Jelas-jelas malam itu dia yakin bahwa dirinya sudah meninggal. Tapi begitu tersadar ia sudah berada di dalam tubuh seorang gadis yang bernama Elizabeth. Begitu banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya tapi Eleanor memilih untuk memastikan hal yang terpenting lebih dulu. Ia harus tahu bagaimana nasib dirinya yang sebenarnya dan mengapa ia bisa berada di dalam tubuh ini. Ia membunyikan sebuah lonceng kecil yang berada di atas nakas nya, tak lama kemudian seorang pelayan masuk ke dalam kamar nya.
"Nona Eliza, apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya pelayan itu pada nya.
"Aku ingin jalan-jalan, aku bosan berada disini." Eleanor berniat untuk mengetahui situasi dirumah ini terlebih dulu, ia tak ingin membuat orang di sekeliling nya curiga jika dirinya bukan Eliza. Setidaknya ia membutuhkan satu orang pelayan yang bisa menjadi orang kepercayaan nya yang bisa ia gunakan untuk banyak hal.
"Tapi anda belum pulih sepenuhnya, Nona." ucap pelayan itu.
Eleanor menatapnya selama beberapa saat mencoba mencari alasan yang lain, "Kepala ku pusing dan badan ku rasa nya lelah karena terus berbaring disini. Sepertinya sinar matahari akan membantu ku pulih dengan cepat."
Pelayan itu menghela nafasnya pasrah, "Baiklah, Nona. Tapi sebelum itu anda harus makan terlebih dulu."
Krucuukk~
Pelayan itu tersenyum mendengar suara perut nona nya yang keroncongan. Mau tak mau ia harus makan sebelum melancarkan aksinya. Setelah selesai menyatap makanan yang sudah lama tidak ia makan, kini dirinya tengah dibantu oleh seorang pelayan untuk berganti pakaian.
Ketika ia berkeliling kediaman itu, sebagian besar pelayan membicarakan nya dibelakang. Sepertinya kehidupan Nona Eliza tidak begitu baik. Menyadari perilaku tak sopan para bawahan kepada majikan nya itu, Eleanor menarik kesimpulan jika Nona Eliza adalah gadis yang lugu, polos dan bodoh. Setidaknya jika Nona Eliza bersikap tegas pasti tidak akan terjadi hal seperti ini padanya.
"Panggil seluruh pelayan ke kamar ku. Aku akan kembali duluan." ucapnya kepada pelayan yang berada di samping nya.
"Sekarang, Nona?" tanya pelayan itu memastikan.
Eleanor meliriknya dengan dingin, "Apa aku harus mengatakan nya dua kali?" tuturnya.
"Ba-baik, Nona." pelayan itu menunduk patuh.
Setelah ia berjalan beberapa langkah, Eleanor mendengar pelayan barusan mendengus kesal padanya. Mengetahui hal itu membuatnya lega, ternyata pelayan itu tidak cocok untuk dijadikan nya sekutu. Eleanor menyeringai lalu segera kembali ke kamar nya.
Kurang lebih setengah jam berlalu dan hanya ada dua orang pelayan yang datang ke dalam kamar nya. Salah satunya adalah pelayan yang bersama tadi, sedang satu lagi adalah pelayan lain. Pelayan itu terlihat kaku dan kikuk.
"Siapa nama mu?" tanya nya kepada pelayan yang kikuk itu.
Pelayan itu nampak gugup, "Na-nama saya, Leila, Nona Eliza." jawabnya.
"Dia adalah pelayan yang baru saja bekerja disini sejak seminggu yang lalu, apa anda lupa?" tanya pelayan yang satu nya lagi.
"Baiklah, kau boleh pergi dan leila tetap disini." ucap nya pada sang pelayan.
Setelah tinggal mereka berdua saja di dalam kamar tersebut, Eleanor melontarkan beberapa pertanyaan Leila. Dari situ ia mengetahui jika Leila adalah seorang anak yatim piatu yang dibesarkan di sebuah panti. Menemukan beberapa kesamaan membuatnya mantap untuk menjadikan Leila sebagai orang kepercayaan nya di rumah ini.
"Leila, apa aku bisa mempercayai mu?" tanya Eleanor sembari menatap nya dengan tajam.
Leila sangat gugup, Nona yang biasanya bersikap manja itu tiba-tiba menatapnya dengan penuh intimidasi, "Sa-saya akan senang jika bisa membantu Nona Eliza."
"Ada hal yang perlu aku pastikan, tapi kau juga tahu sendiri jika kondisi ku sekarang. Jadi aku perlu bantuan mu, apa kau bisa?"
"Saya akan melakukan apapun itu, Nona."
Eleanor mengutus Leila untuk memastikan bagaimana keadaan tubuh nya sekarang. Ia memberitahukan dimana tempat tinggal nya yang sebelumnya. Eleanor benar-benar berharap jika Leila tidak akan mengecewakan nya. Jika dia bisa melakukan tugas pertama ini dengan mulus, selanjutnya Eleanor akan menaikan upah Leila.
"Leila, jika sampai hal ini bocor ke telinga ayah ataupun pelayan lain.. Aku tidak akan segan terhadapmu." tutur Eleanor dengan tatapan membunuh.
Glek!
Leila menelan saliva nya dengan susah payah, "Ba-baik, Nona Eliza." kemudian gadis itu pun keluar dari kamar sang empunya.
Ditengah keheningan ia tiba-tiba teringat akan ucapan salah seorang pelayan yang membicarakan nya dari belakang tadi. Samar-samar ia mendengar jika pelayan itu mengatakan Eliza memiliki seorang tunangan, tapi mengapa tunangan nya tidak datang disaat ia sedang sakit begini.
Sebenarnya pria macam apa tunangan mu ini, Eliza?
Juga luka ditubuhnya ini, apa yang sebenarnya terjadi?
Hah.. Sudahlah, mari pikirkan nanti setelah mengetahui keadaan tubuh asli ku.
Begitu banyak pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban. Tapi Eleanor tidak bisa tenang sebelum mengetahui apa yang sudah terjadi padanya. Sembari menunggu Leila datang ia berusaha menyibukkan diri dengan melihat koleksi baju milik Eliza. Mata nya membulat ketika berhasil membuka lemari baju yang berada di sebelah meja rias.
Ini semua benar-benar bukan selera ku.
Di dalam lemari itu begitu banyak gaun namun tidak ada satu pun darinya yang sesuai dengan selera Eleanor. Gaun milik Eliza semua nya berwarna cerah, penuh renda dan pita. Tak ketinggalan selalu ada motif bunga di setiap gaun nya. Menilik dari selera gaun dan dekorasi kamar yang dipenuh berbagai macam bunga, sepertinya Eliza sangat menyukai bunga. Eleanor segera melangkah keluar dari kamar nya menuju ke ruang kerja ayah Eliza.
Tok! Tok!
"Masuk." sahut sang ayah dari dalam ruang kerja nya, kemudian ia pun segera masuk, "Eliza? Ayah kira tadi pelayan yang mengetuk? Kamu kan tidak pernah mengetuk pintu sebelumnya?" terang pria paruh baya itu pada nya.
Selera yang kekanak-kanakan, tidak tegas, ceroboh dan tak tahu etiket.
Sama sekali tak mencerminkan seorang lady.
"Kenapa terdiam, Eliza? Apakah badan mu masih sakit?" tanya pria itu pada nya dengan tatapan yang penuh kekhawatiran.
Eleanor menatap papan nama yang berada di meja kerja, disana tertulis Count Robert Swan, "Tidak, ayah. Ada sesuatu hal yang aku ingin kan."
"Katakan saja. Bukankah ayah selalu mengabulkan semua keinginan mu? Bahkan menjadikan mu tunangan putra mahkota pun terbukti ayah mampu mewujudkan nya. Katakan putri ku tersayang, hal apa lagi yang kau ingin?"
Gadis itu amat terkejut, "Tunangan putra mahkota?!" tanya nya memastikan mungkin ia tadi hanya salah dengar.
Count Swan mendapati sang anak yang berperilaku berbeda sedari tadi segera berdiri menghampiri putri nya itu, pria paruh baya itu mengecek luka yang berada di kepala sang anak, "Elly, apa kau kehilangan ingatan karena cidera kepala mu ini? Apa Elly juga melupakan ayah?"
"Te-tentu saja tidak! Bagaimana mungkin aku melupakan ayah ku tersayang? Aku mungkin melupakan banyak hal tapi tidak dengan ayah ku sendiri." ia benar-benar tak kuasa melihat pria paruh baya di depan nya yang hampir menangis ini. Setidaknya ia harus berusaha untuk menyenangkan nya agar dirinya dapat hidup dengan nyaman dan mudah disini.
Count Swan pun mengangguk kegirangan mendengar ucapan sang anak, "Benar.. Tentu saja Elly harus mengingat ayah bukan? Lalu apa yang kau butuhkan, nak?"
"Sebenarnya aku ingin membeli gaun baru, ayah."
"Beli lah, Elly. Ayah bekerja keras memang hanya untuk mu."
"Lalu aku juga ingin membuang semua gaun ku tanpa terkecuali."
Count Swan lagi-lagi dibuatnya terkejut, "Elly itu semua kan baju kesayangan mu. Kau sengaja mengkoleksi nya. Apa kau yakin?"
Gadis itu mengangguk yakin, "Ayah, bukankah aku sudah dewasa? Jadi menurutku sudah seharusnya aku berperilaku dan berpakaian layak nya lady." ucapnya dengan penuh percaya diri.
Seketika sang ayah pun menangis haru, "Huhuhu... Anakku, ayah tak mengira kau akan dewasa secepat ini. Kau benar, ayah telah menukar gelar Count ini dengan harga yang mahal agar tidak adalagi orang yang meremehkan kita. Ayah akan mendukung dengan senang hati jika Elly kini mau mempelajari etiket bangsawan."
Apalagi ini? Pertama, tunangan putra mahkota.
Menukar gelar Count dengan harga mahal?
Apa Count Swan bukan bangsawan asli?
Mengapa terlalu banyak tanda tanya disini.
Elizabeth Swan (mode penjahat)
Picture from Pinterest.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Yunita Widiastuti
🌹
2023-03-29
1