Flora terbang meninggalkan ruang tamu rumah Alaric. Dia masuk ke dalam pohon dimana ia terjebak sebelumnya. Flora duduk termenung dengan wajah yang ditekuk, dan napasnya yang selalu dihela panjang.
Ia terpikirkan ucapan Alaric. Tetiba dia menjadi Flora yang tidak seperti biasanya. Dia galau, apakah dia harus menghapus ingatan Alaric atau tidak. Hanya karena dia berkata akan bersedia tinggal bersamanya jika Flora memintanya.
“Haisshh, kalau Eldora tahu, aku bisa dimakannya hidup-hidup” keluhnya.
Ia juga berpikir, jika Alaric terlalu sering dihapus ingatannya, dia bisa menjadi benar-benar gila. Jika manusia bertemu atau mengetahui keberadaan para peri, itu berarti sistem dari semesta sudah sedikit terganggu. Semakin banyak manusia melihat peri, kehidupan para peri akan terancam, pun dengan kehidupan manusia itu sendiri.
Memikirkannya saja membuat Flora malah mengantuk dan tertidur di pohon itu.
Begitu terbangun pagi harinya, Flora berinisiatif untuk merombak habis bagian dalam dari pohon itu untuk menjadi rumahnya, seperti di dunia peri. Ia akan mencoba untuk tinggal di pohon itu sembari mengamati kehidupan Alaric. Jika dia harus membantunya, maka ia harus tahu apa yang diinginkannya. Akan lebih mudah jika Flora mengetahuinya dalam wujud perinya.
Alaric meninggalkan rumahnya yang sudah seperti kapal yang pecah karena dihantam gelombang. Dia harus kembali bekerja setelah mengajukan cuti libur. Dia juga mencoba untuk bisa move on dari gadis yang memutuskan dirinya hanya karena alasan konyol itu.
Alaric adalah seorang pegawai salah satu televisi swasta, dia menjadi produser di usianya yang masih berumur dua puluh delapan tahun. Kemampuannya sangat diakui di kantor itu, sehingga dia dengan mudah ‘memanjat’ tangga kesuksesannya tanpa harus didorong oleh seseorang dari dalam.
Sementara itu Flora iseng dan terbang masuk ke rumah Alaric karena pemiliknya sedang tidak berada di sana. Tapi begitu tahu keadaan rumahnya, Flora yang tadinya melankolis kini kembali pada dirinya yang lama.
“Hiiww, apa dia tidur di kandang sapi?” teriaknya.
Flora memekik hampir di setiap sudut ruangan yang ia lewati. Alaric benar-benar bukan tipe yang rajin apalagi rapi. Hal itu membuat Flora gatal untuk ikut campur. Dia merapihkan dan membersihkan semua sudut rumah Alaric. Tentu saja membersihkan rumah kecil itu bagi Flora yang kekuatannya telah kembali, sangatlah mudah.
“Dia ini seperti sampah, euwh” ucapnya geli dan jijik saat melihat bungkus makanan yang tidak pada tempatnya.
Tidak butuh waktu lama buat Flora untuk membersihkan semuanya. Dalam sekejap semuanya tampak rapih dan bersih seperti rumah baru. Bahkan sekarang Flora tengah bersantai di sofa milik Alaric di ruang tamu.
Beberapa saat setelahnya, Flora gelagapan karena melihat seseorang tiba-tiba masuk tanpa peringatan. Ia segera terbang ke belakang benda yang bisa menyembunyikannya dari pandangan orang tersebut.
Ia melihat seorang wanita paruh baya tengah menjinjing sebuah kotak berisi makanan. Wanita itu meletakkan jaket dan tasnya di atas sofa tempat Flora bersantai. Flora hanya mengamati gerak-gerik wanita itu.
“Tumben hari ini rumahnya bersih, apa dia sudah sadar sekarang?” ucap wanita itu terkekeh.
“Kalau begini kan pacarnya nggak bakal mutusin dia. Baguslah, dia nggak akan ngrepotin ibunya lagi” lanjutnya.
“Oh, manusia itu ternyata ibunya manusia yang tadi” gumam Flora.
Ternyata wanita itu memang ibunya Alaric. Dia sering datang ke rumah putra satu-satunya, yang tinggal terpisah dengan orang tuanya. Ibunya selalu mengomel karena kelakuan anaknya yang tidak bisa rapih dan bersih. Alaric malah menggunakannya sebagai alasan putusnya hubungan dirinya dengan sang pacar.
Flora berpindah dan mengintip dari balik vas bunga yang cukup besar. Tanpa disadari dia tersenyum lebar saat wanita itu memuji hasil kerjanya.
“Iyalah, Flora gituh” ucapnya bangga.
Namun saat ia asyik membanggakan dirinya sendiri, tiba-tiba ia mendengar bunyi keras seperti benda jatuh. Ia melihat ibu Alaric terjatuh dan tak sadarkan diri. Refleks Flora terbang mendekatinya dengan wajah yang panik.
“Jangan! Jangan matii!” teriaknya.
Flora tak tahu harus berbuat apa saat melihat seorang manusia tak sadarkan diri di depan matanya. Kejadian seperti ini sudah menimpanya kedua kali. Dan manusia pertama yang pingsan di depannya berakhir meninggal dunia karena pertolongan yang terlambat. Semenjak saat itu, Flora selalu ketakutan saat melihat manusia yang tak sadarkan diri. Ia takut kembali mengalami hal yang sama. Karena saat dia tahu manusia itu meninggal, Flora selalu membayangkan andai saja dirinya bisa membantu manusia itu, dia takkan meninggal secepat itu. Flora bahkan sempat menyalahkan dirinya.
Dan saat ini dia kembali merasakan perasaan itu. Perasaan takut akan melakukan kesalahan besar yang berdampak pada suatu kehidupan.
Flora pun memutuskan untuk membantunya. Dia merubah dirinya menjadi manusia dan langsung menelepon layanan kesehatan untuk mengirimkan ambulans. Beruntungnya Flora memiliki kekuatan untuk bisa berubah menjadi manusia berikut dengan ingatan dan kemampuan mereka.
Butuh beberapa saat sebelum ambulans itu tiba di rumah Alaric. Dan Flora pun terpaksa menunggu untuk memberikan keterangan pada petugas ambulans.
Dengan kemampuannya, akhirnya ibu Alaric berhasil diselamatkan oleh Flora. Flora langsung terduduk saat mendengar bahwa kemungkinan ibunya Alaric terkena serangan jantung, terlihat dari beberapa obat yang ada di dalam tas kecil yang ia bawa.
“Syukurlah, akhirnya dia selamat, huft” ucapnya lega.
Kakinya terasa lemas seakan tak bertulang. Dadanya sesak karena terlalu banyak bergerak. Jantungnya yang berdegup kencang karena terlalu gugup dan panik. Ah, rasanya tidak pernah seperti ini saat dia menjadi manusia sebelum-sebelumnya.
Namun, Flora tak sadar bahwa perbuatannya ini akan menimbulkan masalah besar. Sebab di pikirannya hanya ada kata ‘selamatkan manusia ini’.
Benar saja, Eldora mendatanginya. Flora menyambutnya dengan wajah malasnya. Ia benar-benar lupa kalau dirinya tengah diawasi oleh peri Selectors itu.
“Flora! Apa kau sudah tidak sabar untuk lenyap dari dunia ini?” tanya Eldora marah.
“A..ku lupa” jawabnya polos.
Tentu saja Flora berbohong bahwa dirinya lupa. Dia hanya tidak ingin rasa trauma yang dulu mengganggunya kembali terulang. Dia sudah tahu akibat dari perbuatannya ini. Tapi dia tidak menyesal. Sekalipun Flora dihadapkan pada satu keadaan yang sama, dia akan melakukan hal yang menurutnya benar.
“Bersiaplah! Mungkin sebentar lagi kau akan dipanggil oleh ratu” kata Eldora.
“Tunggu, El. Kalau aku dihukum soal ini, tugas terakhirku bagaimana?” tanya Flora panik.
Eldora memicingkan matanya. Ia tidak pernah bisa sabar menghadapi tingkah laku peri satu ini.
“Kau pikir bagaimana lagi? Makanya, kalau mau bertindak tuh mikir dulu!” teriak Eldora.
Flora tidak pernah melihat raut wajah Eldora seperti itu. Selama ini dia hanya menunjukkan sikap dinginnya hanya karena dia adalah peri selector. Itulah yang membuatnya dijauhi peri lain, termasuk Flora. Namun Flora hanya malas saja dalam meladeninya. Sekarang dia malah berteriak dan nada bicaranya juga santai.
Hal itu membuat Flora malah tertawa terbahak-bahak padahal nasibnya sedang diujung tanduk.
“Kenapa ketawa? Apa ini permintaan terakhirmu sebelum mati?” sindir Eldora.
“Kau sangat lucu, El. Andai saja dari awal kau santai seperti ini, aku mau jadi temanmu” kata Flora.
“Teman apa! Aku ini selector, apa kau lupa?” Eldora mulai menaikkan nadanya lagi.
“Augh, kumat lagi” gumam Flora kesal.
Di tengah perdebatan mereka, mereka mendengar suara lonceng yang sangat nyaring dan cahaya yang sangat terang dari arah pohon tempat tinggal Flora. Dia dan Eldora pun bergegas keluar karena lonceng itu adalah tanda kedatangan Sang Ratu.
Mereka pun memberi penyambutan dan penghormatan pada Sang Ratu yang datang bersama peri-peri menteri yang lain.
“Peri Flora, apa kau senang telah menyelamatkan manusia itu?” tanya Sang Ratu Peri.
“Tentu saja, Yang Mulia Ratu”
Flora tak bisa menutupi kegugupannya di depan Ratu Peri. Terakhir kali dia menghadapnya, dia juga sedang membuat satu kesalahan besar. Dan ini adalah kali ketiga dia harus menghadap Ratunya kembali.
“Apa kau tahu bahwa peri tidak boleh menunjukkan diri kalau mereka sedang membantu manusia?”
Flora hanya mengangguk.
“Kau tahu bahwa kemungkinan kau dihukum sangat besar?”
“Iya, Yang Mulia” jawab Flora.
Tubuhnya mendadak dingin. Ia hanya takut jika dirinya dimusnahkan lebih awal dari dunia ini.
“Tentu saja perbuatanmu sangat layak untuk mendapat sebuah hukuman. Tetapi, dengan menyelamatkannya, kau telah menunjukkan betapa bergunanya dirimu sebagai peri..”
“..untuk itu, hukuman untukmu adalah tinggal di pohon itu sampai batas waktu yang tidak ditentukan, dan harus membantu manusia di rumah ini tanpa terlihat olehnya..”
“..jika kau bisa melakukannya sampai aku datang kembali, maka tugas terakhirmu tidak perlu kau lakukan” pungkas Sang Ratu.
“Jadi saya tidak akan dimusnahkan?” tanyanya polos yang dijawab anggukan oleh Sang Ratu.
Flora langsung berteriak kecil mendengarnya. Bayangan dirinya menghilang dari muka bumi kini tidak lagi menghantuinya. Saking bahagianya, dia melupakan hasil dari perbuatannya di rumah Alaric.
Gambaran visual Peri Flora saat menjadi peri.
Source : pinterest
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Lyandra Wheeler
cantikkkk
2023-02-14
2
Lyandra Wheeler
lah kok anda ngegas?!-_-nanti cepat tua loh pak
2023-02-14
1
Lyandra Wheeler
eldora ternyata karnivora 😱🤣
2023-02-14
0