Selamat! Membaca 🤗
Aliya sudah yatim piatu, karena ia sudah ditinggalkan kedua Orang Tuannya ketika usianya masih 15 tahun, dan ia pun tidak memiliki sanak saudara di Kota itu.
Tapi banyak orang yang menangisi kepergian wanita baik dan lembut itu, terutama kedua Anaknya, Alesha dan Albara,
kakak beradik ini duduk bersimpuh di samping jenazah Aliya yang terbujur kaku dengan wajah yang ditutupi kain putih sedikit transparan dan dibaringkan di Ruangan depan Rumahnya.
"Ibu, bangun Bu," Albara mengguncang lengan Ibunya, dan ia beralih pada Kakaknya,"Kak kenapa Ibu tidak mau membuka matanya dan kenapa Ibu tidur di sini, dan kenapa di sini banyak orang yang menangis ketika melihat Ibu tidur?"tanya Albara pada Kakaknya Alesha yang sejak tadi memandang jasad Ibunya dengan tatapan kosong.
Albara belum begitu mengerti dengan yang namanya kematian dan saat ini ia hanya mengira jika Ibunya tengah tertidur,
namun karena banyaknya orang di Rumah mereka yang menangis Aliya, Anak berusia 7 Tahun itu pun ikut menangis sambil terus mengguncang tubuh Ibunya, agar berpindah tidur ke dalam Kamar.
"Kakak, kenapa Kakak diam saja? kenapa Ibu tidak mau bangun Kak? Ibu harus pindah tidak boleh tidur di sini, karena di sini banyak orang yang menangis,"ujarnya kembali bertanya pada Alesha dengan air mata yang mulai membendung dan menetes di pipinya.
Alesha yang masih tidak percaya jika Ibunya tidak akan pernah bangun lagi, terlihat sangat Syok dan terpukul.
Wajahnya pucat dengan tatapan kosong, ia diam tidak bicara sepatah kata pun tapi di dalam hatinya, menangis dan menjerit sekencang-kencangnya,
hatinya sakit luar biasa seperti dihantam batu besar.
Alesha satu-satunya yang diam tanpa jeritan dan tangisan di Ruangan itu. Namun bendungan air mata yang sangat nampak di kedua bola matanya sudah mampu menggambarkan jika Gadis kecil itu sangatlah terpukul.
Tapi sekuat hati Alesha tidak menangis meskipun ia merasakan sakit yang luar biasa di hatinya,
ia mengingat pesan Ibunya beberapa hari yang lalu sebelum Aliya meninggal dunia.
Entah apa yang dipikirkan Aliya, atau mungkin ia sudah mempunyai firasat, Aliya mengatakan pada Alesha, Putri sulungnya yang sudah berusia 10 Tahun.
Aliya meminta Alesha untuk tidak menangis bahkan mengeluarkan air mata jika ia tiada nanti.
"Jangan menangis, bersedih, apalagi terpuruk ketika Ibu tidak ada nanti. Tunjukkan wajah tegarmu di hadapan kedua Adikmu, jaga baik-baik adikmu, karena dengan begitu Ibu akan bahagia."
Itulah beberapa kata yang Aliya ucapkan pada Alesha beberapa hari yang lalu ketika Aliya menemani Alesha tidur.
"Ibu akan tetap bersama kami, Ibu tidak akan pernah pergi kemanapun. Kami sangat membutuhkan dan menyayangi Ibu,"itulah yang Alesha katakan pada Ibunya.
Bukan hanya itu saja,
sudah beberapa hari.
Aliya juga, mengajarkan Alesha agar menjadi Anak yang mandiri.
Aliya memanggil Alesha yang tengah bermalas-malasan di depan TV, hanya untuk memberitahu Gadis kecil itu cara menyalakan Kompor, menggunakan Mesin Cuci, memanaskan air untuk membuat susu Almaira dan memasak nasi.
Alesha selalu mengeluh.
"Untuk apa Bu, kan ada Bibi yang melakukan ini semua."
Namun, meskipun Putrinya mengeluh dan melayangkan protes, Aliya tetap meminta Alesha untuk mempelajari semua itu.
Ia seperti sedang mempersiapkan Anak-anaknya, untuk menjalani kehidupan yang akan datang setelah ia pergi.
"Alesha, Albara. Mulai dari sekarang kalian harus belajar mengerjakan PR sendiri dan menyiapkan perlengkapan Sekolah sendiri Alesha, Ibu juga akan mengajarimu bagaimana cara berangkat ke Sekolah dan tempat Les, menggunakan kendaraan umum."
"Kenapa kami harus melakukan itu semua bu! Kan ada Ibu, yang membantu kami menyiapkan perlengkapan Sekolah dan mengantar kami pergi ke sekolah dan tempat latihan?"
"Karena, Ibu tidak bisa selamanya bersama kalian Nak. Jadi kalian harus bisa menjadi Anak yang mandiri tanpa bergantung pada orang lain."
Alesha tak kuasa lagi menahan bendungan Air mata di kedua netranya,
ketika mengingat kata-kata yang diucapkan Aliya beberapa hari yang lalu. Ia menyesal karena selalu mengeluh pada Ibunya, ketika Aliya mengajiranya mandiri.
Karena tak tahan dengan sakit yang ia rasakan di hati, Alesha pun menangis sambil memeluk jasad Ibunya.
"Kakak, kenapa Kakak ikut menangis?"tanya Albara dengan polos, namun tanpa ia sadari ia pun meneteskan air mata ketika melihat Kakaknya menangis.
"Yang sabar, ya Alesha dan Nak Albara, doakan Ibu kalian agar dimudahkan perjalanannya, dan ditempatkan di Surga terbaik,"ucap seorang wanita tua yang menjadi tetangga Aliya selama ini.
🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿
Beberapa orang mengiringi perjalanan Aliya menuju tempat peristirahatan terakhirnya.
Alwin yang mengangkat keranda Istrinya tak kuasa menahan tangis dan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya.
Albara tidak ikut serta ke pemakaman Ibunya, karena ia masih terlalu kecil.
hanya Alesha yang ikut dengan Ayahnya mengantar Aliya menuju pembaringan terakhir.
Dengan wajah pilu dan penuh duka ia kembali menahan sakit dan sedih yang luar biasa di hatinya sambil memeluk foto Aliya yang tersenyum indah.
Kesedihan dan kepiluan Alesha semakin memuncak ketika.
Secara perlahan Jenazah Aliya diturunkan di liang lahat, oleh Ayahnya dan beberapa orang yang membantu.
Ia berteriak ketika kumpulan orang-orang di sana mulai menutupi liang lahat itu dengan tanah.
"Tidak! Jangan! Jangan lakukan itu, kembalikan Ibuku. Tolong kembalikan Ibuku."
"Sabar Non Alesha, ikhlaskan Ibu Non, " Bi Rina langsung memeluk Alesha yang histeris.
"Bi, tolong Ibu Bi. Tolong kembalikan Ibu padaku,"ucapnya dengan tersedu-sedu karena hatinya yang sakit dan dada yang mulai terasa sesak menahan sedih yang luar biasa.
"Sabar Non, ikhlaskan Ibu. Agar Ibu Aliya tenang di sana."
Alesha masih terus menangis di tengah-tengah iringan doa yang terus mengalir dan mengiringi prosesi pemakaman Aliya.
Aliya wanita baik dan dermawan.
Semua warga berbondong-bondong mendatangi pemakaman untuk memanjatkan doa terbaik agar ia di tempatkan di tempat yang terbaik di Surga Tuhan.
Tatapan iba mereka tunjukkan pada Alesha yang benar-benar hancur.
"Sabar ya Nak, doakan Ibumu. Beliau orang baik, pasti ditempatkan di tempat terbaik pula,"itulah beberapa penggalan kata, yang mengalir dan terdengar di telinga Alesha untuk menyemangati Gadis kecil itu.
Namun Alesha seperti tidak mendengar kata-kata yang mereka ucapkan karena ia terus saja diam sambil mengguyurkan Air mata di kedua pipinya, dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, selain tersedu.
🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿
"Bi, titip Anak-anak ya. Saya mau pergi ke Rumah Sakit untuk menjemput Almaira,"ucap Alwin pada Bi Rina yang tengah memasak.
"Baik Tuan."
Ini adalah hari ke 3, setelah Aliya berpulang.
Suasana duka masih sangat terasa di Rumah itu.
Bukan hanya suasana duka, di Rumah itu pun sudah tidak terdengar lagi keceriaan dan canda tawa dari ke 3 anak yang selalu riuh dan cerewet ketika berada di Rumah besar itu.
Karena Alesha dan Albara sudah 3 hari mengurung diri di dalam Kamar, sementara Almaira. Sudah 3 hari dirawat di Rumah Sakit karena mengalami beberapa luka pasca kecelakaan itu.
Dan hari ini Alwin menjemput Putri bungsunya karena Dokter sudah menyatakan jika Almaira sembuh dan boleh dibawa pulang.
Bersambung.....
🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Jang Nara
luar biasa bagus terus semangat ntor dan lanjutkan...
2023-02-20
0
🥑⃟Serina
yg sabar ya
2023-02-13
3
AFM
yang sabar Alesha.
2023-02-12
1