Bab 5 Malam pertama

Naura sudah lebih dulu kembali ke kamarnya. Dia bahkan sudah berganti pakaian dan sudah selesai sholat isa. Sedangkan Tama masih mengobrol dengan teman temannya di bawah tenda pelaminan yang masih belum di bongkar.

"Asik… yang mau malam pertama."

Mereka menggoda Tama yang tampak bersemu merah.

"Nggak nyangka gue, bro. Loe akhirnya memilih Naura untuk menjadi istri."

"Gue juga nggak nyangka akan memilih Naura menjadi satu satunya pemilik hati gue."

Mereka terus mengobrol, bercanda dan tertawa hingga hampir pukul sebelas malam.

Sedangkan Yani dan Rudi sudah beristirahat di kamar mereka. Mereka kelelahan setelah seharian mengikuti rangkaian pesta pernikahan putri sulung mereka. Begitu juga dengan Maysaroh dan Tania putri bungsunya, mereka sudah pulang duluan dan kini sudah terlelap di kamar mereka masing masing.

Dan Naura sendiri, juga sudah berbaring di tempat tidurnya. Kamarnya terlihat indah dengan hiasan bunga bunga dan juga sprei putih yang disiapkan oleh mama mertuanya.

"Aku sangat lelah, tapi kenapa mataku enggan dipejamkan…" Gumamnya.

"Mengapa mas Tama belum juga datang…"

Matanya menatap kearah pintu kamar yang tidak juga kunjung dibuka oleh suaminya.

"Mmmhhh…"

Dia menghela napas, dengan malas dia turun dari ranjangnya. Kakinya melangkah menuju meja rias. Dia berdiri tepat di depan cermin yang memperlihatkan tampilannya saat ini.

Gamis abu abu berenda bunga bunga pink dipadukannya dengan hijab segi empat jumbo berwarna pink membuatnya tampak begitu anggun. Ia merasa sudah memakai pakaian yang tepat untuk menyambut suaminya di malam pertama mereka.

Cekleekk…

Suara ganggang pintu, Naura langsung menoleh. Dan dia melihat Tama berdiri di depan pintu kamarnya.

"Mas…"

Naura menyapa dengan ragu suaminya itu dan Tama hanya tersenyum. Dia kembali menutup pintu dan menguncinya.

"Aku mau mandi dulu."

Dia tampak mencari sesuatu didalam koper besar yang berisi pakaiannya.

"Mas cari apa?"

"Handuk lah, kan aku mau mandi."

Naura langsung membantu mencari handuk di dalam koper milik Tama. "Ini, mas handuknya."

Dia menemukan handuk milik Tama dan memberikan padanya. Tama mengambil handuk itu, kemudian dia menatap Naura dari ujung kaki hingga kepala.

"Sangat aneh." Ujar Tama yang mulai melangkah menuju kamar mandi.

Mendengar yang barusan diucapkan Tama, membuat Naura bingung. Dia pun kembali melihat dirinya di cermin.

Apa aku terlihat aneh memakai gamis ini? Gumamnya.

Tapi, ini satu satunya gamis yang belum pernah aku pakai setelah aku beli dua bulan lalu. Naura meneruskan dialognya dalam pikiran. Dia masih tidak mengerti mengapa suaminya mengatai nya aneh. Dan saat Naura masih terus berdialog dalam pikirannya, Tama keluar dari kamar mandi dengan hanya nemakai handuk. Dia membiarkan tubuh bagian atasnya terlihat.

Mata Naura tidak nyaman dengan penampakan itu. Dia menundukkan pandangannya sangat dalam. Dan saat ini dia duduk dipinggir ranjang dengan menjuntaikan kakinya.

Tama melangkah semakin mendekat pada Naura hingga tidak ada jarak diantara mereka. Tama berdiri tepat dihadapan Naura sangat dekat. Bahkan jika Naura mendongak, wajah Naura akan bersentuhan dengan perut kotak kotak Tama.

"Buka bajumu sekarang!"

Bisikan itu membuat Naura merinding. Wajahnya merona dan telapak tangannya terasa mulai basah oleh keringat dingin.

"Aku tahu kamu malu. Aku akan mematikan lampu, jadi cepat laksanakan perintahku."

Dia melangkah mendekati stop kontak lampu dan menekannya sehingga lampu di kamar itu benar benar mati. Kamar itu mendadak menjadi gelap.

"Aku…" Naura ingin bicara, tapi diurungkannya.

Dia sebenarnya belum ingin melakukan hubungan suami istri sebelum benar benar yakin tentang hatinya dan juga hati suaminya. Tapi apa daya, saat Tama yang langsung menghampirinya dan me nin dih nya.

Dalam hitungan detik, Naura merasa sesuatu yang aneh menjalar keseluruh tubuhnya. Dia merasa ketakutan dan juga kedinginan. Kemudian, setelah satu menit berlalu, Naura merasakan sakit yang teramat sangat hingga membuatnya ingin berteriak menjerit. Sayangnya mulutnya di bungkam oleh tama menggunakan telapak tangannya.

Tama terlena dengan ke indahan yang baru pertama dia rasakan tanpa memperdulikan Naura yang kesakitan sampai meneteskan air mata.

Aku ingin malam ini cepat berakhir. Batin Naura diiringi tetesan air matanya.

Waktu terus berputar. Malam pun kini telah berganti siang. Naura tidak benar benar bisa mengingat apa yang terjadi selain rasa sakit. Hingga samar samar Naura mendengar suara orang orang diluar rumah yang sedang membongkar tenda.

Perlahan dia membuka matanya dan mendapati seseorang berbaring diranjang yang sama dengannya.

Ya ampun, aku lupa! Aku sudah menikah.

Naura pun langsung bangkit dari posisi baringnya. "Aarstthh…" Suara rintihannya.

Dia merasakan sakit yang sangat aneh menurutnya. Dia segera melangkah menuju kamar mandi. Betapa terkejutnya dia karena ada darah di tempat yang dia rasakan sakit itu.

"Aku sudah menjadi seorang istri seutuhnya." Ucap Naura sambil menatap wajah pucatnya di cermin yang ada di kamar mandi.

Naura langsung mandi dan berganti pakaian tepat sebelum Tama bangun. Dia merasa sangat malu, takut dan kesal bersamaan pada suaminya itu.

Setelah siap berganti pakaian, barulah Naura membangunkan Tama.

"Mas, bangun…"

Naura menyentuh pundak Tama berkali kali.

"Bangun, mas. Sudah pagi!"

Tama pun akhirnya bangun. Ia membuka matanya dan mendapati Naura sudah tampak segar dan berganti pakaian.

"Apakah kamu sudah mandi?" Tanya Tama dengan suara serak khas bangun tidur.

"Sudah mas."

"Ya sudah kalau begitu pergilah ke dapur. Buatkan sarapan untukku."

Sebelum Naura menjawab, dia sudah menghilang masuk ke kamar mandi.

"Sarapan?"

Baiklah, akan aku buatkan sarapan untukmu suamiku. Gumamnya.

"Aku akan belajar dan berusaha menjadi istri yang baik untuk suamiku meski aku belum mencintainya."

Dia segera melangkah menuju dapur. Dan di dapur sudah ada bundanya yang sibuk menata makanan di meja.

"Bunda!"

Yani menoleh dan tersenyum kearah putrinya.

"Kamu sudah bangun saja..." Ujarnya.

"Iya bunda. Maaf aku bangunnya kesiangan."

Naura langsung membantu bundanya menaruh piring dan gelas dimeja makan.

"Pengantin baru biasanya bangunnya memang kesiangan." Ucap Yani sambil tersenyum senyum.

"Iih bunda apaan sih, kok malah senyum senyum gitu."

Wajah Naura langsung bersemu. Ia merasa malu terlebih saat bundanya malah tersenyum menggodanya.

"Suamimu sudah bangun?" Lanjut Yani bertanya.

"Sudah, ma. Mas Tama sedang mandi sekarang."

Jawaban Naura barusan membuat Yani kembali tersenyum menggoda putri sulungnya itu.

"Bunda kenapa sih menatapku sambil senyum senyum seperti itu." Protes Naura yang merasa heran.

"Bunda hanya merasa ikut bahagia, karena akhirnya kamu menikahi lelaki yang mencintaimu." Tuturnya merasa bersyukur.

"Entahlah, bunda…" Jawab Naura tanpak lesu.

"Aku sendiri tidak tahu, apakah mas Tama mencintaiku atau hanya berpura pura mencintaiku." Batin Naura.

Episodes
1 Bab 1 Rencana perjodohan
2 Bab 2 Naura yang malang
3 Bab 3 Rencana pernikahan
4 Bab 4 Pernikahan
5 Bab 5 Malam pertama
6 Bab 6 Naura dan pikirannya.
7 Bab 7 Mulai suka
8 Bab 8 Menyusul ke Kota
9 Bab 9 Pengantin baru
10 Bab 10 Berbeda
11 Bab 11 Naura demam
12 Bab 12 Hanya demam biasa.
13 Bab 13 Senyum palsu
14 Bab 14 Wisuda
15 Bab 15 Berpisah
16 Bab 16 Pergi main atau kencan?
17 Bab 17 Usaha yang percuma
18 Bab 18 Lima puluh ribu per hari
19 Bab 19 Bisnis bersama bang Udin
20 Bab 20 Salah tempat mengadu
21 Bab 21 Harga diri
22 Bab 22 Hari pertama kerja
23 Bab 23 Hanya berpura-pura
24 Bab 24 Status facebook
25 Bab 25 Berlawanan
26 Bab 26 Minta penjelasan
27 Bab 27 Tersimpan dalam ingatan
28 Bab 28 Membolak-balikkan fakta
29 Bab 29 Bicara satu sama lain
30 Bab 30 Mengingkari Janji
31 Bab 31 Menyerahlah Naura...
32 Bab 32 Talak
33 Bab 33 Gosip
34 Bab 34 Hijrah ke kota
35 Bab 35 Melamar kerja
36 Bab 36 Pendekatan
37 Bab 37 Naura di lamar
38 Bab 38 Dani menghilang?!
39 Bab 39 Naura kecelakaan
40 Bab 40 Nak Lutfi
41 Bab 41 Berpisah dengan Lutfi
42 Bab 42 Naura sembuh
43 Bab 43 Berangkat ke Surabaya
44 Bab 44 Usaha Lutfi
45 Bab 45 Takdir cinta Naura
46 Bab 46 Berdamai dengan takdir
47 Bab 47 Mas Irul
48 Bab 48 Pelanggan aneh
49 Bab 49 Tiba tiba melamar
50 Bab 50 Lamaran dan nikahan
51 Bab 51 Ciuman pertama
52 Bab 52 Tidak bisa sholat
53 Bab 53 Terharu
54 Bab 54 Emak emak gosip
55 Bab 55 Penyesalan
56 Episode 56 Bersyukur (end)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Rencana perjodohan
2
Bab 2 Naura yang malang
3
Bab 3 Rencana pernikahan
4
Bab 4 Pernikahan
5
Bab 5 Malam pertama
6
Bab 6 Naura dan pikirannya.
7
Bab 7 Mulai suka
8
Bab 8 Menyusul ke Kota
9
Bab 9 Pengantin baru
10
Bab 10 Berbeda
11
Bab 11 Naura demam
12
Bab 12 Hanya demam biasa.
13
Bab 13 Senyum palsu
14
Bab 14 Wisuda
15
Bab 15 Berpisah
16
Bab 16 Pergi main atau kencan?
17
Bab 17 Usaha yang percuma
18
Bab 18 Lima puluh ribu per hari
19
Bab 19 Bisnis bersama bang Udin
20
Bab 20 Salah tempat mengadu
21
Bab 21 Harga diri
22
Bab 22 Hari pertama kerja
23
Bab 23 Hanya berpura-pura
24
Bab 24 Status facebook
25
Bab 25 Berlawanan
26
Bab 26 Minta penjelasan
27
Bab 27 Tersimpan dalam ingatan
28
Bab 28 Membolak-balikkan fakta
29
Bab 29 Bicara satu sama lain
30
Bab 30 Mengingkari Janji
31
Bab 31 Menyerahlah Naura...
32
Bab 32 Talak
33
Bab 33 Gosip
34
Bab 34 Hijrah ke kota
35
Bab 35 Melamar kerja
36
Bab 36 Pendekatan
37
Bab 37 Naura di lamar
38
Bab 38 Dani menghilang?!
39
Bab 39 Naura kecelakaan
40
Bab 40 Nak Lutfi
41
Bab 41 Berpisah dengan Lutfi
42
Bab 42 Naura sembuh
43
Bab 43 Berangkat ke Surabaya
44
Bab 44 Usaha Lutfi
45
Bab 45 Takdir cinta Naura
46
Bab 46 Berdamai dengan takdir
47
Bab 47 Mas Irul
48
Bab 48 Pelanggan aneh
49
Bab 49 Tiba tiba melamar
50
Bab 50 Lamaran dan nikahan
51
Bab 51 Ciuman pertama
52
Bab 52 Tidak bisa sholat
53
Bab 53 Terharu
54
Bab 54 Emak emak gosip
55
Bab 55 Penyesalan
56
Episode 56 Bersyukur (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!