Hyacintho Fulgur

Hyacintho Fulgur

Episode ~ 1

"Rasakan ini, hiakk" salah satu dari ribuan bahkan jutaan penduduk peradaban Aoxy adalah dia. Seorang anak perempuan yang masih berusia sekitar 7 tahun. Namanya Amora.

"Jangan bermain-main dengan sihir, Amora!" Ibunya berseru dari dalam rumah setelah mendengar suara benda jatuh mengenai mengenai benda lain.

Amora menggunakan sihirnya untuk menangkap seekor tupai yang kabur setelah mencuri makanan dari dapur rumah, tidak sengaja mengenai ranting pohon. Dan brakk...

Ranting pohon itu patah dan jatuh mengenai alat-alat dapur. ( Dapur berada di luar rumah )

"Daripada kau membuat masalah disini, sebaiknya kau pergi belajar dengan teman-temanmu" sahut ibu keluar dari runah membawa kain yang sedang ia rajut.

"Baik ibu, aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti" Amora pergi meninggalkan ibunya. Bergelantungan diatas pohon. Hampir sama dengan kera. Ia memang sudah handal melakukannya.

Amora menemui teman-temannya. Mereka sedang asyik piknik kecil-kecilan di pinggir hutan. Lihatlah, ada roti kesukaan Amora. Dan teh. Darimana meeka mendapatkan teh?

"Hey teman-teman" sapa Amora turun dari pohon setelah bergelantungan. Sapaannya segera dibalas oleh teman-temannya dengan senyum ramah.

"Hai Amora. Kemarilah. Mari kita minum teh bersama" ajak Vel kepada Amora. Amora mendekat, ikut duduk dengan teman-temannya. Membentuk sebuah lingkaran. Dengan bagian tengah dipenuhi dengan makanan dan minuman.

"Darimana kalian mendapatkan teh?" tanya Amora

"Dari kebun ayahku. Baru saja panen kemarin" sahut Sera, teman di sebelah Amora.

Mereka menikmati roti yag dilengkapi dengan minuman teh. Nikmat sekali. Peradaban Aoxy terlalu kuno bagi peradaban selanjutnya. Mereka hanya mengandalkan sihir untuk melakukan segala sesuatu.

Amora dan teman-temannya pergi menelusuri jalanan menurun. Piknik kecil-kecilan telah usai. Saatnya kembali belajar. Yah, mereka belajar. Tentang cara mengendalikan sihir. Mengeluarkan sihir terbaik dalam sepanjang peradaban.

Itu semua sulit dilakukan oleh anak-anak yang berusia sekitar 7 tahun.

Minggu-minggu terakhir ini mereka belajar cara melepaskan tembakan. Seperti yang dilakukan Amora tadi saat akan menembak seekor tupai. Tapi hari ini materinya sudah ganti lagi. Yaitu cara mengangkat, menggerakkan benda dari jarak jauh.

Mereka pergi ke rumah guru mereka. Cukup jauh dari titik awal mereka berjalan. Kini, dari kejauhan terlihat sebuah rumah dengan petak kecil. Hanya ditinggali oleh satu orang.

"Guru!!! kami sudah datang" seru Amora di depan pintu gerbang.

Pintu gerbang terbuka dengan sendirinya. Ada sihir yang menggerakkannya. Guru mereka ada di dalam rumahnya.

"Selamat datang murid-muridku yang paling aku sayangi! bagaimana kabar kalian hari ini?" Sang guru menyambut Amora dan teman-temannya saat baru membuka pintu rumah

Nama guru mereka Zayn. Zayn adalah pribadi yang memiliki selera humor tinggi. Ia suka menyambut murid-muridnya dengan sambutan dramatis.

"Kami baik guru Zayn. Bagaimana kabarmu juga?" tanya Amora balik dengan tatapan mata tidak suka. Dia tidak suka disambut seperti itu.

"Aku tentu baik, sangat sangat baik" jawab Zayn dengan nada yang masih terdengar dramatis.

Sera dan Inai menghembuskan nafas mencoba untuk sabar dengan sifat gurunya. Sedangkan Amora dan Vel, mereka memalingkan pandangan dari Zayn. Mereka jelas kesal dengan perilaku Zayn yang tidak kunjung berubah.

"Lupakan soal itu. Mari kita belajar bagaimana cara mengangkat, menggerakkan benda dari jarak jauh" Zayn mencoba mengganti topik.

...***...

Amora dan teman-temannya pergi ke taman belakang. Ada guci yang ditata berderet disana. Mulai dari ukuran terkecil hingga terbesar. Inikah benda yang akan digunakan untuk latihan hari ini?

"Baiklah murid-muridku, coba kalian gunakan sihir kalian untuk mengangkat guci yang paling kecil" pinta Zayn selaku guru mereka

Inai terlebih dahulu mencoba. Ia mengerahkan seluruh kekuatannya hanya untuk mengangkat sebuah guci kecil. Alhasil, guci itu terangkat walau hanya sedikit. Inai sepertinya kehabisan tenaga. Nafasnya terengah-engah.

"Baiklah, cukup. Sekarang giliran Sera" pinta Zayn lagi.

Sera maju menggantikan posisi Inai. Ia memejamkan mata. Bersiap-siap akan mengangkat guci terkecil. Sera mengarahkan sihirnya pada guci. Sekuat tenaga ia mencoba mengangkat guci, tetapi guci itu tidak kunjung terangkat walau 1 centi.

"Jangan memaksakan diri, Sera. Cukup. Saatnya Vel mencoba"

Vel melangkah dengan ekspresi percaya dirinya. Sepertinya ia yakin bisa mengangkat guci itu. Vel bersiap-siap. Mengarahkan sihirnya. Perlahan guci itu terangkat. Vel ingin megangkatnya guci itu lebih tinggi. Dan byar...

Guci itu jatuh da pecah. Anak ini terlalu ambisius untuk mencapai keinginannya.

"Bagus sekali, Vel. Kau berhasil mengangkatnya. Tapi kau lihat apa yang telah engkau lakukan? rajinlah berlatih" sahut Zayn. Ekspresinya tidak terlihat marah sedikitpun. Mungkin ia sendiri memaklumi. Zayn menyemangati Vel agar rajin berlatih.

Zayn pergi entah kemana. Ia kembali membawa sebuah guci kecil. Meletakkannya di sebelah guci yang pecah.

"Sekarang saatnya kau mencoba, Amora" ujarnya diiringi dengan mundur beberapa langkah

"Baiklah guru Zayn. Aku pasti bisa mengangkat benda itu" sahut Amora enteng.

Sihir yang dikeluarkan Amora lebih besar dari teman-temannya. Amora perlahan mengangkat sebuah guci kecil. Menjaga keseimbangan agar guci itu tidak jatuh dan pecah. Dan...

...----------------...

...Halo readers... kalian telah sampai pada akhir Episode ~ 1. Nantikan lanjutannya ya!!!...

...Harap sabar menunggu karena author bukan orang rajin ;)...

...Sampai jumpa di Episode ~ 2 ya!!!...

...Jangan lupa tinggalkan jejak kalian jika suka dengan ceritaku....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!