Dua minggu kemudian.
Hari berlalu terasa begitu cepat. Rasanya baru kemarin Naura tiba di kampung dan langsung diajak untuk menemui WO, Mua dan photographer pilihan calon mama mertuanya. Naura juga diminta untuk langsung fitting gaun pengantin, kemudian menyiapkan undangan.
Untungnya semua itu telah dilewati Naura dengan baik meski, dia merasa sangat lelah karena, energinya terkuras habis. Dan kini tibalah saatnya untuk Naura menjadi ratu sehari. Dia duduk di depan cermin rias bak boneka yang sedang didandani agar terlihat cantik dan menggemaskan.
"Mempelai pria sudah datang…" Bisik seorang tim WO pada Mua yang sedang memoles make up di wajah Naura.
"Akad dulu, kan? Baru setelah itu mempelai wanita menghampiri…"
"Iya. Tapi tetap saja, pengantin wanita juga harus sudah siap sebelum akad di ikrarkan."
"Oke, oke. Ini bentar lagi selesai."
Jantung Naura tiba tiba berdegup kencang saat mendengarkan perbincangan tim WO. Ada perasaan khawatir, cemas dan takut yang berbaur jadi satu.
Ya Allah, semoga ini menjadi pernikahan pertama dan terakhir untukku. Jadikan mas Tama sebagai suami yang baik dan satukan kami hingga jannah. Aamiin ya robb.
"Oke, selesai!"
Dia sudah selesai membuat Naura tampak cantik bak boneka barbie versi hijab. Senyum sumringah terlihat diwajahnya saat merasa berhasil membuat pengantinnya menjadi cantik.
"Kak, boleh ngga aku nelpon teman sebentar saja!"
"Boleh, dek. Tapi, sebentar saja ya soalnya kita disuruh segera kedepan. Akadnya sudah mau dimulai."
"Iya kak. Bentar, kok."
Naura langsung menelpon Zahra. Dia mengabarkan bahwa hari ini akan menikah. Dan ternyata Zahra juga akan menikah dua hari lagi. Undangan untuk Naura bahkan sudah dalam perjalanan menuju alamatnya.
"Dek Naura, kita harus kedepan sekarang."
Naura menoleh kearah sumber suara, lalu ia mengakhiri pembicaraannya dengan Zahra. Kemudian dia melangkah menuju tenda tempat resepsi diadakan. Dia di gandeng oleh dua orang gadis yang ditunjuk sebagai bridesmaid oleh mama mertuanya.
Sementara saat ini Tama duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Rudi calon ayah mertuanya. Tama tampak keren dengan balutan kemeja putih pengantin pilihan mamanya.
Acara dimulai, pak penghulu mengarahkan agar Rudi dan Tama saling berjabat tangan. Lalu, pak penghulu meminta Rudi untuk langsung menikahkan Naura dengan Tama.
"Adi Tama, engkau saya nikahkan dengan putri saya yang bernama Hanna Naura…"
Begitu Rudi menyelesaikan ucapannya, Tama langsung menjawab akad dengan satu tarikan napas dan langsung di sah kan oleh para saksi.
Mata Naura berkaca kaca saat dia tiba di tenda pelaminan yang sangat megah dan tampak mewah itu. Air matanya bahkan sampai menetes saat mendengar akad diucapkan oleh Tama yang kini sudah berstatus sebagai suaminya.
Anugerahkan rasa cinta dan kasih sayang dalam hatiku untuk suamiku ya Allah. Gumamnya berdoa dalam hati.
Naura kini sudah duduk disamping Tama. MC meminta mereka untuk saling duduk berhadapan, lalu Tama mengulurkan tangan pada Naura. Naura menyambut uluran tangan Tama, kemudian langsung mencium punggung tangan lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya.
Kemudian, MC meminta Tama untuk mencium kening Naura. Tama mengikuti arahan MC, dia tampak senang dan lebih rileks dari pada Naura.
Selanjutnya, mereka menandatangani buku nikah dan beberapa file untuk menjadi berkas yang akan di bawa oleh pihak KUA. Tama dan Naura bahkan diminta untuk berfoto sambil memperlihatkan buku nikah mereka. Dalam foto itu Naura dan Tama tampak sangat bahagia.
Setelah itu, kedua mempelai melangkah naik kepelaminan diiringi oleh bridesmaid dan groomsmen.
Rangkaian acara pesta pernikahan berjalan dengan lancar. Tamu berdatangan tanpa henti untuk ikut memeriahkan hari bahagia Tama dan Naura. Setidaknya begitulah yang mereka pikirkan.
Bak boneka, Naura dan Tama selalu mengikuti perintah dari pemilik mereka. Saat diminta untuk tersenyum, mereka pun tersenyum. Saat diminta untuk bergandengan tangan, merekapun bergandengan tangan.
Aku sudah kehabisan energi, hari ini sangat melelahkan. Aku rasa aku akan segera pingsan.
Dia selalu tersenyum menyambut tamu yang berdatangan memberi ucapan selamat dan berfoto bersama.
"Selamat, bro. Jaga Naura dengan baik."
Seorang lelaki seumuran Tama datang kepernikahan mereka untuk mengucapkan selamat atas pernikahan itu.
"Terimakasih Rian. Loe juga semoga cepat nyusul."
Balas Tama menggoda lelaki yang bernama Rian itu. Rian tersenyum saja menanggapi candaan Tama barusan. Kemudian dia beralih menuju Naura. Dia tersenyum menatap wajah cantik Naura yang juga tersenyum padanya.
"Naura, selamat ya!"
Dia mengatakan itu dengan mata berkaca kaca.
"Terimakasih sudah hadir, Rian."
Rian sangat ingin bersalaman dengan Naura, tapi setahunya Naura tidak pernah bersalaman dengan yang bukan mahramnya.
"Semoga selalu bahagia, Naura."
Naura mengangguk sambil tersenyum. Dia tahu, Rian menyukainya sejak lama, dan bagi Naura Rian juga cinta pertamanya saat masih masa masa kecil dulu.
Rian akhirnya melangkah turun dari pelaminan dengan perasan kecewa. Dia tidak menyangka akan kehilangan Naura secepat itu, bahkan sebelum dia sempat mengutarakan perasaannya yang telah lama dia pendam.
Mata Naura mengikuti langkah kepergian Rian. Dia sebenarnya masih ingin mengobrol dengan Rian. Tapi, kini sudah terlambat. Dia sudah berstatus istri seseorang. Itu artinya dia harus menjaga dirinya, pandangannya dan hatinya hanya untuk suaminya.
Setelah Rian pergi, kini datanglah seorang cewek cantik, seusia Naura. Dia adalah Dian, mantan pacar Tama saat masih SMA dulu.
"Kak Tama, selamat ya atas pernikahan kakak."
"Terimakasih Dian."
Tama menarik tangan Dian, kemudian dia melakukan cium pipi kanan dan kiri dengan Dian dihadapan Naura yang baru beberapa jam lalu menjadi istrinya.
Mata Naura melotot tidak percaya dengan perbuatan Tama, tapi segera dia kondisikan. Dasar playboy. Oh tuhan, mampukah aku mencintai mas Tama?
Naura hanya mampu bicara dengan pikirannya. Sementara bibirnya terus tersenyum seakan tidak terjadi apa apa. Dan setelah cipika cipiki, Dian melangkah menuju Naura. Dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Naura.
"Selamat ya Naura. Jaga kak Tama, dia lelaki yang sangat baik."
"Terimakasih sudah datang, Dian."
Naura memeluk Dian, lalu memberikan tepukan dipunggung Dian, seakan Naura berusaha membuat Dian untuk merasa lebih tenang.
"Semoga kalian bahagia selamanya, Naura. Aku akan mencoba melupakan kak Tama."
Segera saja Naura melepaskan pelukan itu, kemudian dia kembali tersenyum pada Dian.
Kenapa Naura malah tersenyum sih. Aku kira dia akan cemburu padaku. Oh, jadi benar kata kak Tama, kalian menikah hanya karena terpaksa.
"Bagaimana kalau kita foto bersama?" Ajak Tama pada Dian.
"Boleh kak."
Dia langsung berdiri diantara Naura dan Tama. Dian bahkan menggandeng tangan Tama dan dia sedikit memberi jarak dengan Naura.
"Satu, dua, tiga…"
Kang Foto sudah memotret. Hasil jepretannya sangat jelas memperlihatkan suasana hati kedua mempelai.
Dalam foto itu, Tama menatap Dian dengan tatapan dalam. Sedangkan Naura, menatap ke kamera sambil tersenyum. Tapi senyum Naura tampak menyatakan kesedihannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments