Bab 5. Perkenalan

Cukup sulit bagi aku untuk memahami bahasa jawa, awalnya aku mendengar bahasa jawa merasa seperti bahasa china. Susah sekali mengucapkannya dan terasa sangat cepat dalam pengucapannya.

Untuk menjalin keakraban kami pun bermain dengan teman-teman baru dengan bertukar pelajaran bahasa banjar dan bahasa jawa dengan gaya goyonan.

Linda di kubu sebelah, dan 1 orang yaitu salma masuk ke kubu kami. Permainan pun berlangsung.

"Rupa mu elek" kata linda diajari teman-teman pihak jawa. Dan mereka pun tertawa dengan logat linda yang tidak cocok menyebutnya.

Lalu salma mengartikannya kepada kami, lalu salma kami ajarkan bahasa banjar dan bahasa dayak.

"ikaaam peeengeeeramput! ikam pengeramput! " ucap salma mengeja. Dan kami pun tertawa.

Kami saling melempar kalimat cemoohan untuk bercanda, tapi tidak ada yang tersinggung. Kami pun semakin akrab.

...****************...

Kegiatan kami ber 5 tadarus Al Qur'an setiap pagi sore, malam belajar tajwid, malam menghafal. Habis sholat subuh nyetor hafalan, pagi sampai siang bebas, dan sorenya mengulang hafalan yang waktu subuh. Kegiatan itu terus berulang setiap hari.

Di Pesantren ini abuya punya kantin dan disana ada wartel juga. Aku teringat untuk menelpon ibu ku. Ku masukkan koin untuk menelpon ibu ku.

Tuuuttttt....

Tuuuttttt....

Bunyi menyambungkan telpon ku.

"Iya Halo, dengan siapa? " Suara wanita terdengar ditelpon.

"Halo assalamuailakum. Ini dengan zahra anak bu hamdah. Boleh ulun bicara dengan bu hamdah bu" jawab ku.

"Waalaikum salam. Oh zahra. Iya tunggu yaa. Ibu panggilkan ibunya" hening sementara....

"halo, zahra... " suara ibu ku terdengar.

Tumpah lah air mata ku mendengar suara ibu dan aku pun bercerita panjang lebar menumpahkan rindu ku.

Tanpa ku sadari ada yang memperhatikan ku dari bilik wartel sebelah. Karena dinding wartelnya terbuat dari kaca. Sehingga bisa bebas memandang. Dia memandang ku tanpa berkelip.

Terasa ada yang memperhatikan, aku pun menengok ke sebelah kiri. Dan ternyata aku bertatap mata dengan seorang laki-laki berpeci hitam, mungkin umurnya sekitar 23-25 tahunan.

Dia memandang ku dengan masih memegang gagang telpon dan tersenyum kepada ku. Aku pun tersipu dan salah tingkah. Lalu mengalihkan pandangan ku ke arah lain dan fokus berbicara dengan ibu ku lagi.

Setelah selesai menelpon aku pun belanja alat tulis dan duduk menemani ukhti yang sedang jaga dikantin.

Saat sedang asyik bercanda dengan ukhti dikantin, laki-laki itu pun menghampiri kami.

"Aku beli polpen nya nis, berapa? " dia sambil menyapa ukhti anis yang jaga dikantin dan sambil melirik ku.

"Siapa nis? " Setengah berbisik dengan ukhti anis dan sambil melirik ku yang pura-pura tidak mendengar.

"Ooh zahra tadz, sampeyan baru datang ya jadi ga tahu ada santriwati baru. Dia dari kalimantan tadz. Program 1 tahun " kata ukhti anis.

"Zahra, ayo sini! " ucap ukhti anis.

Aku pun manut saja ketika ukhti anis memanggil ku, dan aku pun berdiri disamping laki-laki yang dia panggil ustadz. Karena memang ukhti anis berada dibalik lemari kaca.

"Kenapa ukhti? " jawab ku.

"Oh ini ustadz mau kenal kamu. Kenalin tadz...zahra." ucap ukhti anis sambil tersenyum, dan itu membuat ku sedikit malu.

"Oh iya tadz, kenalin saya nabela zahra. Dipanggil zahra saja" ucap ku dengan formal tanpa berjabat tangan, karena aku tahu bukan muhrim dan lagian dia ustadz. Pastilah faham akan semua itu.

"Iya, salam kenal juga ya. Panggil saja aku Furqan. Muhammad Furqan" ucap dia sambil tersenyum dan mengeluarkan sebuah buku.

"Ini nis buku yang mau kamu pinjam" sambil menyodorkan buku kepada ukhti anis.

"Wah makasih tadz, pinjam dulu ya." kata ukhti anis girang, itu sejenis buku pengetahuan tentang islam.

"Wah, nanti boleh pinjam ya ukhti anis" kata ku keceplosan karena memang aku suka membaca buku.

"Kamu juga suka membaca zahra? " tanya ustadz furqan.

"Lumayan tadz. " kata ku pelan sambil senyum.

Lalu berlanjutlah percakapan ringan membahas buku, hanya kami sekedar basa-basi. Setelah itu dia pergi. Aku pun pergi ke asrama bersiap untuk mengambil air wudhu. Aku pun lewat depan lemari nuri. Nuri sedang mencoret 1 tanggal di kalender nya denga spidol.

"354 hari..." Ucap dia.

"Kenapa nuri, memangnya lagi ngapain? " tanya ku kepadanya.

"Kita sudah berada disini 354 hari za, sebentar lagi kita pulang" ucap dia.

"Jangan terlalu dihitung nur, jalani aja. Kalo gitu malah semakin terasa..." saran ku kepada nya. Dia pun cengengesan memandang ku tanpa menjawab saran ku. Dan aku pun membalas nya dengan senyuman.

Setelah itu aku langsung berwudhu dan bersiap untuk ke musholla. Aku memakai sarung dan mukena. Lalu aku pun berangkat beriringan dengan teman yang lain.

Sesampainya di pintu musholla ternyata aku berpapasan dengan ustadz furqan. Dan dia pun tersenyum manis kepada ku sambil membenarkan peci hitamnya. Wajahnya basah dengan bulir air wudhu yang menetes ke baju. Lengan bajunya tergulung sampai siku.

Aku pun senyum dan menundukkan kepala ku. Ada perasaan malu bila lama menatap nya. Karena baru ini aku dekat atau berpapasan dengan laki-laki. Yang biasa nya aku terbiasa dengan para perempuan saja.

Kami pun sholat, abuya pun datang dengan istri beliau. Tapi setelah mendengar dari yang suara. Aku yakin itu bukan suara abuya yang menjadi imam seperti biasanya. Rasa penasaran ku pun bergejolak.

"Ukhti, siapa yang jadi imam? Seperti bukan suara abuya. " tanya ku kepada santriwati yang disebelah ku.

"Oh itu ustadz furqan. Dia baru datang dari kuliahnya. " ucap dia menerangkan.

"Ooo ustadz furqan" aku sambil mengingat, ia adalah orang yang dikenalkan kepada ku oleh ukhti anis. Ternyata suaranya lembut dan merdu. Sangat indah saat dia melantunkan ayat suci Al Qur'an tadi.

Setelah selesai sholat, kami pun bersiap untuk kembali ke asrama dan menyiapkan untuk tadarus dengan ustadzah di kelas.

Kami pun bergegas, pada saat berjalan pulang ternyata sudah banyak para santri duduk berkumpul bersama ustadz juga. Tepat di samping mushola di jalan menuju arah asrama santriwati. Aku pun menundukkan wajah ku. Karena aku malu.

"Anak kalimantan ayu-ayu ya bagas. " Kata salah satu santri.

" Aku suka yang lambe

abang, uassliii kayanya. Mmmm... Meronaa..." ucap salah satu santri lagi.

"Husstttt , ayo masuk kelas semuanya. " Ucap suara pria yang membuat mereka bubar.

Lalu mereka pun bersorak. "Huuuuu ustadz.... Bla bla bla. "

Mungkin yang besuara keras itu dia ustadz, fikirku kembali. Aku hanya mendengar ucapan mereka, dan setelah itu tidak mendengar lagi karena aku mempercepat langkah kaki ku. Aku merasa sangat malu.

Setelah kejadian itu, anak-anak borneo pun berkumpul.

"Kamu tadi dengar ga yang dibicarakan anak-anak santri! " ucap aya.

"Iya dengar" kata nuri.

"lambene abang itu apa artinya" tanya linda kebingungan.

" bibirnya merah. " ucap ukhti anis.

"Wuissss ternyata ada yang suka sama zahra! " ucap linda.

"Yang bibirnya merah kan kamu za! " ucap linda.

"Aahhh ga ah " kata ku malu.

Memang bibir ku sering dikira pakai lipstik, padahal memang bibir ku asli merah merona.

Akhirnya mereka pun berkesimpulan, yang digoda pada saat itu adalah aku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!