"Widuri tidak bersalah, aku yang bersalah" ucap Haris melihat Ibu dan istrinya menyalahkan Widuri."Tapi itu semua gara gara kamu Ci, kamu membohongiku Ci." Haris berbicara getir dengan sudut bibir tertarik ke samping.
Cici terdiam dan hanya bisa menangis, mengakui kesalahannya telah membohongi Haris.
"Haris, maafkan aku. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik buat kamu" ucap Cici menatap Haris dengan wajah memohon.
"Aku harus menikahi Widuri" ucap Haris. Berhasil membuat Cici terdiam lagi, lalu mengarahkan pandangannya ke arah Widuri.
"Pak Haris, tolong kalian tinggalkan kamar ini. Aku ingin sendiri. Dan juga, saya tegaskan kepada Pak Haris. Saya tidak mau menikah dengan Pak Haris" tegas Widuri, menatap tajam wajah Haris dengan mata berkaca kaca.
"Pak Haris gak perlu harus menikahi ku, demi menutupi perbuatan bejat Pak Haris" ucap Widuri lagi." Saya benci pria seperti Bapak. Pria yang tidak punya perasaan. Pria yang tega memperlakukan wanita seperti binat*ng" maki Widuri.
Haris hanya bisa terdiam dan meneduhkan pandangannya ke arah Widuri.
"Dan apa tadi?. Kamu meninggalkan Cici Karena tidak suci lagi?. Lalu bagaimana dengan Pak Haris sendiri yang merasa suci tapi tega merenggut kesucian ku?." Widuri berbicara dengan menyipitkan sebelah matanya ke arah Haris." Lihatlah! karena perbuatan Bapak, Cici dan Nyonya Ilona menjadi salah paham padaku. Mereka berpikir aku yang mengundang Bapak ke sini. Cici berpikir aku berusaha merebut Pak Haris darinya. Sekarang, pergi kalian dari sini!" teriak Widuri di akhir kalimatnya.
"Sombong sekali Anda! Cih!" Ibu Ilona berdecih menatap remeh ke arah Widuri, karena tidak terima di usir."Haris, ayo kita pergi. Jangan sekali kali kamu menemui wanita miskin itu lagi." Bu Ilona pun menarik Haris keluar dari kamar hotel itu.
Sedangkan Cici yang masih berada di dalam, melangkahkan kakinya mendekati Widuri.
"Buktikan Wid, kalau kamu tidak berniat merebut Haris dariku. Kali ini kamu ku maafkan Wid. Tidak dengan lain kalinya" ucap Cici dan langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu.
Sepeninggal Haris, Ibu Ilona dan Cici di kamar hotel itu. Widuri menjatuhkan tubuhnya ke lantai, lalu menangis terisak, kembali memikirkan nasibnya setelah melewati malam yang panjang dengan pria bernama Haris.
Setelah puas menangis, baru Widuri memakai pakaiannya, kemudian menarik sprei kasur yang terdapat bercak warna merah di sana. Widuri menggulung sprei itu lalu memasukkannya ke dalam plastik, dan membawanya pulang.
Sedangkan Haris yang sudah sampai di kamar pengantinnya dengan Cici. Langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Haris menengadahkan wajahnya ke arah shawer yang mengguyur tubuhnya, lalu mengusap wajahnya kasar dan menyugar rambutnya ke belakang. Meski dalam keadaan mabuk tadi malam. Haris tidak lupa, betapa nikmatnya tubuh Widuri tadi malam. Tubuh kurus wanita itu, ternyata mampu menghidupkan gairahnya berulang kali. Sehingga Haris melakukannya sampai tiga kali malam itu.
"Widuri" gumam Haris dengan mata terpejam. "Bagaimana pun caranya, kamu harus menjadi miliki, sayang" gumam Haris lagi, tersenyum.
Sedangkan Cici yang mendudukkan tubuhnya di sofa kamar pengantin itu, duduk termenung dengan pandangan lurus ke depan. Berpikir, apakah Haris benar benar tidak bisa menerimanya?. Apakah setelah kebohongannya, Haris akan menceraikannya? Tidak tidak tidak!. Cici menggeleng gelengkan kepalanya, tidak bisa membayangkan jika pernikahannya harus hancur.
Ceklek!
Mendengar pintu kamar mandi terbuka, refleks Cici menoleh ke arah Haris yang keluar dari dalam kamar mandi. Pria itu hanya memakai handuk di lilit di pinggangnya, sehingga menampakan otot otot dada dan perutnya.
"Bersiaplah, kita pulang sekarang" ujar Haris melihat Cici terus memperhatikannya dengan intens. Dan Haris pun segera memakai pakaiannya.
Tanpa menjawab, Cici berdiri dari tempat duduknya, dan langsung mengemas barang barang mereka ke dalam koper. Setelah selesai langsung menariknya ke arah pintu kamar hotel itu.
"Aku akan tetap menikahi Widuri" ucap Haris sembari melangkah mendekati Cici. Cici terdiam dan menundukkan kepalanya dengan mata berkaca kaca menahan tangis.
Hati istri yang mana yang tidak sakit. Mendengar suaminya akan menikahi wanita lain, padahal mereka baru saja menikah.
"Aku sudah merenggut kesuciannya. Aku harus memberinya status" ucap Haris lagi menatap intens wajah Cici yang tidak berani menatapnya.
"Jangan khawatir, aku tidak akan menceraikan mu. Kalau memang kamu menerimanya. Aku akan berusaha adil sama kalian nanti" ujar Haris lagi.
Perlahan Cici mengangkat wajahnya, mencoba untuk membalas tatapan Haris.
"Kalau begitu, sentuh aku sekarang. Berikan hak ku sekarang sebagai istri. Buktikan sekarang kalau kamu akan berusaha adil Ris!" cerca Cici dengan bibir bergetar.
Haris terdiam tanpa melepas netra nya dari Cici.
"Aku udah sah menjadi istrimu kan, Ris?. Sedangkan Widuri, tidak" ucap Cici lagi dengan air mata yang tidak bisa di bendung nya lagi.
"Ayo Ris, berikan hak ku." Cici melepas gagang koper di tangannya, lalu membuka satu persatu kancing depan dress yang di kenalannya, lalu membiarkan baju itu jatuh ke lantai.
"Kenapa diam Ris?" lirih Cici melihat Haris diam saja." Aku pun begitu Ris, sama seperti Widuri. Hanya saja Widuri lebih beruntung dari aku. Pria yang merenggut kesuciannya mau bertanggung jawab, sedangkan aku...."
Cici tidak bisa meneruskan kalimatnya, Karena bibirnya tiba tiba di bungkam Haris dengan ciuman, perlahan mengiring tubuh Cici ke arah tempat tidur.
**
Widuri yang sudah sampai di depan rumah yang di tempatnya, langsung turun dari dalam taxi yang mengantarnya. Sampai di dalam rumah, Widuri langsung masuk ke dalam kamarnya dan menyusun barang barangnya ke dalam koper. Widuri akan pulang kampung untuk sementara waktu, dan mungkin juga selamanya, mengingat saat ini Widuri sedang tidak ada pekerjaan.
Tok tok tok!
"Wid!"
"Ya! sebentar!" sahut Widuri mendengar sahabatnya memanggilnya dari luar rumah Widuri yang sibuk menyusun barang barangnya, pun berjalan ke arah pintu, untuk membukakan pintu untuk sahabatnya itu.
"Serius kamu mau pulang kampung?" tanya wanita yang lagi hamil itu langsung sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Sebenarnya rumah itu adalah rumah Marya, sahabat Widuri sendiri. Widuri hanya menempatinya saja secara gratis.
"Iya, mumpung lagi gak ada kerjaan" jawab Widuri.
"Kenapa baru bilang?, jadi gak sempat buat beli oleh oleh" ujar Marya sembari mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu rumah itu.
"Rencanakan pulang sih sebenarnya besok. Tapi tadi Adik ku nelepon, Ayahku lagi sakit" jawab Widuri.
"Sakit apa?" tanya Marya lagi.
"Demam biasa aja. Tapi Ayah memintaku segera pulang, katanya kangen" jawab Widuri lagi.
Marya mengangguk anggukkan kepalanya. Dan tiba tiba teringat dengan sang Ayah."Aku juga udah lama gak ketemu Ayah" ucapnya sambil mengelus elus perut buncitnya.
"Ayah mu kan tinggal di kota ini. Kenapa gak menemuinya?" tanya Widuri.
"Kadang aku malas ingin menemui Ayah. Apa lagi semenjak Ayah nikah lagi." Wajah Marya langsung berubah masam mengingat Ayahnya yang sudah menikah lagi, padahal Ibunya baru beberapa Bulan meninggal.
"Bagus Ayahmu menikah lagi, dari pada main wanita tidak jelas" ujar Widuri dan langsung terdiam, mengingat apa yang sudah di lakukan Haris kepadanya tadi malam.
"Kamu kenapa?" Marya mengerutkan keningnya ke arah Widuri, melihat Widuri terdiam.
*Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Emn Sc
dasar buaya pingin yg virgin .....Ahir NY ...d Mbat jg yg td NY d tolak.
2023-06-27
0
momnaz
olalllaaa Ris celup sana ok celup sini iyess piye to iki🤭
2023-05-21
0