Selamat! Membaca 🤗
Alesha merebut ponsel yang berada di tangan Albara.
"Kakak sudah bilang kan jangan ganggu Ibu yang sedang beristirahat,"kata Alesha pada adiknya.
Huuu... Huuuu huuuu...
Albara menangis ,karena perlakuan Kakaknya yang marah padanya.
"Kenapa kakak jahat, aku hanya ingin menelpon Ibu, Adik Maira menangis,"kata Anak itu sambil tersedu-sedu.
Bi Rina segera memeluk Albara.
"Sudah Den, jangan menangis."
"Tapi kakak jahat Bi, aku kan hanya ingin meminta Ibu pulang."
"Kak, Alesha bukan jahat Den, Kak Alesha sayang sama Den Bara."
Meskipun Bi Rina terus membujuk dan menenangkan Albara, tapi anak itu masih terus menangis dengan air mata yang berderai membanjiri pipinya yang gembul.
Kesedihan Albara bukan karena Alesha yang memarahi nya, tapi ia lebih merasa sedih karena merindukan Ibunya.
Sama seperti Almaira, Albara pun selalu menanyakan Aliya.
Ia yang selalu di manja dan tidak pernah sehari pun di tinggal Aliya, merasa sangat kehilangan sosok wanita yang menyayanginya itu.
🌺🌿🌺🌿🌺🌿
Karena lelah menangis, Almaira dan Albara pun tertidur dengan air mata yang masih mengalir dari kedua bola mata kecilnya.
"Bi, biar aku saja yang memasak. Bibi tolong perhatikan saja ya. Jika aku melakukan kesalahan tolong tegur,"kata Alesha, yang langsung mengambil alih pekerjaan Bi Rina yang tengah memasak di Dapur.
"Jangan Non, biara Bibi saja. Inikan tugas Bibi, Non Alesha istirahat saja."
"Tidak Bi, biar aku yang melakukannya. Ibu berpesan padaku agar aku bisa mandiri dan mengerjakan semua tugas Ibu dan Bibi di Rumah ini, aku tidak ingin membuat Ibu kecewa dan sedih di sana."
Mendengar kata-kata Alesha, Bi Rina kembali diliputi kesedihan.
Entah sudah berapa puluh kali wanita paruh baya itu menumpahkan air matanya ketika mendengar tangisan Albara, Almaira dan perjuangan Alesha yang ingin mandiri dan membuat Ibunya bangga.
"Baik Non, tapi hati-hati ya. Karena di dapur ini ada beberapa benda yang berbahaya dan harus di jauhi oleh anak-anak,"kata Bi Rina dengan penuh khawatir.
"Aku bukan anak-anak lagi Bi,"sahut Alesha sambil memotong sayuran di atas talenan.
Dengan susah payah Alesha memasak untuk Adik-adiknya.
Ia masih 10 Tahun, tentu ia belum di wajibkan untuk mengerjakan tugas ini, tapi keadaan yang harus membuat Alesha menjadi dewasa lebih cepat, karena ia juga tidak tahu, sampai kapan Bi Rina terus mendampinginya.
Awwww..
Alesha menjerit, ketika tangannya teriris pisau yang ia gunakan untuk memotong sayuran.
"Non Alesha kenapa?"Bi Rina panik, karena melihat darah yang mengalir di telunjuk tangan Alesha.
Alesha sadar, ketika melihat Bi Rina yang panik karenanya, dia membodohi dirinya sendiri.
Kenapa harus berteriak dan meringis di depan Bi Rina. Iya tidak boleh seperti ini ia harus kuat dan tidak boleh cengeng apalagi lemah.
"Aku tidak apa-apa Bi,"kata Alesha yang langsung membasuh tangannya yang berada di wastafel.
"Non Alesha terluka! Tunggu sebentar Bibi ambilkan obat,"Bi Rina segera berlari menuju tempat penyimpanan obat.
Namun ketika ia kembali lagi ke Dapur Alesha sudah kembali melakukan aktivitasnya.
Iya tengah berkutat di depan kompor sambil membolak-balik sayur brokoli yang menjadi kesukaan Albara dan Almaira.
Menyadari Bi Rina yang datang Alesha langsung memasang wajah bahagia.
"Bi, coba lihat ini. Apakah ini sudah matang dan rasanya enak,"kata Alesha yang segera menarik tangan Bi Rina untuk mencicipi masakannya.
Bibi yang masih memegang kotak P3K melihat telunjuk Alesha yang sudah berbalut tisu yang diikat karet gelang.
"Kenapa Non mengikatnya seperti ini, luka ini harus segera diobatin jika tidak bisa infeksi,"kata Bi Rina yang sudah siap membuka kotak P3K ingin mengobati luka Alesha.
"Tidak usah Bi, aku tidak apa-apa. Lebih baik Bibi cicipi saja sayur buatanku ini sudah seperti masakan Bibi dan Ibu belum. Jika rasanya tidak sama Almaira pasti tidak akan mau memakannya, setelah ini aku juga ingin memasak semur Tahun kesukaan Ayah,"kata Alesha dengan penuh semangat, dan keringat yang sudah membanjiri keningnya.
Melihat semangat Alesha yang menggebu-gebu, Bi Rina pun menuruti keinginan Gadis kecil itu.
Bi Rina mengukir senyum di kedua sudut bibirnya ketika ia memasukkan seujung sendok kuah sayur brokoli di dalam mulutnya.
"Bagaimana Bi? Kenapa Bibi tersenyum begitu, apa rasanya tidak enak?"
"Ini enak, makanya Bibi tersenyum. Tapi, apa Non Alesha sudah mencicipinya?"
Alesha menggeleng.
"Belum Bi, apa aku harus mencicipinya dulu?"
"Iya Non, Jika Non Alesha ingin mendapatkan masakan yang sempurna seperti yang dimasak oleh Ibu Aliya, Non Alesha harus mencicipinya terlebih dahulu untuk memastikan rasa dari masakan yang Non Alesha buat."
"Baik,"dengan penuh semangat! Alesha meraih sendok dan mengambil seujung sayur yang masih berada di atas kompor.
"Uueek.. kenapa rasanya aneh sekali Bi? Ini manis seperti rasa kue,"bingung Alesha dengan masakannya sendiri.
"Ini karena Non Alesha memasukkan gula terlalu banyak, dan Non Alesha tidak menambahkan bumbu lain seperti garam."kata Bi Rina menjelaskan, lalu wanita paruh baya itu mengambil beberapa bumbu yang berada di atas lemari.
Ia menunjukkan beberapa jenis bumbu dan memberitahu nama-namanya, dan Alesha dengan seksama memperhatikan Bi Rina yang tengah menjelaskan padanya.
"Pantas saja rasanya aneh dan manis, karena aku menambahkan bumbu ini sebanyak 4 sendok disayur ku Bi,"kata Alesha sedih, sambil menunjuk toples kecil yang bertuliskan gula.
"Tidak apa-apa Non, jika Non Alesha sudah tahu nama-nama bumbu, Non Alesha pasti akan membuat sayur brokoli yang nikmat seperti sayur buatan Ibu Aliya."
Alesha yang tak menyerah, kembali membuka kulkas untuk mengambil stok brokoli yang masih segar.
Ia kembali memotong dan meracik bumbu sesuai arahan Bi Rina,
ia tidak ingin gagal.
Kali ini ia harus bisa memasak dan memberikan makanan yang terbaik untuk Adik-adiknya.
Bi Rina terus menemani dan membimbing Alesha, karena ia tahu apa yang dilakukan Alesha saat ini semata-mata ingin membuat Ibunya bahagia dan bangga di sana.
Setelah 2 jam, Alesha berkutat di Dapur.
Iapun berhasil memasak sayur brokoli kesukaan Adik-adiknya, bukan hanya berhasil membuat sayur brokoli. Alesha juga berhasil membuat semur tahu yang menjadi makanan favorit sang Ayahnya.
Dengan penuh semangat, Alesha menyajikan semua makanan yang ia masak di atas meja makan.
Ia menunggu Ayahnya yang pulang dari bengkel.
"Non."panggil Bi Rina, dengan suara pelan pada Alesha yang tengah memandang penuh bangga pada makanan yang tersaji di meja.
"Iya, Bi."
"Non Alesha sudah 2 Minggu tidak pergi ke Sekolah. Besok Non Alesha sekolah ya, biar Bibi yang mengantarkan."
Alesha terdiam.
Ya. Sudah 2 Minggu Alesha tidak pergi sekolah, gadis itu melupakan pendidikannya karena ia ingin fokus merawat adik-adiknya.
Bersambung.....
🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🙏
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
peri_cinta
Nemu cerita ini kok malah q mewek,ini persis banget dengan kisahku..bedanya q ditinggal ibuku udah lulus SMK dan ibuku pergi ninggalin 9 anak anaknya yg kecil masih umur 2,3tahun
2023-06-08
1
AFM
Alesha
2023-02-21
1