BAB 3

"Bagaimana? Sanggup melunasinya?" tanya Andika. Pandangannya kini mengintimidasi Silvi.

Silvi terdiam dan berpikir. Bagaimana cara melunasi hutang sebanyak itu? Dia tidak akan takut dengan gertakan Andika. Dia harus berusaha selagi dia bisa.

Kompetisi! Iya, hadiah kompetisi itu senilai 100 juta jika berhasil meraih juara 1 dan bagian aku 50 juta, yang 10 juta aku akan pinjam Dion.

"Beri waktu aku selama satu minggu." kata Silvi. "Aku pasti akan melunasi semua hutang itu." Dia begitu yakin dengan keputusannya.

"Silvi, 60 juta itu bukan uang yang kecil. Kamu mau mencari uang sebanyak itu dimana nak?" Pak Adi ragu. Bagaimana bisa putrinya mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu satu minggu.

"Ayah, tenang saja ya. Silvi pasti bisa mendapatkannya." Silvi mengusap kedua lengan Ayahnya.

"Oke," Andika kembali mengambil surat perjanjian pelunasan hutang itu dan menambah sebuah tulisan di sana.

Saya berjanji akan melunasi hutang selama satu minggu. Jika hutang belum dilunasi setelah jatuh tempo, Silvi akan menjadi jaminan dan menikah dengan Pak Andika.

Silvi melebarkan matanya. "Kenapa saya yang jadi jaminan! Saya tidak akan sudi menikah dengan Bapak! Lagian saya juga masih sekolah." kata Silvi dengan keras. Dia tidak akan mau menjadi istri dari CEO kejam seperti Andika.

"Masih sekolah bukan alasan. Kamu sudah 17 tahun kan? Itu gampang, bisa diatur." kata Andika dengan santai.

"Saya bukan barang yang bisa dibuat sebagai jaminan!" bentak Silvi. Dari tatapan Andika saja, Silvi tahu jika Andika hanyalah menginginkan tubuhnya saja.

Andika tetap menyodorkan surat perjanjian itu. "Karena hanya kamu harta berharga yang dimiliki Ayah kamu. Kalian berdua tanda tangan di sini. Kalau tidak mau tanda tangan, aku akan bawa kamu sekarang juga."

Silvi menatap ketiga anak buah Andika yang berbadan kekar itu sedang menggertakkan kedua tangannya.

"Silvi, biar Ayah yang menanggung semua ini." Pak Adi mengambil surat perjanjian itu tapi tidak dia tanda tangani. Pak Adi justru menutup map itu. "Pak Dika, Anda tidak perlu membawa Silvi masuk dalam masalah saya. Saya siap Bapak tuntut. Biar saya dipenjara daripada saya menyerahkan putri saya."

Andika tersenyum miring lagi. Lesung pipi yang tercetak di pipinya saat tersenyum sebenarnya terlihat sangat manis, tapi kali ini justru terlihat sangat menakutkan. "Untungnya apa buat saya kalau saya membawa Bapak ke kantor polisi. Bapak di penjara lalu masalah selesai dan saya tidak mendapatkan uang ataupun putri Bapak." Andika memberi kode pada anak buahnya agar menggertak mereka.

"Cepat tanda tangan atau kami bawa Silvi secara paksa." Anak buah Andika membuka map itu lagi. Mereka memaksa Pak Adi untuk bertanda tangan.

"Ayah, biar ini menjadi tanggung jawab Silvi. Ayah tanda tangan saja. Silvi pasti bisa mendapatkan uang itu." kata Silvi. Dia berusaha meyakinkan Ayahnya.

Akhirnya Pak Adi dengan terpaksa bertanda tangan di atas materai itu.

"Oke, bagus. Saya akan ke sini satu minggu lagi. Atau kalau kamu berubah pikiran kamu bisa datang ke apartemen City Point di Tower B." Andika mendekat dan menyentuh pinggang Silvi sesaat. "Kalau kamu datang dengan sendirinya, bukan hanya hutang Ayah kamu saja yang lunas tapi kamu juga akan mendapatkan segalanya dari aku."

Silvi menepis kasar tangan Andika. "Cih, gak sudi!"

"Semakin kamu melawan, kamu semakin menarik." Andika mencubit pinggang Silvi sesaat sambil berlalu.

"Woy," Silvi melempar sandalnya ke arah Andika karena merasa kesal dirinya disentuh Andika seenaknya.

Andika menepis sandal Silvi. Gadis yang sangat energik rasanya semakin menarik untuknya.

Aku pasti mendapatkanmu!

Andika masuk ke dalam mobilnya bersama anak buahnya dan beberapa saat kemudian mobil itu mulai melaju.

Kemudian Silvi dan Ayahnya kini masuk ke dalam rumah. Mereka duduk berdua di kursi ruang tamu.

"Ayah mengapa tidak bilang sama Silvi kalau punya hutang sebanyak itu? Ayah bilang, ibu berobat menggunakan asuransi."

Pak Adi menghela napas panjang. "Sebenarnya semua biaya terapi ibu kamu tidak ditanggung asuransi jadi Ayah meminjam di perusahaan. Waktu itu masih dipegang Pak Reka. Beliau baik sekali. Bahkan Pak Reka tidak membatasi kapan Ayah harus membayarnya yang penting ibu kamu berobat dulu. Satu bulan yang lalu, putra pertamanya sudah selesai kuliahnya di luar negeri. Dia mulai menjabat CEO dan semua peraturan diubah semakin ketat, termasuk keuangan kantor."

Silvi hanya terdiam mendengar cerita Ayahnya.

"Ayah, tidak mau kamu menikah dengan Pak Dika. Dia sangat kejam dan seorang casanova."

"Casanova?" Silvi mengernyitkan dahinya. Ternyata memang ada lelaki seperti itu, bukan hanya ada di film atau cerita-cerita yang pernah dia baca.

"Iya, dari kabar yang Ayah dengar dia penjelajah wanita. Bahkan dia juga sering menggoda staff wanita di kantor. Mungkin karena gaya hidupnya diluar negeri, jadi Pak Dika seperti itu, sangat berbeda dengan Papanya."

Silvi mengusap bahu Ayahnya, dia tersenyum untuk memberi ketenangan. "Ayah tenang saja ya. Silvi pasti bisa mendapatkan uang itu."

"Darimana kamu mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Pak Adi. Pak Adi masih belum bisa percaya jika Silvi berani menjanjikan rentan waktu selama satu minggu saja.

"Tiga hari lagi Silvi mengikuti kompetisi sama Dion dan hadiahnya lumayan besar. Juara pertama senilai 100 juta, jadi Silvi mendapat bagian 50 juta. Sisanya biar aku pinjam sama Dion." Beberapa detik kemudian raut wajah Silvi berubah menjadi sendu. "Tapi itu kalau Silvi bisa menjadi juara 1."

Seketika Pak Adi memeluk putrinya. "Ayah yakin kamu bisa. Ayah juga akan berusaha mencari pinjaman. Ayah gak akan biarkan kamu menikah dengan bos kejam seperti Pak Dika."

Silvi menganggukkan kepalanya. "Silvi akan berlatih dengan keras dan sungguh-sungguh." Kemudian Silvi melepaskan pelukannya. "Silvi mau melanjutkan memasak dulu, tinggal sedikit lagi selesai." Lalu Silvi berdiri dan melangkahkan kakinya menuju dapur. Dia menyelesaikan masakannya beberapa saat lalu menghidangkan masakan yang telah siap itu di atas meja makan.

"Ayah, ayo kita sarapan dulu."

Silvi kini duduk dan bersiap untuk makan, daripada memikirkan casanova yang tidak penting itu, lebih baik dia mengisi perutnya terlebih dahulu lalu menyusun jadwal latihannya bersama Dion.

Aku harus bisa memenangkan kompetisi ini. Harus!

Tekad Silvi semakin bulat untuk memenangkan kompetisi itu.

💕💕💕

.

Like dan komen ya...

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

pantes sih JD Casanova.. uang ada,tampang ada, tampan pula pasti cewe yg genit mudah di dapat...andika

2024-06-26

0

Elisanoor

Elisanoor

Kurang ajar, produk Gagal papa Reka ini berarti 😆

2023-10-24

0

Shalsha Bil

Shalsha Bil

Mampir suru nih

2023-07-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!