Bab 5 - Pesta Perayaan Panen Raya

Beberapa hari kemudian.

"Nona! Nona!" seru Leila dari lorong kediaman Swan menuju kamar Eliza.

Meski sudah melihat pemandangan itu beberapa kali, ia masih belum bisa terbiasa. Sosok Eliza yang bagaikan sebuah karya seni tatkala membaca buku dengan tenang dan anggun itu sungguh menyilaukan mata nya.

Tak hanya dirinya saja, bahkan seluruh pelayan serta sang Count pun merasa terkejut dengan perubahan perilaku dan kebiasaan baru Elizabeth Swan semenjak insiden kala itu.

Eliza menutup buku nya dengan perlahan seraya menoleh ke arah Leila yang baru saja masuk ke kamar nya, "Ada apa, Leila?" tanya nya.

Leila buru-buru menyodorkan sebuah surat yang datang bersamaan dengan bunga, "I-ini, ada sebuah surat yang datang untuk Nona. Stempel surat nya, ini adalah surat dari Grand Duke!" ucapnya penuh antusias.

Sedangkan Eliza sebaliknya, ia sama sekali tak terkejut, "Oh, sudah datang rupanya." ucapnya seolah ia tahu bahwa Grand Duke akan mengiriminya surat.

Leila tak bisa berkata apa-apa, entah mengapa aura Eliza kini sudah sungguh berbeda. Ia pun segera memberikan surat itu pada Eliza.

Dear, Elizabeth Swan.

Aku tak tahu barang apa yang pantas untuk diberikan kepada seorang teman.

Yang ku dengar, kau menyukai bunga.

Jadi, aku mengirimkan satu buket bunga bersamaan dengan surat ini.

Aku berharap kau menyukai bunga yang ku pilih sendiri itu.

Lalu, di pesta perayaan panen raya, aku ingin bertemu lagi dengan mu.

From, Sebastian Dominique.

"Hmm, panen raya ya?" gumam Eliza setelah membaca surat tersebut.

Perayaan panen raya adalah hari dimana seluruh rakyat kekaisaran bersyukur karena musim panen telah dilewati dengan baik. Hasil produksi pertanian yang lebih dari cukup untuk semua orang. Namun perayaan itu tentu saja dibagi menjadi dua kelompok. Untuk kaum golongan atas perayaan itu akan diadakan pesta di istana kekaisaran. Sedangkan untuk golongan menengah ke bawah perayaan itu ditandai dengan munculnya bazar-bazar di alun-alun ibu kota, semacam festival.

"Tolong ambilkan kertas dan pena." pinta Eliza kepada Leila.

Dear, Grand Duke Dominique.

Saya merasa terhormat karena menerima surat dari anda.

Terimakasih atas bunga yang sudah anda pilihkan ini.

Saya memang menyukai bunga, dulu. Tapi sekarang tidak lagi.

Namun saya akan menaruh sebagian bunga ini ke dalam vas.

Dan, mari bertemu di pesta perayaan panen minggu depan.

From, Elizabeth Swan.

"Trik tarik ulur memang tak pernah ketinggalan zaman." tutur Eliza sembari melipat kertas itu kemudian memasukkan nya ke dalam amplop dan memberinya stempel, "Tolong kirim kan ini besok malam." titah nya seraya memberikan surat itu pada Leila.

"Besok malam, Nona?" tanya Leila, "Kenapa tidak langsung mengirimkan nya sekarang? Ini masih pagi, pasti suratnya akan sampai nanti malam." terang Leila.

"Justru itu, aku tidak ingin surat ini sampai dengan cepat." tutur Eliza yang kemudian kembali melanjutkan kegiatan membaca buku nya.

Leila benar-benar tak mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan oleh sang empunya, "Bukankah awalnya Nona sendiri yang mengejar Grand Duke, tapi mengapa ia justru bersikap seperti ini ketika Grand Duke sudah menaruh perhatian pada nya?" gumam Leila dalam hati.

Hari perayaan panen raya.

Begitu banyak bangsawan yang datang dari setiap penjuru daerah kekaisaran Alexandria. Sebagian besar keluarga menaruh harapan untuk bisa menjadikan putri-putri mereka pasangan Putra Mahkota yang baru saja membatalkan pertunangan nya.

Kereta kuda yang mewah berjejer rapi di halaman depan istana kekaisaran. Pesta itu di adakan sejak siang hari hingga tengah malam. Namun tentu saja seluruh anggota kekaisaran akan hadir pada malam hari nya, begitu pula Elizabeth.

"Lady Elizabeth Swan memasuki ruangan!" seru penjaga pintu yang sontak menarik setiap pasang mata untuk melirik ke arah gadis yang baru saja melangkah masuk itu.

Putra Mahkota melengkungkan seringai di ujung bibirnya, "Ada apa dengan gaun nya itu? Meskipun merubah penampilan nya itu akan percuma saja, darah rakyat jelata yang mengalir di tubuh nya itu tidak akan berubah menjadi biru."

Setiap orang yang hadir mulai bergunjing merendahkan Elizabeth dengan bermacam-macam kalimat yang bervariasi. Seolah mereka benar-benar mengenal sosok Elizabeth sejak lahir.

Elizabeth tak ambil pusing akan semua hal itu dan memilih untuk menikmati se-gelas wine yang diedarkan oleh beberapa pelayan istana.

Tak ada seorang pun yang berniat untuk mengajaknya bertegur sapa, sebab bagi para bangsawan yang memang sudah bergelimang harta sejak lahir, eksistensi Elizabeth tidaklah berpengaruh bagi keberlangsungan hidup mereka semua.

"Grand Duke Dominique memasuki ruangan!"

Suasana menjadi lebih riuh daripada sebelumnya. Pria yang selama ini tak pernah hadir ke acara sejenis ini tiba-tiba muncul membuat seluruh orang penasaran, apa yang sudah membuat pria dingin itu tertarik untuk datang.

Sebastian melirik ke segala penjuru, mencari sosok yang menjadi alasan nya untuk hadir ke acara kekaisaran yang sebenarnya paling ia hindari. Namun sebelum itu ia harus menyapa keluarga kekaisaran terlebih dahulu, sebab sedari tadi sang ayah sudah menatapnya dengan tajam.

"Salam kepada matahari dan rembulan kekaisaran. Semoga berkat dewa dan dewi senantiasa menyertai anda sekalian." ucapnya sembari memberi salam hormat kepada kedua orangtua nya.

Sebastian Dominique adalah putra kedua sang kaisar dengan satu-satunya selir yang di miliki nya. Meski begitu Sebastian sama sekali tak memiliki niat untuk naik takhta walau semua orang selalu memujinya dan membanding-bandingkan dirinya lebih baik daripada sang Putra Mahkota.

"Putra ku, senang akhirnya kau mau menghadiri acara semacam ini. Sering-seringlah untuk ikut turut serta ke depan nya." pinta sang kaisar dengan senyum yang merekah dibibirnya.

Sebaliknya, permaisuri dan putra mahkota sama justru nampak terganggu dengan kehadiran Sebastian, "Apa adik ku ini sudah bosan dengan buku-buku yang ada di perpustakaan nya sampai-sampai meluangkan waktu mu yang berharga untuk datang kemari? Apa ada sesuatu yang membuatmu tertarik disini?" tanya Putra Mahkota pada nya.

"Terimakasih atas perhatian anda, Yang Mulia." ucap Sebastian, "Tapi saya rasa, itu bukan urusan anda untuk tahu." imbuhnya sinis kepada Putra Mahkota, Ian.

"Dasar anak sombong, berani nya berkata seperti itu pada ku!" Ian mengeratkan rahang nya, geram.

"Sudah. Jangan membuatku malu, Pangeran! Berhentilah bertingkah seperti anak kecil." ucap sang kaisar seketika membuat Putra Mahkota diam, "Pergilah, nikmati pesta ini, Sebastian." imbuhnya.

Pangeran Caspian atau yang akrab dipanggil Ian oleh orang terdekatnya itu sangat membenci adik tirinya itu. Begitu banyak faktor yang menyebabkan hubungan kedua kakak beradik itu buruk.

Awalnya Kaisar telah bertunangan dengan ibunda Sebastian, namun entah mengapa tiba-tiba saja Kaisar justru mengumumkan tanggal pernikahannya dengan permaisuri saat ini. Walau sudah begitu pun, Kaisar yang tamak itu sama sekali tak berniat untuk melepaskan ibunda Sebastian dan menjadikan wanita itu sebagai selirnya. Dan itulah awal mula terjalinnya hubungan yang buruk antar kedua belah keluarga.

"Sepertinya wine itu lebih menarik daripada aku? Apa hanya aku saja yang menanti pertemuan kita ini?" ucap Sebastian pada gadis yang tengah meneguk wine dengan gaya elegan dihadapannya.

Eliza meletakkan gelas wine kosong itu kembali ke nampan seorang pelayan yang kebetulan berada di dekatnya, "Salam kepada Yang Mulia Grand Duke." tutur Elizabeth seraya mengangkat sedikit gaun nya dengan kedua tangannya.

Sebastian menghela nafas, "Tak cukup dengan Grand Duke, kini Yang Mulia juga?" ucapnya merasa tak senang karena sikap Eliza yang memperlakukan nya secara hormat.

Dari kejauhan Ian menembakkan tatapan sinar laser nya, ia semakin geram mendapati pemandangan yang sungguh membuat hatinya terbakar.

"Dasar anak angkuh itu! Beraninya dia mencoba menggoda gadis yang tergila-gila pada ku secara terbuka seperti ini?!"

Ian berjalan mendekati kedua orang yang tengah asik bertukar kata itu. Tak ayal hal tersebut menarik perhatian seluruh orang yang berada disana.

"Eliza! Kenapa kau tidak datang menghampiri ku?" ucap Ian yang tiba-tiba hadir diantara Elizabeth dan Sebastian.

"Salam kepada matahari kecil kekaisaran. Semoga berkat dewa dan dewi senantiasa menyertai anda, Yang Mulia." tutur Eliza tak ingin menanggapi ucapan Ian yang barusan.

Sontak Ian pun keheranan dengan tingkah laku gadis yang terkenal selalu menempel padanya itu berubah dalam sekejap, tak hanya penampilan nya bahkan pembawaannya pun jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya.

"Eliza! Berhenti berpura-pura!" seru Ian yang ingin Eliza bersikap seperti sebelumnya.

"Maaf, Yang Mulia. Tapi saya sama sekali tidak mengerti dengan maksud anda." terang Eliza.

"Ikut aku!" pergelangan tangan Eliza diraih oleh Ian, ia menarik gadis itu entah kemana.

Dalam sekejap keadaan menjadi penuh dengan kalimat-kalimat pertanyaan yang terlontar dari mulut tiap bangsawan.

"Kau lihat? Ku rasa Putra Mahkota sedang cemburu?"

"Cemburu pada mantan tunangan nya? Bukankah itu lucu?"

"Benar, ketika masih bertunangan Putra Mahkota bahkan tak pernah menganggapnya ada. Tidakkah ini terlalu terlambat untuk cemburu?"

"Mungkin Pangeran Caspian akan mengajak bertunangan lagi disana."

"Wah, pasti Elizabeth yang lugu itu akan iya iya saja setelah ini."

Sebastian yang mendengar perbincangan para bangsawan itu merasa jijik, "Apa sebegitu menyenangkan nya mengurus kehidupan oranglain?" gumam nya dalam hati, kemudian ia memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu.

"Lihat, Grand Duke pun langsung pergi setelahnya. Apakah Elizabeth adalah alasan Grand Duke hadir malam ini?"

"Ini terlalu kebetulan untuk sebuah kebetulan."

"Benar!"

Terpopuler

Comments

Kartika Lina

Kartika Lina

ga dulu ga sekarang banyak tetangga julid 🤭

2024-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!