Tak di sangka membutuhkan waktu yang lumayan lama bagi Leila untuk sekedar mendapatkan informasi tentang Eleanor. Tiga hari berlalu namun Leila tak kunjung menampakkan batang hidung nya. Keesokan hari nya, Elizabeth yang sudah menanti Leila akhirnya bisa bernafas lega karena melihat Leila lagi setelah beberapa hari.
"Duduklah, Leila. Kau pasti lelah." ucapnya mempersilahkan Leila yang terlihat jelas kelelahan untuk duduk.
"Maaf karena telah membuat anda menunggu, Nona Eliza. Saya tak mengira jika alamat yang anda berikan itu berada jauh dari kota ini."
"Tidak apa-apa, Leila. (Justru aku yang harusnya minta maaf padamu karena aku sendiri tidak paham sekarang aku berada dimana.)"
Leila menarik nafasnya dalam-dalam sebelum berbicara, "Jadi teman anda yang bernama Eleanor itu kabarnya sudah meninggal sejak beberapa hari yang lalu, tepatnya bersamaan dengan insiden anda tempo hari. Dia meninggal karena penyakit pneumonia yang dideritanya dan saya juga sudah memastikan nya dengan datang ke pemakaman Eleanor."
Ia tak nampak terkejut karena dirinya sendiri pun memang yakin jika dia sudah meninggal malam itu, "Kau bahkan sudah memastikannya tanpa ku minta, bagus Leila. Lalu apa kau juga bisa menceritakan tentang kecelakaan ku tempo hari?" tanya Eliza dengan wajah yang serius.
"Saya hanya sekedar mencuri dengar dari para pelayan senior. Mereka mengatakan bahwa anda memang sengaja melompat ke pantai dari balkon istana perjamuan karena sakit hati melihat putra mahkota sibuk berbincang dengan wanita lain. Bahkan bukan hanya itu saja, beliau mengajak wanita itu berdansa alih-alih anda yang memang tunangan beliau." terang Leila pada nya.
Seketika kepala nya terasa pening, penggalan memori dari Elizabeth mulai muncul. Malam itu dimana dirinya tengah berjuang untuk bertahan hidup di sisi lain Elizabeth malah membunuh dirinya sendiri hanya karena seorang pria yang bahkan tak pantas untuk dicintai sebegitu besarnya. Ia mulai paham dan percaya jika dewa benar-benar ada karena telah mengabulkan doa nya malam itu. Setelah memastikan yang terjadi kini pun Eleanor telah siap membuang jati dirinya dan akan hidup sebagai Elizabeth Swan kedepannya. Ia tak sabar untuk segera melakukan balas dendam pada para pejahat yang telah menyengsarakan hidupnya itu. Tanpa sadar ia menunjukkan ekspresi yang sangat menakutkan hingga membuat Leila terkejut.
Meski posisi nya sebagai putri mahkota kini benar-benar luar biasa. Namun memiliki pasangan seperti putra mahkota hanya akan menghambat rencana besar nya. Akan lebih bagus lagi jika dirinya tak memiliki kekasih. Sebagai seorang wanita Elizabeth bisa dikatakan cukup jelita jika dibandingkan dengan wanita bangsawan lainnya, rambutnya yang pirang, kulit yang putih bersih serta tubuh nya langsing namun padat di bagian-bagian tertentu menjadi nilai plus nya. Hanya saja dia tak pernah memamerkan keindahan dirinya dan menutupi setiap lekuk tubuhnya dengan gaun yang kekanak-kanakan.
"Baiklah kalau begitu kau bisa beristirahat dulu di kamar mu. Aku akan memanggilmu lagi nanti." ucap Eliza kepada Leila.
Setelah Leila keluar dari kamar nya, ia pun bergegas pergi menemui Count Swan di ruang kerja nya.
"Ayah, apa kau sedang sibuk?" tanya nya dengan nada yang sedikit memelas sehingga Count Swan tak bisa untuk mengabaikan nya dan meninggalkan pekerjaannya yang segunung di atas meja begitu saja.
"Tentu saja tidak. Kali ini apa yang ingin diminta oleh putriku yang cantik ini?"
"Ayah.. Aku ingin memutuskan pertunangan ku dengan yang mulia putra mahkota."
Count Swan seketika membelalakan mata nya tak percaya akan apa yang baru saja diucapkan oleh putri nya yang sempat tergila-gila oleh putra mahkota itu, "A-apa yang kau bilang barusan, Eliza? Apa ayah tidak salah dengar?"
Eliza menatap ayah nya dengan begitu yakin tanpa berkedip sedikitpun, "Tidak, ayah tidak salah dengar. Memang aku pernah sangat mencintainya tapi sekarang tidak lagi. Apa ayah sanggup melihatku hidup menderita karena terus mencintai pria yang bahkan tak pernah memperdulikanku seperti itu?" pungkasnya.
Eliza sengaja memprovokasi Count Swan agar ia mau membatalkan pertunangan nya dengan putra mahkota, ia dapat mengerti jika ayah nya itu sangat menyayangi nya melebihi apapun.
Pria itu menghela nafasnya frustasi, bukan perkara mudah memutuskan hubungan dengan keluarga kekaisaran sesuka hati nya, "Walau akan sulit, ayah akan berusaha untuk mengabulkan permintaan mu ini Eliza."
Ia segera memeluk ayahnya dengan erat dan berulang kali mengucapkan terimakasih, "Ayah memang yang terbaik!" ucapnya dengan sungguh-sungguh.
Keesokan hari nya Count Swan menghadap Kaisar Alexandria, Charles Argenta de Alexandria. Guna memutuskan pertunangan antara Elizabeth dan Putra Mahkota. Ia sempat khawatir jika baginda kaisar akan marah besar namun justru sebaliknya seluruh anggota kekaisaran terlihat sangat menanti hal tersebut. Entah Robert terlalu polos atau naif, tentu saja mereka senang sebab dengan berakhirnya pertunangan antara Elizabeth dan Putra Mahkota akan membuka peluang bagi Kaisar untuk menikahkan Putra Mahkota dengan gadis dari kerajaan lain. Robert hanya dijadikannya sebagai sapi perah untuk menutup hutang kekaisaran yang segunung itu. Setelah sudah cukup memerahnya kini waktunya untuk melepaskan ikatan dengan Count Robert. Gelar? Itu sama sekali tak sebanding dengan nominal yang sudah digelontorkan untuknya pada keluarga kaisar.
Setelah Count Swan pamit undur diri kaisar, permaisuri beserta putra mahkota mulai menertawakan pria yang sudah berbaik hati menstabilkan perekonomian kaisar itu.
"Syukurlah gadis bodoh itu lekas sadar diri jika dia memang tak pantas bersanding dengan pria paling terhormat di seluruh Alexandria." ucap permaisuri membangga-banggakan putra mahkota.
Kaisar Charles tersenyum, "Tidak masalah meski harus memberinya gelar Count, setidaknya gelar itu cukup untuk menggantikan beribu keping gold yang sudah dia berikan untuk kita. Betapa naifnya dia dan juga putri nya itu yang terlalu berambisi untuk menjadi bangsawan." ucap baginda kaisar.
"Walau ia mampu membeli gelar tersebut bukan berarti dirinya mampu untuk menjadi bangsawan yang memang sudah terlahir terhormat dan bermartabat. Sungguh ironi yang menyedihkan." tutur putra mahkota sembari melengkungkan seringai di sudut bibirnya.
Ia sama sekali tak menyesal telah melepaskan gadis yang selama ini dianggapnya sebagai benalu itu. Elizabeth yang ia kenal adalah seorang wanita yang sangat menyebalkan, seringkali Eliza merengek ditempat umum dengan dandan nya yang mencolok membuat putra mahkota semakin tidak menyukai nya.
Sementara itu di kediaman Swan, Elizabeth sangat gembira mendengar sang ayah berhasil memutuskan pertunangan nya dengan putra mahkota. Dirinya kini telah bebas untuk melakukan segala hal tanpa perlu menimbulkan rumor yang menyangkut pautkan keluarga kekaisaran. Rencana-rencana licik untuk memulai balas dendam nya kini mulai tersusun.
Malam hari yang lalu, beberapa menit sebelum insiden Elizabeth bunuh diri.
"Yang Mulia, hari ini pun anda sangat tampan! Tapi Yang Mulia, kenapa anda tidak mengenakan cufflink (kancing manset) yang saya berikan?"
Tanya Elizabeth yang menaruh harapan pada tunangan nya itu untuk mengenakan perhiasaan yang senada dengan dirinya.
"Aku lupa menaruh itu dimana." ucap Putra Mahkota tanpa menunjukkan rasa bersalah pada tunangan nya itu.
Bukannya lupa, Putra Mahkota justru dengan sengaja memberikan cufflink itu kepada ksatria yang sedang berkeliling di dalam istana.
"Oh, jadi begitu. Tidak masalah, Yang Mulia. Saya akan membelikan nya lagi untuk anda nanti."
Putra Mahkota menatap gadis polos itu dengan heran, mengapa gadis itu sebegitu terobsesi nya pada dirinya.
"Tidak perlu. Aku sudah punya banyak cufflink."
Gadis itu merasa sedikit kecewa, "Baiklah.. Tapi Yang Mulia, apa anda tidak mau mengajak saya berdansa? Ini lagu kesukaan saya."
"Aku-"
"Lady Priscilla Van Porsche memasuki ruangan!"
Seketika pandangan Putra Mahkota langsung tertuju pada Lady yang baru saja datang ke acara itu.
"Salam kepada matahari kecil Kekaisaran Alexandria, semoga dewa dan dewi mencurahkan seluruh berkatnya kepada anda, Yang Mulia." ucap gadis itu kepada Putra Mahkota seraya membungkukkan badan nya memberi hormat.
Keluarga kekaisaran memang terkenal senang mengadakan pesta walau tak ada perayaan khusus sekalipun. Memamerkan kekayaan dan kelas mereka.
Meski sudah beberapa kali Putra Mahkota mengadakan pesta namun tak pernah satu kali pun ia mengajak Elizabeth untuk berdansa.
"Terimakasih, dewa dan dewi pasti akan mengabulkan doa dari Lady secantik anda. Karena ucapan yang tulus itu sangat menyentuh hati ku, mau kah Lady berdansa dengan saya?" ajak Putra Mahkota sembari mengulurkan tangan kanan nya.
Lady Priscilla dengan segera meletakkan tangan nya diatas telapak tangan Putra Mahkota, "Tidak sopan untuk menolak ajakan pria paling terhormat diseluruh kekaisaran Alexandria, tentu saya akan menerima dengan senang hati ajakan anda, Yang Mulia."
Elizabeth meremas gaun nya dengan sangat kuat. Nafasnya tercekat. Dada nya terasa sesak. Putra Mahkota yang selalu membuat banyak alasan ketika ia ingin berdansa bersamanya dengan mudah nya mengajak gadis lain berdansa hanya karena doa yang tulus katanya? Konyol.
"Astaga, bagaimana bisa Yang Mulia dengan terang-terangan mencampakkan Lady Elizabeth seperti itu? Kasihan sekali."
"Biar saja, biar dia tahu diri. Bangsawan yang berasal dari rakyat jelata memang tidak pantas bersanding dengan Putra Mahkota yang terhormat. Toh nantinya setelah mereka menikah juga Yang Mulia pasti akan mencari selir."
"Benar juga yang anda katakan."
"Aku harap Yang Mulia bisa memiliki lebih dari satu selir, agar aku bisa mendaftarkan diri juga."
"Lady, lihat dia melirik ke arah anda. Sepertinya dia mendengar ucapan anda barusan."
"Tidak masalah, dia kan punya telinga. Tapi sayangnya tak punya otak. Hahahaha."
Ia tak tahan melihat pemandangan itu lebih lama lagi. Bahkan tatapan dan ucapan menghina dari para bangsawan lain sangat jelas tertuju untuknya. Elizabeth berlari ke arah balkon yang tepat berada diatas bibir laut yang cukup dalam.
"Aku sudah muak dengan semua ini. Jika hidup ku tak berarti untuk nya, semoga dengan kepergian ku Yang Mulia bisa merindukan ku meski sedikit."
Byuurr!!
...****************...
Setelah bertukar tubuh, siap untuk balas dendam!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments