3 Cinta

3 Cinta

Bab 1. Beasiswa

(Zahra gadis yang baru beranjak ABG yang menjalani kehidupannya di pondok pesantren dari umur 12 tahun di Kalimantan.

Awalnya baik-baik saja, sampai pada saat kelulusan Sekolah Menengah Pertama. Zahra sudah tidak tahan untuk sekolah di pesantren. Dia Mengadukan kepada ibu nya untuk berhenti dan sekolah di luar pondok saja.

Bertepatan dengan tawaran kiayi kepada ibu zahra, karena prestasi zahra baik dan terlebih anak yatim. Zahra ditawari beasiswa 1 tahun untuk mempelajari Al Qur'an di Pulau Seberang yaitu Pulau Jawa).

Di kamar...

Zahra menangis diatas kasur. Dia duduk berpelukan dengan bantal. Ibu nya pun menghampiri.

"Zahra, nak... mama tahu ini berat untuk mu. Tapi mama berharap sekali kamu menerima ini dengan lapang dada" sambil mengusap bahu zahra dan memeluknya dari belakang.

Zahra hanya diam tidak menjawab, masih terisak-isak karena menangis.

"Zahra kan tahu, ini kesempatan emas buat zahra. Pertama zahra dapat tetap sekolah, kedua mama bisa membiayai sekolah adik mu" terang ibu zahra.

"Mama sudah tidak pintar dalam hal urusan mengaji. Baca Al Qur'an saja terbata-bata. Mama harap kamu lebih dari mama" terang ibu zahra lagi sambil melepas pelukannya dari tubuh anak pertamanya.

Sebenarnya berat untuk ibu zahra dalam memutuskan berpisah jauh dengan anaknya. Apalagi harus berbeda pulau.

"Mama tunggu kamu packing baju, besok pagi kita berangkat ke pesantren. Angkutan untuk kepelabuhan sudah disediakan oleh kiayi." ibu zahra beranjak berdiri.

"Ini jaket , sudah mama cuci. Buat kamu nanti disana" sambil meletakkan jaket hitam tebal.

Zahra melirik jaket hitam tebal itu. Modelnya keren, kancing baju nya dari kayu seperti gaya korea atau china.

Ia tahu ini bukan jaket baru, ini adalah jaket bekas yang di masukkan dari luar negeri dan dijual murah.

Tapi sebelum dipakai kainnya harus direbus dulu dan baru dicuci agar penyakit-penyakit tidak menempel di kain. Karena memang ini barang bekas.

Zahra sepertinya tidak mempunyai pilihan selain mengikuti alur beasiswa itu. Karena itu lah jalan satu-satunya agar tetap bisa sekolah.

Karena kiayi juga menjanjikan jika program beasiswa itu selesai dalam 1 tahun dan kembali ke pesantren dikalimantan ini. Zahra akan dapat beasiswa full sampai lulus SMA. Bahkan bisa dikuliahkan.

Itulah harapan zahra untuk memperbaiki kehidupan dia, ibu dan adiknya.

💐💐💐

Setelah puas menangis. Akhirnya zahra pun mengepak baju apa saja yang akan dibawa kesana.

Dia mencoba menguatkan dirinya untuk berpisah dan bepergian jauh karena dalam hidupnya baru kali ini benar-benar jauh di akan meninggalkan ibu dan adiknya.

Adiknya zahra datang menghampiri, Ridho nama adik zahra. Ridho sudah kelas 5 SD.

"Kak, nenek datang bersama paman". Ucap ridho memberitahu kakanya zahra.

Zahra pun berdiri dan beranjak pergi ke ruang tamu.

Lalu zahra menyentuh tangan nenek dan menciumnya serta memeluknya.

" Nek, ulun mau ke jawa. Nenek ikut mengantar zahra kan? " tanya zahra kepada neneknya.

*(Ulun \= Saya {dalam bahasa banjar}).

"Maafkan nenek ya cu, nenek tidak bisa. " nenek zahra sambil duduk di kursi tamu dengan paman zahra yaitu paman abdul adik ibunya zahra.

Zahra pun jadi cemberut. Tapi tetap memeluk neneknya.

Saling bercengkrama dengan nenek, akhirnya jam 5 sore nenek dan paman pun pulang dengan sepeda motor supra.

Karena rumah nenek cukup jauh dengan ibu. Memakan waktu 15 menit. Nenek tinggal dengan paman abdul. Paman abdul masih bujangan, belum menemukan istri yang tepat.

💐💐💐

Malam hari...

Zahra tidak tertidur karena memikirkan hari esok. dia hanya bolak balik dikamar sendirian.

Lalu dia bangun, dan memasuki kamar ibunya. Dia melihat ibunya tidur dengan adiknya.

Lalu zahra pun masuk ke dalam kelambu ibunya. Dan zahra pun memeluk ibunya.

Jam menunjukkan jam 5 subuh.

Ada ketukan pintu, setengah menggedor.

Ibu zahra pun bangun. Dan mencoba mengetahui siapa yang menggedor pintu.

Zahra pun terbangun dan beranjak dari kasur. Dia berdiri didepan pintu kamar.

"Ini aku, abdul" kata paman zahra diluar pintu rumah.

Lalu ibu zahra membuka.

" Kenapa dul? " tanya ibu zahra dengan panik, seolah sudah siap atau tahu bahwa ada kabar yang tidak baik.

"Anu ka, mama... Mama sudah tidak ada" ucap paman abdul menjelaskan ke ibu zahra.

Zahra tampak bingung dengan penjelasan dan pembicaraan orang yang lebih tua. Tapi dia tahu ini adalah kabar yang tidak baik.

Dalam setengah tidak sadar, zahra pun bertanya pada ibunya.

" Kenapa ma? " sambil mengusap mata mengantuknya.

"Kamu dirumah saja jaga ridho, mama pergi dengan paman abdul ke rumah nenek. Nenek kamu meninggal". Ucap ibu zahra panik, sambil masuk kekamar dan menyalin baju serta memakai kerudung, mengambil tas dan segalanya secara tergesa-gesa.

Zahra pun terdiam. Zahra melihat air mata ibunya sambil berlalu pergi dan naik sepeda motor dengan paman abdul.

Ibu zahra memberikan kode ke zahra agar mengunci pintu. Dan setelah itu paman dan ibu zahra menghilang didalam kegelapan dan embun subuh, pamannya zahra langsung tancap gas.

Zahra masih setengah sadar, lalu masuk dan mengunci pintu dan ke kamar. Ia membaringkan badan nya disamping adiknya ridho yang masih terlelap.

Matanya tidak dapat tertidur, dia hanya berharap ini hanya mimpi. Pasti ini mimpi yakin zahra di dalam batinnya.

Jam 7 ibu zahra datang lagi dengan paman abdul.

Disitu zahra baru menyadari nenek kesayangannya ternyata benar-benar sudah meninggal. Ternyata saat beliau bilang tidak bisa mengantar zahra, karena ini lah yang nenek zahra tunggu seolah tahu bahwa beliau sudah waktunya pergi.

"Zahra, kamu harus berangkat ke pesantren. Ibu minta maaf tidak bisa mengantar dan menemani sampai ke jawa".

" Ibu harus mengurus pemakaman nenek disini, paman abdul yang mengantar kamu ke pesantren. " terang ibu zahra.

Zahra hanya terdiam, tidak tahu harus bagaimana mengekspresikan nya. Karena hari ini adalah hari terasa paling menyakitkan kehilangan nenek disaat dia akan pergi menuntut ilmu.

Ibu zahra memeluk zahra sangat kuat. lalu memberikan secarik kertas.

" Ini simpan, ini nomor telpon rumah pak jaya tetangga depan kita. Jika kamu sampai di jawa dan ada wartel. Kamu bisa telpon mama. " pesan ibu zahra kepadanya.

*(Wartel \= Warung Telpon pada tahun 2004).

Lalu zahra pun mencium ibunya dan adiknya. Dia diantar oleh paman abdul dengan sepeda motornya. 30 menit jarak menempuh untuk pergi ke pesantren.

Diperjalanan zahra berpegangan dengan jaket paman abdul sambil menangisi akan kejadian peristiwa dihadapinya hari ini. Ia berharap ini hanya mimpi saja. Hanya dalam mimpi.

Dia juga tidak bisa menunda keberangkatannya karena tiket kapal sudah dipesan dan memang berangkat nya harus dengan 1 rombongan.

Kiayi pun mengucapkan belasungkawa kepada paman abdul.

Lalu zahra pun berpamitan dengan paman abdul. Dipeluknya paman abdul sambil menangis.

"Baik-baik disana ya zahra". Ucap paman zahra sambil meneteskan air mata.

Air mata yang mengandung banyak kesedihan.

Zahra melambaikan tangan kepada pamannya lewat jendela di dalam mobil kol angkutan umum menuju ke Pelabuhan Trisakti di Banjarmasin.

💐💐💐

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!