Andika mengernyitkan dahinya menatap Silvi.
Apa dia putrinya? Cantik dan sexy sekali.
"Silvi, lain kali kalau menghentikan motornya jangan menghalangi jalan." kata Pak Adi menasihati putrinya.
"Iya, Ayah. Tadi ada motor lain juga di sini."
Setelah motor mereka menepi, Andika kembali melajukan mobilnya. Dia masih memikirkan Silvi. Kemudian dia tersenyum miring saat memiliki sebuah ide gila yang akan dia lakukan.
Andika semakin mempercepat laju mobilnya menuju apartemennya. Sejak menyelesaikan study nya diluar negeri, Andika memilih untuk tinggal di apartemen nya sendiri agar dia bisa bebas melakukan apa saja.
Dia kini masuk ke dalam apartemennya lalu melempar tubuhnya di atas sofa. Melepas jas dan melonggarkan dasinya. Dia ambil ponselnya untuk menelepon seseorang.
"Hallo, Laura. Kamu ke apartemen aku sekarang ya. Iya, aku kangen..."
Setelah itu dia mematikan ponselnya. Lalu berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Wajah dan lekuk tubuh Silvi begitu terbayang-bayang di benaknya.
"Sial! Aku sangat ingin mencobanya."
Kemudian dia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Setelah selesai, Andika keluar dari kamar mandi dan hanya memakai bathrobe saja. Dia kini berjalan menuju pintu apartemennya karena bel apartemennya sudah berbunyi.
"Pasti ini Laura." gumamnya.
Setelah pintu terbuka, seorang wanita yang cantik dan sexy menunjukkan senyum termanisnya pada Andika.
Andika segera menarik tangan Laura masuk ke dalam apartemennya. Dia segera menutup kembali pintu apartemennya. Di belakang pintu, Andika langsung mencium bibir Laura.
"Dika, pelan-pelan. Aku aja belum duduk."
"Aku sudah gak tahan baby..."
Begitulah Andika, sejak dia kuliah di luar negeri, dia terpengaruh dengan kehidupan di luar sana. Dia melakukannya tidak hanya dengan Laura sebagai kekasihnya tapi juga dengan wanita-wanita lain yang pernah dia kencani dalam satu malam. Dia adalah seorang casanova yang telah menjelajahi banyak wanita dan dia selalu bisa membuat wanita bertekuk lutut padanya.
Seiring suara erotis yang saling bersahutan itu, Andika masih saja mengingat bayangan Silvi. Lekuk tubuh Silvi yang indah dan menggiurkan itu membuat adrenalin Andika semakin terpacu.
Aku pasti akan mendapatkannya. Pasti!
...***...
Pagi hari itu, setelah selesai berolah raga pagi Silvi akan memasak di dapurnya. Mumpung dia libur sekolah di hari Minggu itu.
"Silvi, tumben masak?" tanya Pak Adi sambil menghampiri putrinya yang sedang berkutat di dalam dapur.
"Ayah, Silvi kan kalau hari Minggu sering bantu Mama masak." Satu kalimat yang tanpa sadar terucap itu membuat Silvi menghentikan gerak tangannya sesaat. "Udah satu bulan ditinggal Mama tapi rasa kebersamaan itu masih saja terasa."
Pak Adi tersenyum sambil mengusap puncak kepala Silvi. "Iya, gak papa kamu mengingat Mama kamu tapi kamu gak boleh sedih lagi. Mama sudah tidak merasakan sakit di sana."
Silvi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. "Tapi masakan Silvi tidak seenak masakan Mama."
"Tidak apa-apa. Masakan kamu sangat spesial buat Ayah."
Beberapa saat kemudian ada sebuah ketukan pintu yang cukup keras. "Sebentar Ayah bukakan pintu dulu ya. Kamu lanjut saja masaknya." Kemudian Pak Adi berjalan menuju pintu rumahnya. Dia kini membuka pintu itu. Dia sangat terkejut saat melihat Andika bersama tiga anak buahnya sudah berdiri di teras rumahnya.
"Pak Andika ada apa ke rumah saya?" tanya Pak Adi dengan terbata. Dia menutup pintunya dan berbicara dengan bosnya di teras rumah, agar Silvi tidak mendengar percakapan mereka. Pak Adi tidak mau menjadi beban pikiran Silvi jika dia tahu kalau Ayahnya memiliki hutang yang banyak di perusahaan.
"Ada apa?! Kapan Pak Adi sanggup melunasi hutang itu?" Andika memberi sebuah map yang berisi surat perjanjian.
"Saya belum bisa memastikan. Uang sebanyak itu tidak mungkin bisa saya dapatkan dalam waktu yang singkat." Pak Adi hanya menundukkan pandangannya. Dia tidak berani menatap wajah kejam Andika dan ketiga anak buahnya.
"Kamu punya barang apa yang bisa dijadikan jaminan?" Andika memasukkan kedua tangannya di saku. Dia berjalan maju mundur sambil mengamati rumah sederhana yang terlihat kuno itu. Tembok-temboknya juga telah lapuk.
Pak Adi menggelengkan kepalanya. "Saya hanya mempunyai sebuah motor butut dan rumah ini. Saya sudah tidak mempunyai apa-apa lagi selain itu."
"Motor butut dan rumah reot kamu saja tidak akan sanggup melunasi hutang itu." bentak Andika. Dia memang seorang bos yang kejam dan tak punya hati.
Pak Adi sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia sudah pasrah jika nantinya masalah ini akan dibawa Andika ke meja hijau.
"Saya ingin bertemu dengan Putri Bapak." kata Andika tiba-tiba.
"Putri saya?" Seketika Pak Adi menatap Andika. Dia juga pernah mendengar sebuah isu, bahwa bosnya itu adalah seorang casanova.
"Iya, saya tertarik dengan putri Bapak." kata Andika terang-terangan.
"Saya tidak akan membiarkan Silvi masuk dalam masalah saya."
"Jadi namanya Silvi." Andika tersenyum miring. "Berikan putri Bapak sebagai jaminan, maka hutang Pak Adi saya anggap lunas."
Seketika emosi Pak Adi tersulut. "Saya tidak akan menjual putri saya demi melunasi hutang!"
"Oke, saya akan menikahi putri bapak. Harusnya Pak Adi senang. Pak Adi akan mempunyai seorang menantu CEO."
Pak Adi semakin menatap tajam Andika. "Saya tetap tidak akan menyerahkan putri saya. Saya tahu, Pak Dika seorang casanova. Pasti Pak Dika hanya ingin memanfaatkan tubuh putri saya saja."
Andika tersenyum miring. Dia kini mendekat dan mencengkeram kerah baju Pak Adi. "Memanfaatkan? Justru aku akan mempermudah Pak Adi untuk melunasi hutang-hutang itu."
Mendengar keributan yang ada di luar, Silvi segera mematikan kompornya dan berjalan menuju pintu rumahnya. Dia membuka pintu itu, dia terkejut saat melihat Ayahnya disergap seseorang.
"Lepasin Ayah!" Silvi berusaha menarik Ayahnya dan mendorong Andika.
Andika akhirnya melepas sergapannya, lalu dia tersenyum menyeringai. "Gimana tawaran saya?"
"Bapak siapa? Tawaran apa?" tanya Silvi dengan keras.
"Aku bos di perusahaan Ayah kamu bekerja. Ayah kamu..."
"Pak," Pak Adi memotong kalimat Andika. "Selesaikan masalah ini sama saya. Jangan bawa-bawa Silvi."
Silvi kini menatap Ayahnya. "Ayah, sebenarnya ada masalah apa?"
Pak Adi hanya terdiam.
"Ayah, cerita sama Silvi. Ayah ada masalah apa?" tanya Silvi lagi.
"Ayah kamu memiliki hutang puluhan juta di perusahaan. Hutang-hutang itu sudah jatuh tempo dan Ayah kamu harus segera melunasinya."
Silvi melirik Ayahnya sesaat lalu dia menatap Andika dengan berani.
"Berapa hutangnya? Saya akan melunasinya."
"60 juta."
"60 juta?" Silvi terkejut dengan nominal itu. Dia memang tahu Ayahnya memiliki hutang di perusahaan tapi dia tidak mengira sampai sebanyak itu.
"Bagaimana? Sanggup melunasinya?"
.
💕💕💕
.
Like dan komen ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Mamah Kekey
nasibmu silvi
2024-06-26
0
Yunerty Blessa
terpaksalah Silvi menikah dengan Andika cassanova
2023-07-25
2
Qaisaa Nazarudin
Cih CEO sih CEO,,tapi kalo sang CEO nya sang Cassanova ngapain,yg ada Silvi nya makan hati,kalo kamunya langsung berubah setelah menikah gak papa,tapi kalo kamu malah tambah parah gimana..🙄🙄
2023-05-02
1