Chapter 3

"Aku pergi dulu Lilian!!!" Dengan tergesa gesa Delphy berlari keluar kamar meninggalkan Lilian yang hanya menghela nafas melihat tuannya yang lagi lagi telat bangun bahkan hampir mengabaikan sarapannya jika saja Lilian tidak memarahinya. Para pelayan yang melihat Delphy berlari di lorong Istana pun sudah tidak heran lagi. Pasti bangun telat lagi. Pikir mereka.

Sesekali Delphy menyapa penjaga Istana yang hampir ditabraknya. Tak lupa juga meminta maaf pada pelayan Istana saat mengganggu pekerjaan mereka. Kebiasaan kebiasaan itu membuat para pekerja tidak pernah merasa kesal padanya. Selain karena mengetahui latar belakangnya juga karena Delphy yang selalu ramah pada para pekerja.

Pintu ruang kerjanya ia buka hingga menimbulkan bunyi benturan yang keras. "Maaf saya terlambat Komandan."

Disana seorang pria yang terlihat sebaya dengan Raja Whittaker berdiri di depan meja kerjanya. Pria yang dikenal dengan panggilan Komandan Claude "Kali ini hukuman apa yang harus saya berikan, Kapten Delphy?"

Delphy menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal kemudian berjalan ke meja kerjanya "Tidak ada. Anda tidak harus memberikan saya hukuman, karena hari ini akan sangat sibuk." Ia mengambil beberapa tumpukan kertas pada laci meja, terlihat seperti dokumen penting.

Setelah memeriksa dokumen yang ia ambil benar, Delphy menyerahkannya kepada Claude, "Perang sudah berakhir tiga minggu lalu, tapi bantuan untuk korban perang belum sepenuhnya tersalurkan."

"Beberapa orang yang ditugaskan bekerja terlalu lambat, tidak ada pilihan lain selain menyelesaikannya sendiri."

"Bahkan Ratu sudah memaksakan pesta." Delphy menghela nafas berat. "Aku akan pergi menemui mereka sendiri."

Komandan Claude tidak lagi melihat dokumen dokumen itu, perhatiannya kini kepada gadis yang ada di depannya. "Maksudmu? Kamu akan menemui keluarga korban sendiri?"

Delphy mengangguk tanpa ragu, "Tentu saja. Mereka keluarga korban prajuritku." Tatapannya kini menjadi serius, "Terutama mereka yang berada di reguku. Karena kapten mereka yang tidak becus ini, mereka harus menjadi korban."

"Komandan, setidaknya aku harus mengucapkan terimakasih sekaligus maafku secara langsung kepada mereka."

Claude terdiam beberapa saat. Mencoba memahami isi pikiran Delphy. Seorang keluarga kerajaan yang rela menemui rakyatnya secara langsung. "Aku masih tidak mengerti kenapa kamu mau melakukan ini."

"Hahahaha, tak usah terlalu dipikirkan Komandan, aku tidak ingin kerutan diwajahmu bertambah karenaku."

"Baiklah baiklah, aku akan mengirim dua prajurit untuk pergi bersamamu. Sejak dulu kamu tidak pernah berubah, selalu bertingkah semaunya tapi aku juga tidak bisa melarangmu. Karena....semua  yang kamu lakukan benar."

"Kalau begitu aku menemui ayah dulu, sepertinya saat ini ia sedang di meja kerjanya sambil mengumpatiku yang tidak kunjung menemuinya."

"Hei! Seharusnya sejak awal kamu menemuinya dulu dasar anak nakal!" Claude geram dengan tingkah Delphy. Raja harusnya lebih diutamakan dibanding dirinya.

"Hahahaha!! Kalau begitu aku pergi dulu."

Claude tersenyum melihat Delphy berjalan keluar ruangan. Rasanya bangga bisa ikut serta menyaksikan bagaimana Delphy tumbuh dewasa.

***

Delphy berdiri tanpa menatap mata ayahnya yang masih sibuk menceramahinya. Namun, setelah tau setiap nasihatnya tidak akan berguna, Raja Whittaker menghela nafas.

"Sepertinya ayah terlalu sering bersama dengan Komandan Claude. Kebiasaan ceramah kalian sama." Ucap Delphy sambil melihat keluar jendela. Sepertinya pemandangan di luar jendela lebih menarik daripada ayahnya saat ini.

Raja Whittaker memijit pelipisnya. "Baiklah, langsung saja ke intinya." Diberikannya Delphy secarik kertas yang berisikan sebuah surat. "Dua hari lagi kerajaan Ash-Shaif akan kemari, siapkan prajurit untuk mengawal mereka. Ini akan menjadi pertemuan penting, ayah harap kamu bisa memberikan yang terbaik untuk tugas ini."

Tidak ada jawaban dari Delphy, pikirannya masih mencoba mencerna setiap kalimat yang tertera pada surat. "Delphy." Panggilan dari Raja menyadarkannya kembali.

"Ayah yakin dengan ini?"

Bukannya menjawab, Raja malah balik bertanya, "Ada apa denganmu? Tidak biasanya meragukan tugas yang ayah berikan."

Delphy menggeleng singkat, "Tidak apa apa, aku akan mempersiapkan prajurit terbaik yang aku punya." Setelahnya Delphy pamit.

Tujuannya saat ini keluarga korban perang. Ia tidak ingin memikirkan apapun selain itu. Meski begitu, selama ia menyiapkan keperluan pribadinya ia masih saja tidak bisa fokus. Bahkan seorang prajurit yang membantunya berkali kali harus menegurnya.

"Siapkan saja kudaku di gerbang, aku akan menyusul saat siap." Perintah Delphy langsung dilaksanakan tanpa ada jawaban apapun selain baik kapten.

Delphy sibuk memilih pedangnya yang tersusun di dekat pintu. Ada lima pedang yang ia miliki untuk sehari harinya dan sepertinya ia sudah merasa bosan dengan model kelima pedang itu. Seharusnya ia membuat pedang baru dengan model yang lebih menarik atau sepertinya ia harus mencari pedang legenda Excalibur. Tapi tentu saja itu hal yang tidak mungkin. Pedang Excalibur hanya dongeng belaka dikalangan para ksatria.

Akhirnya ia mengambil pedang berwarna biru gelap dengan ukiran naga berwarna putih di sarungnya dan ukiran namanya pada gagang pedang. Pedang pertama yang ia minta sendiri modelnya tapi juga termasuk pedang terbaik yang ia miliki.

Setelah mengambil jubah dengan penutup kepala, Delphy berjalan menuju gerbang istana. Cuaca hari ini panas dan ia benci panas. Saat cuaca panas ia lebih suka berteduh di gazebo taman. Bahkan ia lebih sering bolos latihan. Sering kali ia salah tingkah karena merasa gerah.

Tak jarang ia jatuh sakit saat musim panas. Lilian bahkan menyiapkan air minum yang cukup banyak untuk dirinya.

Delphy menaiki kuda putihnya yang sudah menunggunya sejak tadi di gerbang. Kudanya ia pacu menuju rumah rumah yang tersusun rapih. Delphy turun dari kudanya saat tiba di pemukiman warga. Ia tidak ingin mengganggu dengan suara langkah kaki kuda. Kuda itu ia ikat di bawah pohon yang cukup rindang.

"Oh iya, aku belum mengetahui nama kalian." Delphy ingin sedikit ber basa basi dengan prajurit yang akan menemaninya.

"Saya Luwis, prajurit yang baru saja lulus di akhir perang." Prajurit dengan kacamata yang bertengger di hidungnya menjawab.

"Saya Terezla, prajurit baru di pasukan Komandan Claude." Kini prajurit dengan rambut yang tidak tertata rapih menyahut.

"Kalau begitu, perkenalkan, Saya Delphy Frostine Kapten regu khusus."

"Tanpa anda perlu memperekenalkan diri, semua orang sudah tau eksistensi anda di kerajaan ini Kapten." Luwis mengambil tas besar berisi bahan bahan makanan dari kereta kudanya.

Mereka berjalan menyusuri perumahan. Tak sedikit orang yang menatap mereka. Menatap Delphy lebih tepatnya. Setibanya di rumah pertama, Luwis dan Terezla menunggu di luar. Delphy masuk kedalam setelah seorang wanita mengizinkannya masuk.

"Saya Delphy. Kapten yang bertanggung jawab pada regu khusus. Regu dimana Weaver berada." Delphy memberikan sekantung bahan makanan dan beberapa koin emas kepada seorang wanita dihadapannya. Mereka kemudian duduk di kursi. "Disini, saya ingin berterimakasih secara langsung kepada kalian yang memberikan izin Weaver untuk menjadi prajurit. Sekaligus-"Belum sempat Delphy melanjutkan kalimatnya, Wanita itu berbicara.

"Saya yang seharusnya berterima kasih kepada anda Tuan Delphy." Wanita itu memegang kedua tangan Delphy dengan erat. "Walau menjadi prajurit membuatnya tewas di medan perang, tapi adik saya itu selalu bahagia saat bisa masuk dalam regu khusus."

Delphy terdiam mendengarkan setiap kata yang terlontar dari lawan bicaranya. "Setiap mendapatkan libur latihan atau tugas ia akan bercerita bagaimana hari harinya. Katanya, kapten regunya melatihnya dengan baik. Katanya, kapten regunya terlalu baik untuk melatih. Katanya, kapten regunya walau sering terlambat, membuat kekacauan, membuat komandan marah tapi ia selalu mengarahkan kami dengan baik. Setiap ia pulang hanya kapten regunya yang menjadi topik pembicaraan."

Ingatan Delphy melayang pada tiga tahun lalu, saat pertama kali ia menjadi kapten regu khusus. Dimana ia memilih sendiri setiap anggotanya. Bagaimana ia merasa takjub pada kemampuan Weaver saat itu. Laki laki yang sebaya dengan pangeran Blaze itu selalu marah padanya jika ia telat latihan.

"Saat tau regu khusus melakukan perekrutan ia berlatih dengan keras bahkan saat hari liburnya. Tak jarang juga hal itu membuatnya lupa beristirahat. Adik saya itu hanya ingin membuktikan jika rakyat jelata seperti kami bisa mengangkat derajat keluarganya. Ia ingin menjadi komandan pasukan. Walau keinginannya tidak terwujud tapi saya rasa ia sudah bahagia. Sejak kehilangan orang tua kami, ia tidak pernah sebahagia itu sebelumnya."

"Ia pamit ke medan perang dengan sepenuh hati. Namun bukan berkata aku pamit pergi ke medan perang kak, aku akan berjuang demi kerajaan ini ia malah berkata, aku pamit ke medan perang, aku akan berjuang membantu kaptenku meraih kemenangan."

Sebisa mungkin Delphy menahan tangisnya. Ia raih segelas air yang disuguhkan kemudian meminumnya dengan perlahan untuk menenangkan dirinya. "Weaver salah satu anggota terbaik di reguku. Pengorbanannya sangat pantas dihargai."

Wanita itu kemudian memberikan secarik kertas, "Dalam surat yang ia berikan kepadaku terdapat surat ini untuk anda."

Delphy mengambil surat itu kemudian pamit. "Masih banyak rumah yang harus saya kunjungi, jika tidak keberatan saya akan mampir lain waktu."

"Datanglah kapanpun anda mau."

"Ayo, kita ke rumah berikutnya." Ajak Delphy kepada Luwis dan Terezla.

Setiap rumah yang ia kunjungi terdapat cerita yang berbeda. Beberapa mengikhlaskan kepergian anggota keluarga mereka. Beberapa belum bisa mengikhlaskan dan menyalahkannya. Delphy tidak mempermasalahkan hal itu. Ia tau resikonya, ia tau apa yang harus ia hadapi, dan ia tau persis tanggung jawabnya.

Hari sudah malam saat mereka selesai. Delphy menyuruh kedua prajuritnya kembali ke istana lebih dulu. Sedangkan ia memasuki sebuah kedai teh. Ditemani secangkir teh chamomile dan sepotong kue dengan hiasan stroberi diatasnya. Ia tidak ingin mabuk malam ini atau kepalanya akan sakit saat bangun besok pagi. Ia membaca surat dari Weaver.

Untuk Kapten Delphy

Selamat atas kemenangannya!!!

Aku tau itu akan terjadi karena aku selalu berada di sampingmu. Tapi aku minta maaf tidak bisa menemani perjalananmu selanjutnya. Kamu adalah kapten terbaik. Omong omong karena kapten selalu mengizinkan berbicara santai, menulis surat ini terasa nyaman.

Ini pertama kalinya aku menulis surat untuk orang lain selain keluargaku. Tapi kapten selalu bilang kita adalah keluarga. Terimakasih sudah mau menjadi keluargaku. Hari hariku terasa menyenangkan bersama mu.

Awalnya aku merasa aneh saat tertarik padamu, tapi akhirnya aku sadar. Kaptenku bukan seorang laki laki tegas melainkan hanya seorang gadis yang berusaha tegar. Karena itu, aku ingin selalu bersamamu. Karena kamu orang yang hebat Kapten, aku ingin menjadi sepertimu.

Maaf aku tau rahasia terbesarmu, aku menyadarinya dari setiap tingkahmu karena aku mempunyai kakak perempuan yang sifatnya mirip denganmu. Aku juga pernah tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Pangeran Blaze. Sepertinya kapten dekat sekali dengannya.

Jika aku selamat dari medan perang mungkin aku akan nekat melamarmu hahahaha. Walau aku tau itu hal yang tidak mungkin. Kamu seorang kapten dan aku bawahanmu. Cinta terhalang kasta sepertinya hahahaha. Walau aku penasaran apa yang membuatmu harus menyamar sebagai laki laki.

Terimakasih sudah membuat hariku lebih berwarna dengan senyummu, dengan tawamu, dengan suaramu yang selalu kamu buat seberat mungkin. Jangan lupa untuk makan tepat waktu, jangan bangun kesiangan, berhentilah membuat Komandan Claude marah. Meski beberapa prajurit tidak menyukaimu, tapi percayalah anggota regumu sangat setia padamu.

Kurasa sudah cukup surat dariku. Jika aku mengutarakan semua isi hatiku mungkin seluruh kertas di dunia ini tidak akan cukup. Tapi surat ini sudah mewakilkan seluruh isi hatiku.

Tolong jangan lupakan aku.

Anggota Regumu, Weaver

Terpopuler

Comments

Shahid Alfatih

Shahid Alfatih

3 hadiah berturut2

2023-04-30

0

ZoeKus Charlotte

ZoeKus Charlotte

Yaahh ternyata ada yg suka sama delphy tapi tewad :"

2023-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!