Alesha Yang Mulai Belajar Mandiri

Selamat! Membaca 🤗

"Non, Non Alesha buka pintunya Non, ini sudah siang, Non Alesha belum makan sejak pagi tadi, ayo Non makan dulu, bibi temani ya,"ujar Bi Rina sambil mengetuk pintu Kamar Alesha.

Namun seperti biasa yang sudah terjadi selama 3 hari ini.

Alesha tidak menjawab dan menghiraukan ketukan serta ajakan dari Bi Rina, ia masih meratapi kepergian Ibunya. Hingga membuatnya enggan untuk beraktivitas.

Bu Rina berpindah ke Kamar yang letaknya persis di sebelah Kamar Alesha.

CKLEEK....

"Den, Den Bara?"panggil Bi Rina. Iya tidak bisa melihat langsung Albara karena Kamar anak itu sangat gelap tidak ada penerangan sedikitpun, semua lampu di padamkan dan jendela pun ditutup rapat.

Bi Rina panik karena ia sangat tahu jika putra satu-satunya Aliya dan Alwin itu sangat takut dengan kegelapan.

"Den, Den Bara ada di mana?"sambil meraba-raba dan terus memanggil Albara Bi Rina menuju jendela kaca besar yang ada di Kamar itu.

BREEET....

Ia membuka tirai tebal yang menutupi kaca jendela, Bi Rina juga menyalakan lampu agar ruangan itu semakin terang.

"Den Bara!"panik Bi Rina yang melihat Albara tengah meringkuk di pinggir lemari pakaian dengan wajah yang ia tenggelamkan di kedua lututnya, sedangkan kedua tangannya menutupi telinga.

"Den Bara kenapa? Den Bara takut ya, sudah tidak apa-apa jangan takut Bibi sudah menyalakan lampunya,"ujar Bi Rina sambil memeluk Albara.

Albara mengangkat wajahnya dan membuka tangan yang menutupi telinganya, anak itu menatap sekeliling.

"Bi, aku takut Bi,"ujarnya.

"Jangan takut Den, Bibi ada di sini dan bibi sudah menyalakan semua lampu di sini. Kenapa Den Bara mematikan lampu dan menutup jendela?"tanya Bi Rina sambil menguraikan pelukannya.

Albara menunduk sedih, dan Bi Rina membantu anak itu bangun dan mendudukkan Albara di sisi ranjang.

Setelah Albara mulai merasa tenang karena ada Bi Rina di sampingnya ia pun mulai menceritakan alasannya yang mematikan lampu dan menutup gorden jendela padahal ia sangat takut gelap.

"Kak Alesha bilang, kalau Ibu dimasukkan ke dalam lubang besar yang ada di dalam tanah lalu ditimbun dengan tanah sampai tertutup rapat, aku kasihan pada Ibu Bi. Ibu pasti ketakutan di sana karena di dalam lubang itu sangat gelap, Ibu pasti takut. Jadi aku ingin merasakan apa yang Ibu rasakan di dalam sana, mungkin Ibu dimasukkan di dalam sana karena salahku yang selama ini nakal,"kata bocah itu dengan polos.

Bi Rina kembali memeluk Albara, ia tak kuasa menahan tangis dan sakit di hatinya, tapi sekuat mungkin dirinya menutupi kesedihannya apalagi sampai menangis di depan Albara.

"Bi, apa Ibu akan segera kembali? Kenapa Ibu dimasukkan ke dalam tanah, aku tahu aku nakal. Aku berjanji tidak akan nakal lagi asalkan Ibu kembali ke Rumah,"Albara kembali bertanya pada Bi Rina yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Tidak Den, Den Bara anak baik, Den Bara tidak nakal. Den Bara doakan Ibu terus ya agar Ibu bahagia di sana."

"Ibu akan pulang kan Bi, lalu kapan Ibu pulang?"

Bi Rina tidak bisa menjawab pertanyaan Albara, karena ia juga bingung harus menjawab apa.

Ia tidak mungkin mengatakan jika Ibu anak itu tidak akan pernah kembali lagi sampai kapanpun, ia takut kalau ia mengatakan itu membuat Albara Syok dan semakin terpukul, tidak mengetahui Ibunya meninggal saja Albara sudah nekat menghukum dirinya sendiri dengan berada di ruangan gelap. Apalagi jika Albara mengetahui kalau Aliya sudah pergi untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah kembali.

Dan dengan terpaksa Bi Rina pun hanya diam. Meskipun Albara terus saja menanyakan hal itu secara berulang-ulang padanya.

🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺

2 Minggu berlalu.

Almaira sudah terlihat sehat setelah pulang dari Rumah Sakit 3 hari yang lalu, luka-lukanya sudah mengering dan sembuh.

Tapi, anak yang masih berusia 4 tahun itu selalu menangis mencari Ibunya.

Ya.

Tentu saja Almaira belum mengetahui jika Ibunya sudah pergi untuk selama-lamanya.

Bahkan, sekalipun ia diberi tahu. Anak itu tidak akan pernah mengerti akan hal itu.

Setiap malam ia menangis memanggil Ibunya, dan ketika bangun tidur pun Almaira akan menangis mencari ibunya.

Karena di setiap hari, setiap pagi Aliya selalu menyediakan susu untuk Anak itu.

Alwin yang masih berduka atas kepergian Istrinya menjadi uring-uringan dan lebih banyak diam, bahkan ia juga tidak memperdulikan dan memperhatikan Anak-anaknya yang saat ini sangat membutuhkan dukungan dan perhatian.

Semua ia serahkan pada Bi Rina.

Ia akan pergi di pagi hari dan akan kembali di tengah malam.

Saat ia kembali ke Rumah, ia selalu mendengar suara tangisan Almaira yang mencari Ibunya, di saat itu jugalah Alwin kembali mengingat Istrinya.

Bukannya membantu Bu Rina dan Alesha yang tengah menenangkan Almaira, Alwin malah kembali pergi dari Rumah itu untuk menenangkan diri.

dDa mencari kesibukan dan ketenangan di luar agar bisa melupakan Istrinya, tapi ia tidak sadar jika apa yang ia lakukan ini justru salah. Karena ia mengabaikan Anak-anaknya yang juga sangat berduka dan terpukul setelah Ibunya pergi.

"Bi, kenapa Bibi tidak telepon Ibu saja. Ade tidak akan bisa diam jika tidak digendong oleh Ibu,"ujar Albara dengan polos yang semakin menyayat hati Bi Rina dan Alesha.

"Iya Den, Bibi akan segera menelpon Ibu."Sahutnya dengan lembut.

"Biar aku saja,"kata Albara dengan semangat.

Ia segera turun dari Ranjang, dan meraih ponsel Bi Rina yang tergeletak di meja.

Dengan polosnya anak itu menekan nomor yang bertuliskan nama. IBU Aliya dengan Foto Frofil Aliya bersama tiga Anaknya.

"Ini nomor Ibu kan Bi?"tanpa menunggu jawaban dari Bi Rina, dengan yakin dan penuh semangat Albara melakukan panggilan.

TUT......

TUT.....

TUT......

Hanya suara itulah yang tertangkap di indra pendengaran Albara.

Bukan cuma satu kali, anak itu sudah berulang kali melakukan panggil pada nomor Ibunya yang tidak akan pernah mungkin dijawab oleh Aliya.

Albara yang merasa kecewa bertanya pada Alesha.

"Kak, kenapa Ibu tidak menjawab teleponku?"

"Ibu tengah beristirahat, kau jangan mengganggunya Bara. Biarkan Ibu tenang di sana,"sahut Alesha.

Selama dua minggu ini Alesha berubah.

Ia sudah membuka diri dan mau berbicara dengan Bi Rina, meskipun di wajahnya masih terlukir kesedihan tapi Gadis itu mencoba untuk tegar dan melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Tidak hanya melakukan aktivitasnya, Alesha juga menggantikan peran Ibunya untuk merawat dan menyiapkan susu Almaira setiap pagi dan malam, ia juga membantu Albara mengerjakan PR dan mulai melakukan tugas Rumah tangga seperti yang biasa Bi Rina lakukan.

Itu semua ia lakukan agar Aliya bahagia di sana, melihat Putri sulungnya ini sudah mandiri dan bisa menjaga Adik-adiknya.

Bersambung...

🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺

Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏

Minta dukungannya ya 🤗

Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini 🙏

Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Jang Nara

Jang Nara

sabar yah alesha..

2023-02-20

0

AFM

AFM

Kasihan, Bara dan Almaira

2023-02-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!