannya ke wajah Haris yang tertidur. Mata Cici pun langsung berkaca kaca, sakit hati mendengar Haris menyebut nama wanita lain dalam tidurnya.
"Gak Ris, kamu hanya milikku" lirih Cici.
"Widuri !" Haris yang terbangun dari tidurnya langsung terduduk dan bernapas ngos-ngosan. Lalu terdiam saat penglihatannya bertemu dengan mata Cici yang duduk di sampingnya.
"Aku minta maaf" ucap Haris menyadari kesalahannya." Aku gak sengaja, aku hanya bermimpi. Aku bermimpi Widuri membunuh anakku."
"Gak apa apa" lirih Cici, meneteskan air matanya.
"Ci, aku harus menemui Widuri. Aku...."
"Pergilah" potong Cici cepat.
"Maaf, aku sudah menyakiti Widuri, aku harus bertanggung jawab padanya." Haris pun segera turun dari atas tempat tidur, dan bergegas keluar dari dalam kamar.
"Dan kamu juga sudah menyakiti perasaanku, Haris" gumam Cici memperhatikan punggung Haris yang menghilang di balik pintu.
Haris yang sudah sampai di halaman rumah, langsung masuk ke dalam mobilnya yang terparkir. Haris langsung melakukannya keluar dari pekarangan rumah, menuju rumah tempat tinggal Widuri. Haris sangat khawatir dengan wanita itu, Haris ke sana untuk memastikan Widuri baik baik saja.
Setelah sampai, Haris memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Widuri, dan langsung turun dan melangkahkan kakinya ke arah pintu rumah sederhana itu.
Tok tok tok!
"Wid!" panggil Haris sambil mengetok pintu di depannya.
"Widuri !" panggil Haris lagi karena tidak ada jawaban dari dalam.
"Kemana dia?. Apa dia masih di hotel?. Atau pulang ke rumah Kanzo?" gumam Haris.
Haris pun kembali masuk ke dalam mobilnya. Akan menunggu Widuri di dalam. Haris berpikir, mungkin Widuri sedang istirahat di dalam, atau belum pulang dari hotel.
Entah sudah berapa jam Haris menunggu Widuri. Namun belum ada tanda tanda Widuri menampakkan batang hidungnya.
'Dimana dia?, apa kucari aja ya ke rumah Kanzo?' batin Haris melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Haris pun melajukan perlahan kenderaan nya. Haris akan mencari Widuri ke rumah Kanzo. Tapi tunggu dulu. Kalau Widuri ke rumah Kanzo, besar kemungkinan Marya sudah tau apa yang sudah terjadi tadi malam dengan Widuri.
'Lebih baik aku hubungi Kanzo aja' batin Haris, lalu mengeluarkan handphonnya dari saku celananya. Haris akan menanyakan apakah Widuri ada di sana atau tidak.
"Halo Ris, ada apa?" tanya langsung seorang pria dari dalam telepon.
"Apa Widuri ada di sana?. Aku ke rumahnya tapi dia tidak ada. Di hubungi pun nomornya tidak aktif" tanya balik Haris.
"Untuk apa kau mencarinya?." Kanzo yang berada di balik telepon, mengerutkan keningnya.
"Ingin memberikan bonus untuknya" jawab Haris.
"Dia sudah pulang kampung" ucap Kanzo.
"Pulang kampung?" ulang Haris.
"Kenapa?" heran Kanzo.
"Gak apa apa" jawab Haris lalu mematikan sepihak sambungan teleponnya. Kemudian menambah kecepatan kenderaan nya menuju arah pulang.
Sampai di rumahnya, Haris langsung masuk ke dalam kamarnya. Di lihatnya di atas kasur, Cici duduk meringkuk sambil menangis.
"Apa Widuri lebih penting bagimu dari pada aku?" tanya Widuri menatap menatap Haris dengan berurai air mata.
"Ci, aku udah berusaha menerima kamu. Tapi tolong, kamu juga mengertilah di posisi Widuri. Apa kamu ingin aku ini menjadi laki laki yang tidak tau bertanggung jawab, seperti mantan kekasih mu itu?. Lagian ini semua berawal dari kesalahan kamu. Coba kamu jujur dari awal dan tidak membuatku kecewa di malam pertama kita. Mungkin Widuri tidak menjadi korban kekecewaan ku" jawab Haris panjang kali lebar, berhasil menohok ke dalam hati Cici.
Cici yang berada di atas kasur, hanya bisa diam dan menangis terisak.
"Aku mau menyusul Widuri ke kampungnya" ucap Haris lagi, melangkahkan kakinya ke arah lemari, mengeluarkan beberapa lembar pakaian dan memasukkannya ke dalam tas.
Setelah mengancing tasnya, Haris melangkahkan kakinya ke arah kasur, mendudukkan tubuhnya di pinggir kasur. Haris mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Cici dari pipinya.
"Aku akan cepat pulang." Setelah mengecup kening Cici, Haris pun segera berlalu dari kamar itu.
Cici yang di tinggal pun semakin menangis terisak. Bukankah mereka baru menikah, Haris sudah pergi menemui wanita lain.
*Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Anni Kusumadewi
sehrsnya mmg cici hrs jujur selepas sdh jujur klo haris menerima apa adanya pasti lbh baik drpd berbohong malah jd mslh...klo jodoh tdk akan kemana
2023-10-21
0
Erviana Erastus
ckckck laki2 macam apa kau harus?
2023-02-19
1