Bab 4 - Pameran Seni

Pagi itu seusai sarapan Elizabeth memilih gaun baru yang ada di lemari nya. Setelah berhasil membuang semua gaun lama nya yang tak sesuai dengan gaya nya, ia mengisi lemari baju nya dengan berbagai gaun baru dengan desain yang simpel namun elegan.

"Kemana tujuan anda, Nona? Bukankah ini gaun formal?" tanya Leila sembari membantu Eliza mengenakan gaun itu.

"Menemui Grand Duke Dominique." jawab Eliza dengan santai.

Sementara itu Leila menjadi membeku dibuatnya, "Grand Duke?" tanya nya memastikan jikalau tadi ia sempat salah dengar saja.

Eliza mengangguk dua kali, "Anda akan ke kediaman beliau? Maaf Nona tapi menurut saya jika anda kesana hanya akan menyebabkan rumor buruk tentang anda semakin menjadi." tutur Leila mengingatkan Eliza karena khawatir terhadap sang empunya.

Eliza tersenyum, "Leila, terimakasih sudah mengkhawatirkan ku, sementara pelayan lain hanya bisa menertawakan ku dari belakang. Tapi tenang saja, aku tak sebodoh itu." ucapnya dengan yakin namun tentu saja Leila tetap ragu mengingat Elizabeth memang sebodoh itu biasanya.

"Y-ya?" jawab Leila bingung harus bereaksi seperti apa.

"Apa kau ingat beberapa hari yang lalu aku meminta mu untuk mengumpulkan informasi tentang Grand Duke?"

Leila mengangguk, "Ya, saya ingat."

Eliza menyemprotkan parfum yang baru saja ia beli kemarin ke pergelangan tangan nya, "Bukankah beliau sangat menyukai seni lukisan dan sastra? Di ibu kota, hari ini sedang ada pameran lukisan dari berbagai kalangan seniman. Beliau pasti akan datang kesana."

Leila merapikan rambut Eliza dan menambahkan sebuah jepit rambut kecil sebagai sentuhan terakhir. Eliza berjalan ke arah cermin besar yang ada di samping meja rias, memastikan bahwa penampilan nya sudah cukup bagus untuk menemui Grand Duke yang terkenal dingin itu.

Setibanya di ibu kota ia langsung menuju tempat di gelar nya pameran. Eliza sudah mengingat nama beberapa seniman yang karya nya selalu di nanti oleh Grand Duke. Ia dengan sengaja langsung menuju sebuah lukisan yang berada di paling pojok. Menanti Grand Duke untuk menghampiri lukisan tersebut. Ia ingin membuat pertemuan pertama nya dengan Grand Duke terlihat alami.

"Mendung tak selalu hujan." ucap Eliza tiba-tiba, membuat Grand Duke yang baru saja berdiri di samping nya menjadi menoleh ke arah nya, "Oh, maaf jika saya mengagetkan anda. Hanya saja setiap karya A.L. mengingatkan saya dengan buku-buku karangan John Steinbeck." tuturnya.

Dalam sekali tembakan, Eliza berhasil menarik perhatian Grand Duke. Selama ini gadis-gadis yang berkerumun di sekitar nya hanya membicarakan soal kelebihan diri mereka sendiri demi menarik perhatian sang Grand Duke. Namun semakin mereka memuji dirinya, semakin muak pula Sebastian dengan segerombolan gadis-gadis bangsawan itu.

"Apa anda pernah membaca nya?" tanya Grand Duke Dominique, Sebastian, "Bukankah jika anda merasa seperti itu, setidaknya anda pasti pernah membaca buku-buku itu sekali." tanya nya memastikan jika Eliza tidak hanya omong kosong karena sekedar ingin menarik perhatian nya seperti gadis lain.

Eliza tersenyum, "Aku rasa hidupku seperti musik. Itu mungkin bukan musik yang bagus tapi tetap mempunyai bentuk dan irama." ucapnya, "East of Eden adalah masterpiece, meski membacanya berulang kali saya tidak pernah bosan." tutur Eliza.

Sebastian tertegun selama sepersekian detik ketika Eliza mengulang isi dari salah buku karya John Steinbeck. Ternyata gadis di hadapan nya itu tak sekedar asal bicara dan benar-benar memahami suatu seni yang apik.

"Maaf atas ketidaksopanan saya." ucap Sebastian begitu tersadar, "Perkenalkan saya Grand Duke Dominique, Sebastian. Bolehkah saya mengetahui nama Lady?" tanya sang Grand Duke kepada Eliza yang menandakan pria itu telah memakan umpan nya dengan baik.

Eliza berusaha untuk tetap tenang agar citra anggun nya tidak hancur meski saat ini ia sangat gembira karena rencana nya berjalan mulus, "Maaf atas ketidaktahuan saya, Grand Duke. Bagaimana bisa saya tidak tahu dengan siapa saya sedang berbicara. Sekali lagi maafkan saya, Tuan." ucap Eliza mencoba untuk bersikap alami, benar alami. Ia terus menekankan kata itu dalam benak nya.

"Tidak masalah, sebagai gantinya apakah saya boleh mengetahui nama anda Lady?" tanya nya sekali lagi, ia benar-benar dibuat Eliza penasaran.

"Perkenalkan nama saya Elizabeth Swan, Grand Duke bisa memanggil saya Eliza saja tanpa Lady." ucap Eliza sembari sedikit membungkuk kan dirinya tanda memberi salam hormat kepada Grand Duke.

"Saya hanya mengikuti anda, karena anda terus memanggil saya Grand Duke jadi saya juga akan memanggil anda Lady Eliza." tutur Sebastian.

"Tidak mungkin saya akan berani memanggil anda tanpa gelar anda, Tuan." sahut Eliza merasa tak enak.

"Kenapa tidak? Bukankah teman bisa menanggil nama seperti itu?"

"Teman? Saya dan anda bahkan baru bertemu sekali, disini."

Sebastian sedikit memiringkan kepala nya dengan perlahan, "Hmm, baiklah. Butuh berapa kali pertemuan untuk bisa menjadi teman?" tanya Sebastian sungguh-sungguh.

Eliza keheranan, jalan yang terlalu mulus ini justru membuatnya sedikit khawatir. Setidaknya ia harus membuat Grand Duke penasaran lebih lama lagi agar ikatan nya juga semakin kuat.

"Lihat, itu adalah Elizabeth. Setelah merangkak ke kaki Putra Mahkota agar menjadi bangsawan, kini ia mendekati Grand Duke setelah bosan dengan Yang Mulia Putra Mahkota."

"Lady, kau lupa memanggilnya Lady. Dia adalah putri Count sekarang."

"Apa penting nya itu? Lagipula siapa yang tak tahu jati dirinya yang sebenarnya, hanya keluarga rakyat biasa yang membeli gelar agar bisa menjadi bangsawan."

Suara gadis-gadis itu begitu nyaring, tersirat jelas maksud dan tujuan mereka agar Grand Duke mengetahui siapa yang sedang diajaknya berbicara. Elizabeth sama sekali tak terusik dan tetap fokus melihat lukisan dihadapan nya.

Sebastian menatap Elizabeth lekat-lekat, mempertanyakan kenapa gadis di samping nya ini begitu berbeda dengan gadis lain nya. Ia tetap bersikap tenang walau telah di rendahkan seperti itu. Apa benar yang mereka katakan jika Eliza hanya gadis dari kalangan rakyat biasa? Namun mengapa ia terlihat lebih beretika daripada para lady barusan? Gumam Sebastian di dalam benaknya.

"Saya rasa wajah saya dapat berlubang jika anda menatap saya lebih lama lagi, Grand Duke." ucap Elizabeth yang seketika membuat Sebastian salah tingkah, tak sadar sudah berapa lama ia terpaku larut dalam lamunan nya memandangi Elizabeth.

"Maafkan atas ketidaksopanan saya, Lady." tutur Sebastian dengan suara bariton nya yang khas sambil menahan malu, "Saya hanya penasaran mengapa anda tidak bereaksi apapun terhadap para lady barusan." pungkas nya.

Eliza mengangkat ujung bibirnya, "Saya tidak merasa perlu untuk mendengar perkataan yang sia-sia dari mulut mereka." ucap Elizabeth, "Orang-orang biasanya melihat apa yang mereka cari, dan mendengar apa yang mereka ingin dengar." imbuhnya sembari menoleh ke arah Sebastian sembari tesenyum ramah, "Bukankah begitu Grand Duke?"

Sekali lagi, Elizabeth membuatnya semakin penasaran, "Anda juga sudah membaca To Kill a Mockingbird karangan Harper Lee rupa nya?" ucap Sebastian dengan mata yang berbinar-binar, perasaan gembira karena menemukan seseorang yang satu frekuensi dengan dirinya.

Tak terasa waktu berlalu begitu saja tatkala mereka sedang bersama. Grand Duke berniat untuk mengundang nya makan malam di kediaman nya yang berada di ibu kota. Namun karena Elizabeth tak ingin membuat ini mudah untuk Grand Duke, ia beralasan jika badan nya lelah sehingga tak memungkin untuk menerima undangan sang penguasa Duchy Domonique itu. Mau tak mau Grand Duke harus membiarkan Elizabeth untuk pulang meski dirinya masih ingin berbincang dengan gadis itu lebih lama lagi.

Grand Duke Sebastian Dominique di waktu senggangnya, lebih memilih bersama tumpukan buku daripada keluar istana bertemu oranglain yang tak sepemikiran dengan nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!