NovelToon NovelToon

Hyacintho Fulgur

Episode ~ 1

"Rasakan ini, hiakk" salah satu dari ribuan bahkan jutaan penduduk peradaban Aoxy adalah dia. Seorang anak perempuan yang masih berusia sekitar 7 tahun. Namanya Amora.

"Jangan bermain-main dengan sihir, Amora!" Ibunya berseru dari dalam rumah setelah mendengar suara benda jatuh mengenai mengenai benda lain.

Amora menggunakan sihirnya untuk menangkap seekor tupai yang kabur setelah mencuri makanan dari dapur rumah, tidak sengaja mengenai ranting pohon. Dan brakk...

Ranting pohon itu patah dan jatuh mengenai alat-alat dapur. ( Dapur berada di luar rumah )

"Daripada kau membuat masalah disini, sebaiknya kau pergi belajar dengan teman-temanmu" sahut ibu keluar dari runah membawa kain yang sedang ia rajut.

"Baik ibu, aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti" Amora pergi meninggalkan ibunya. Bergelantungan diatas pohon. Hampir sama dengan kera. Ia memang sudah handal melakukannya.

Amora menemui teman-temannya. Mereka sedang asyik piknik kecil-kecilan di pinggir hutan. Lihatlah, ada roti kesukaan Amora. Dan teh. Darimana meeka mendapatkan teh?

"Hey teman-teman" sapa Amora turun dari pohon setelah bergelantungan. Sapaannya segera dibalas oleh teman-temannya dengan senyum ramah.

"Hai Amora. Kemarilah. Mari kita minum teh bersama" ajak Vel kepada Amora. Amora mendekat, ikut duduk dengan teman-temannya. Membentuk sebuah lingkaran. Dengan bagian tengah dipenuhi dengan makanan dan minuman.

"Darimana kalian mendapatkan teh?" tanya Amora

"Dari kebun ayahku. Baru saja panen kemarin" sahut Sera, teman di sebelah Amora.

Mereka menikmati roti yag dilengkapi dengan minuman teh. Nikmat sekali. Peradaban Aoxy terlalu kuno bagi peradaban selanjutnya. Mereka hanya mengandalkan sihir untuk melakukan segala sesuatu.

Amora dan teman-temannya pergi menelusuri jalanan menurun. Piknik kecil-kecilan telah usai. Saatnya kembali belajar. Yah, mereka belajar. Tentang cara mengendalikan sihir. Mengeluarkan sihir terbaik dalam sepanjang peradaban.

Itu semua sulit dilakukan oleh anak-anak yang berusia sekitar 7 tahun.

Minggu-minggu terakhir ini mereka belajar cara melepaskan tembakan. Seperti yang dilakukan Amora tadi saat akan menembak seekor tupai. Tapi hari ini materinya sudah ganti lagi. Yaitu cara mengangkat, menggerakkan benda dari jarak jauh.

Mereka pergi ke rumah guru mereka. Cukup jauh dari titik awal mereka berjalan. Kini, dari kejauhan terlihat sebuah rumah dengan petak kecil. Hanya ditinggali oleh satu orang.

"Guru!!! kami sudah datang" seru Amora di depan pintu gerbang.

Pintu gerbang terbuka dengan sendirinya. Ada sihir yang menggerakkannya. Guru mereka ada di dalam rumahnya.

"Selamat datang murid-muridku yang paling aku sayangi! bagaimana kabar kalian hari ini?" Sang guru menyambut Amora dan teman-temannya saat baru membuka pintu rumah

Nama guru mereka Zayn. Zayn adalah pribadi yang memiliki selera humor tinggi. Ia suka menyambut murid-muridnya dengan sambutan dramatis.

"Kami baik guru Zayn. Bagaimana kabarmu juga?" tanya Amora balik dengan tatapan mata tidak suka. Dia tidak suka disambut seperti itu.

"Aku tentu baik, sangat sangat baik" jawab Zayn dengan nada yang masih terdengar dramatis.

Sera dan Inai menghembuskan nafas mencoba untuk sabar dengan sifat gurunya. Sedangkan Amora dan Vel, mereka memalingkan pandangan dari Zayn. Mereka jelas kesal dengan perilaku Zayn yang tidak kunjung berubah.

"Lupakan soal itu. Mari kita belajar bagaimana cara mengangkat, menggerakkan benda dari jarak jauh" Zayn mencoba mengganti topik.

...***...

Amora dan teman-temannya pergi ke taman belakang. Ada guci yang ditata berderet disana. Mulai dari ukuran terkecil hingga terbesar. Inikah benda yang akan digunakan untuk latihan hari ini?

"Baiklah murid-muridku, coba kalian gunakan sihir kalian untuk mengangkat guci yang paling kecil" pinta Zayn selaku guru mereka

Inai terlebih dahulu mencoba. Ia mengerahkan seluruh kekuatannya hanya untuk mengangkat sebuah guci kecil. Alhasil, guci itu terangkat walau hanya sedikit. Inai sepertinya kehabisan tenaga. Nafasnya terengah-engah.

"Baiklah, cukup. Sekarang giliran Sera" pinta Zayn lagi.

Sera maju menggantikan posisi Inai. Ia memejamkan mata. Bersiap-siap akan mengangkat guci terkecil. Sera mengarahkan sihirnya pada guci. Sekuat tenaga ia mencoba mengangkat guci, tetapi guci itu tidak kunjung terangkat walau 1 centi.

"Jangan memaksakan diri, Sera. Cukup. Saatnya Vel mencoba"

Vel melangkah dengan ekspresi percaya dirinya. Sepertinya ia yakin bisa mengangkat guci itu. Vel bersiap-siap. Mengarahkan sihirnya. Perlahan guci itu terangkat. Vel ingin megangkatnya guci itu lebih tinggi. Dan byar...

Guci itu jatuh da pecah. Anak ini terlalu ambisius untuk mencapai keinginannya.

"Bagus sekali, Vel. Kau berhasil mengangkatnya. Tapi kau lihat apa yang telah engkau lakukan? rajinlah berlatih" sahut Zayn. Ekspresinya tidak terlihat marah sedikitpun. Mungkin ia sendiri memaklumi. Zayn menyemangati Vel agar rajin berlatih.

Zayn pergi entah kemana. Ia kembali membawa sebuah guci kecil. Meletakkannya di sebelah guci yang pecah.

"Sekarang saatnya kau mencoba, Amora" ujarnya diiringi dengan mundur beberapa langkah

"Baiklah guru Zayn. Aku pasti bisa mengangkat benda itu" sahut Amora enteng.

Sihir yang dikeluarkan Amora lebih besar dari teman-temannya. Amora perlahan mengangkat sebuah guci kecil. Menjaga keseimbangan agar guci itu tidak jatuh dan pecah. Dan...

...----------------...

...Halo readers... kalian telah sampai pada akhir Episode ~ 1. Nantikan lanjutannya ya!!!...

...Harap sabar menunggu karena author bukan orang rajin ;)...

...Sampai jumpa di Episode ~ 2 ya!!!...

...Jangan lupa tinggalkan jejak kalian jika suka dengan ceritaku....

Episode ~ 2

Amora mengangkat guci kecil perlahan. Ia lebih hati-hati dibangdingkan Vel. Dan...

Guci itu melayang beberapa detik di udara dengan sihir Amora. Amora pun menurunkan gucinya perlahan kembali.

Guru Zayn dan teman-temannya memberikan tepuk tangan untuk Amora. Dia telah berhasil mengangkat gucinya. Bahkan menurunkannya kembali seperti semula. Sempurna.

"Hebat sekali Amora" puji guru Zayn

"Terima kasih guru" balas Amora dengan senyum keberhasilannya.

Amora dan teman-temannya telah duduk di bangku kayu buatan gurunya. Setelah praktek, saatnya materi penjelasan.

"Baiklah semuanya. Kalian telah mempraktekkan bagaimana cara mengangkat sebuah benda. Jika kalian masih gagal melakukannya, maka sering-seringlah berlatih. Dan untuk yang sudah berhasil seperti Amora juga harus sering berlatih. Biasakan diri kalian. Agar kalian bisa mengendalikan sihir lebih baik lagi"

Semuanya mengangguk paham. Seterusnya mereka hanya perlu berlatih agar bisa mengangkat benda. Itu saja.

"Oh ya. Saya minggu depan akan ada perlu dengan seseorang. Kalian jangan hanya berlatih mengangkat benda. Tapi juga menggerakkan benda. Sebagai percobaan menggerakkan benda, gunakan makhluk hidup agar lebih mudah" ucap guru Zayn lagi.

Sistem pembelajaran Amora dan teman-temannya dengan gurunya afalah dengan melakukan pertemuan seminggi sekali. Hari-hari biasa mereka berlatih sendiri.

Zayn mengakhiri pertemuan hari ini. Mengantarkan murid-muridnya hingga depan pintu gerbang. Kemudian melambaikan tangan saat murid-muridnya pergi.

"Sampai jumpa dua minggu lagi, murid-muridku!" seru Zayn kepada Amora dan teman-temannya yang perlahan pergi menjauhi kediaman Zayn.

...***...

Keesokan harinya, sang surya telah terbit dengan siratan cahaya hangatnya. Menciptakan kedamaian di pagi ini.

Rencananya hari ini Amora dan teman-temannya berlatih di sekitar rumah Amora. Jadi, mereka akan datang kemari.

"Ibu, nanti teman-temanku akan datang kemari" sahut Amora menatap langit-langit pagi yang cerah dari jendela kamarnya.

"Oh ya? kalau begitu ibu akan siapkan cemilan untuk kalian makan nanti ya" balas ibu dengan nada ucapan semangat.

Beberapa jam kemudian ~

"Amora! kami sudah datang" sahut teman-teman Amora di depan pintu rumahnya.

Amora segera membukakan pintu rumah. Mempersilahkan teman-temannya masuk kedalam rumah. Terasa akan ada tragedi menyenangkan disini.

"Selamat datang di rumah kami. Saya ibunya Amora" sapa ibu dengan senyuman ramah.

"Oh bibi. Kita belum pernah bertemu sebelumnya. Salam kenal, saya temannya Amora. Nama saya Vel" balas Vel dengan senyum tidak kalah ramah.

"Saya Inai, temannya Amora juga"

"Saya Sera. Senang bertemu dengan bibi"

"Hahaha~ senang bertemu dengan kalian juga. Amora sudah sering bercerita tentang kalian semua kepada bibi"

Amora dan teman-temannya segera pergi kedalam hutan bersama teman-temannya. Berpamitan dan meminta izin kepada ibu Amora.

"Bibi, kami akan pergi berlatih di sekitar rumah bibi"

"Iya, hati-hati. Jika ada hewan buas biarkan saja. Asalkan kalian tidak menggangu maka mereka tidak akan menggangu kalian" nasihat ibu Amora. Raut wajahnya khawatir kepada Amora dan teman-temannya. Ia khawatir akan terjadi sesuatu yang diluar dugaan.

"Bibi tenang saja. Kami pasti akan baik-baik saja".

"Ya, ibu. Aku dan teman-temanku akan baik-baik saja".

Amora dan ibunya hanya tinggal berdua di dalam hutan yang belum terlalu masuk kedalam. Kini Amora dan teman-temannya akan masuk kedalam hutan rimbun.

"Disini gelap sekali ya?" ucap Sera memegangi kedua lengannya, merasa bulu kuduknya berdiri.

"Tentu. Cahaya matahari sulit menembus lapisan dedaunan pohon diatas" jelas Amora.

"Minimnya cahaya disini membuat suasana yang harusnya masih siang menjadi seperti malam" kata Vel yang sedari tadi menoleh kanan-kiri mengamati pohon-pohon yang tumbuh tinggi dengan liarnya.

"Waspada teman-teman. Keadaan hutan rimbun yang seperti ini pastilah memiliki banyak binatang buas di dalamnya" sahut Inai sedikit melambatkan langkahnya.

Alasan utama mereka masuk kedalam hutan rimbun adalah karena sihir pada dasarnya cenderung lebih kuat apabila berada pada tempat gelap.

Cahaya matahari memiliki sifat melemahkan sihir. Sinarnya yang cerah dapat mengurangi daya serangan sihir.

"Kita berhenti disini saja. Takutnya kalau semakin masuk kedalam maka kita akan bertemu hewan buas. Lagipula disini juga sudah cukup gelap" saran Amora kepada teman-temannya yang langsung mendapatkan persetujuan.

Amora meletakkan sebuah batu yang panjangnya tidak kurang dari jengkal tangan di depan Sera.

Yah, Sera akan melakukan praktek pertama karena sedari kemarin dialah satu-satunya orang yang gagal.

"Cepat lakukan Sera. Aku tidak ingin berlama-lama disini" ucap Vel mendorong pelan punggung Sera.

"Kau tenang saja Vel, tidak akan ada hewan berbisa dengan lidah panjang yang akan melahapmu". Yang dimaksud Sera adalah ular berbisa.

Latihan hanya berlangsung selama 10 menit karena semua tidak betah di dalam hutan lama-lama dan ingin segera pergi dari tempat suram ini. Sejauh ini tidak ada hewan buas yang muncul.

Sera sudah bisa mengangkat batu dengan panjang sekitar dua jengkal tangan. Begitu juga dengan Inai dan Vel. Mereka berhasil melakukannya dengan baik.

"Ayo kita segera pergi dari sini. Aku khawatir akan ada hewan buas menampakkan dirinya setelah ini" usul Vel dengan tubuh sedikit ketakutan. Seolah merasakan ada makhluk lain selain mereka disana.

"Ya, ayo" jawab Amora.

Amora hendak bergelantungan diatas pohon seperti yang biasa ia lakukan. Dahan yang ia pegang terasa lebih kuat dan tebal dari biasanya. Juga teksturnya.

Saat Amora menarik satu dahan hendak berganti ke dahan lainnya, tiba-tiba ada kepala ular menjulurkan lidahnya persis di depan wajahnya.

Ia pun tersontak kaget dan terjatuh dari atas pohon. Teman-temannya yang sedari tadi mengikutinya dengan berjalan pun ikut kaget karena Amora yang jatuh.

"Amora! apa yang terjadi?" tanya Vel yang berlari mendekatinya lebih dulu.

"I-itu disana" jawab Amora gagap sambil menunjuk ke tubuh ular yang tadi ia kira dahan pohon.

Vel mengikuti arah Amora menunjuk jarinya. Seekor ular dengan panjang tidak kurang dari 10 meter membuka mulutnya lebar disertai dengan menjulurkan lidahnya.

Vel yang awalnya kebingungan dan penasaran, kini terjatuh lemah. Tidak mampu berlari melarikan diri.

Dikala Amora dan Vek masih melamun ketakutan, Inai dan Sera segera menarik lengan temannya itu mengajaknya melarikan diri.

"Ayo, jangan mematung!" sentak Sera menyadarkan kedua temannya.

Mereka berempat berlari cepat. Siapa sangka di depan ternyata sudah ada beberapa ekor ular yang menghadang jalan mereka. Ular yang tadinya berada di atas pohon mengejar mereka berempat saat berlari.

Inai memberikan usulan cepat dengan menunjuk semak-semak. Mereka pun beralih menuju semak-semak. Berharap disana tidak ada hewan buas lainnya.

Saat mereka hendak masuk kedalam semak-semak. Tiba-tiba saja kepala ular bersisik coklat muncul dengan membuka mulutnya lebar disertai dengan menjulurkan lidahnya.

Tidak sempat berhenti, Sera justru terjatuh kedalam semak-semak. Menjatuhi tubuh ular itu. Tubuh ular itu panjang. Ekornya memukul kepala Sera.

Sera terjatuh ke tempat lain. Ia memegangi kepalanya sakit setelah terbentur tanah keras. Tanpa ia sadari, ada 3 ekor ular siap melahapnya.

Ketiga ekor ular itu mengepung Sera agar tidak bisa kabur kemanapun. Mereka melata mendekati tubuh Sera. Sera hendak kabur tapi tidak ada jalan.

Bagaimana ini? batinnya.

Sera memejamkan matanya takut. Ia berpikir ular-ular itu akan melahapnya. Tetapi sebuah keajaiban menolongnya.

...----------------...

...Halo readers... kalian telah sampai pada akhir Episode ~ 2. Nantikan lanjutannya ya!!!...

...Harap sabar menunggu karena author bukan orang rajin ;)...

...Sampai jumpa di Episode ~ 3 ya!!!...

...Jangan lupa tinggalkan jejak kalian jika suka dengan ceritaku....

Episode ~ 3

Sera memejamkan matanya takut. Ia berpikir ular-ular itu akan melahapnya. Tetapi sebuah keajaiban menolongnya.

Vel, entah apa yang ia lakukan. Vel mengeluarkan sihir Freezer. Membekukan sementara ketiga ular yang hendak melahap Sera.

Sera membuka matanya perlahan. Beberapa detik ia menunggu tetapi ia tidak merasa tubuhnya disakiti oleh para ular itu.

Tersirat cahaya hijau dimatanya. Sebuah cahaya penolong nyawanya. Itulah warna sihir yang dikeluarkan oleh Vel.

"Vel" sahut Amora dan Inai terdengar hampir bersamaan. Mereka kagum dan takjub dengan sihir yang Vel keluarkan.

"Cepat pergi dari sana, Sera!" seru Vel kepada Sera yang justru diam mengagumi sihirnya.

Sera segera beranjak dari tempatnya. Sebelum ular-ular itu kembali bergerak dan melahapnya.

"Untung saja. Terima kasih Vel. Kau telah menyelamatkan nyawaku" ucap Sera dengan nafas menderu.

"Teman-teman..." Inai berkata lirih. Amora, Vel, dan Sera menoleh kearah mata Inai tertuju.

Jumlah ular di hadapan mereka semakin banyak. Entah datang dari mana. Mereka menjulurkan lidah. Membuat Sera sangat ketakutan.

"Kita lewat sini" Amora mengambil keputusan dengan cepat. Berlari dengan dibuntuti teman-temannya.

Sekelompok ular mengejar mereka. Walaupun mereka bergerak dengan melata, entah kenapa mereka lebih cepat dibanding langkah kaki manusia.

"Amora, awas!" peringatan dari Vel.

Seekor ular bersisik coklat menyerang Amora dari atas pohon. Amora tidak sempat menghindar. Ular itu berhasil membuat Amora berguling-guling beberapa meter.

"AMORA!!!" teriak teman-temannya bersamaan.

Mereka hendak pergi menuju posisi Amora. Tetapi para ular telah mencegat mereka. Membentuk sebuah lingkaran. Memblokir seluruh jalan untuk kabur.

...***...

Amora berguling-guling semakin menjauh dari teman-temannya. Ular yang tadi menyerang Amora kini membelit tubuh Amora dari kaki hingga leher.

Amora kesulitan bernafas. Semakin lama, belitan ular itu semakin erat. Amora tidak dapat bergerak sama sekali. Posisinya sekarang pun jauh dari teman-temannya.

Kesadaran Amora semakin menipis. Ular yag membelitnya semakin mengeratkan belitannya.

Apakah aku akan berakhir disini? batin Amora.

Kesadaran Amora telah hilang. Belitan ular seharusnya telah membunuhnya. Tetapi apa yang terjadi?

Tubuh Amora bersinar terang berwarna kuning. Tubuh ular yang membelitnya terpotong menjadi beberapa bagian.

Yah, tubuh Amora meledak dan membunuh ular tersebut. Seketika Amora kembali sadar. Ia menggenggam telapan tangannya kemudian membukanya lagi berkali-kali. Sepertinya ia tidak percaya dengan hal yang terjadi.

Disisi lain Amora melihat teman-temannya telah dikepung oleh sekelompok ular. Ular-ular itu meninggikan badannya. Teman-teman Amora yang berada di dalam lingkaran kepungan para ular semakin ketakutan.

Mereka tidak tau harus berbuat apa. Sihir yang mereka punya masih terlalu lemah untuk digunakan bertarung. Mereka juga masih belum bisa mengendalikannya secara utuh.

Amora berlari mendekati teman-temannya. Mengirimkan serangan Fulva Fulgur. Empat sekaligus dari beberapa ular terkena serangan itu. Mereka seperti tersambar petir. Tubuh mereka menghitam seperti abu kemudian terjatuh tak bernyawa.

Rupanya serangan Fulva Fulgur bisa langsung membunuh lawannya. Tidak disangka.

Kawanan ular lainnya yang melihat temannya terbunuh, kini mengincar Amora. Mereka tidak lagi mengepung teman-temannya. Tapi kini nyawanya dalam bahaya.

Para ular melata mendekati Amora. Jumlah mereka masih terlalu banyak untuk berlawanan dengan Amora.

Vel membantu amora. Mengeluarkan sihir Freezer. Amora pun segera meng-attack mereka semua dengan Fulva Fulgur miliknya.

Beberapa ular ditangani oleh Inai dan Sera. Inai tidak memiliki sihir seperti teman-temannya. Tapi ia bisa membuat kubah pelindung kecil untuk melindungi teman-temannya.

"Teman-teman, masuk kedalam kubah pelindung!" pinta Inai kepada ketiga temannya yang masih sibuk dan bingung melawan para ular.

Mereka semua segera berlari menuju kubah pelindung buatan Inai. Setidaknya disana mereka aman. Para ular yang tersisa mengejar mereka.

Memukul-mukul kubah pelindung dengan kepala mereka yang keras. Inai dengan sekuat tenaga menahan serangan para ular. Walaupun kubah pelindung buatannya sudah terlihat sedikit retak.

"Bagaimana ini?" tanya Vel cemas.

"Inai tidak mungkin bisa bertahan selama itu" tambah Sera yang menatap wajah Inai penuh peluh.

"Aku akan menyerang mereka satu-persatu. Sera, kau ikut denganku. Vel, gunakan sihirmu untuk membekukan mereka" pinta Amora yang telah membuat keputusan secara bulat.

Amora dan Sera berlari keluar kubah. Vel yang telah siap dari tadi mengeluarkan sihir Freezer untuk membekukan para ular terutama yang berada di depan Amora dan Sera.

"Serang sekarang, Sera!" teriak Amora bersemangat.

Amora lagi-lagi mengirim serangan Fulva Fulgur dengan cepat kepada ular-ular di hadapannya.

Berbeda dengan Amora, Sera mengirimkan serangan Purpura Fulgur. Sebenarnya dia masih belum terlalu bisa. Ia hanya meniru Amora.

Sesekali untuk mempercepat serangannya, Amora mengirim sambaran petir Fulva Fulgur level 2 pada kawanan ular.

Satu-persatu mereka semua berhasil dihabisi. Ini bukan tantangan biasa. Pertama kali bagi mereka mengalami momen bertarung bersama.

"Kalian semua baik-baik saja?" tanya Amora yang pulih lebih dulu.

"Aku baik-baik, ayo kita kembali" ajak Vel yang juga ikut berdiri setelah Amora.

"Pertarungan tadi seru sekali! aku sangat menyukainya" sahut Sera tiba-tiba. Memang benar pertarungan ini seru. Apalagi ini yang pertama bagi mereka berempat.

"Yah, memang seru. Lebih seru lagi melihat ular-ular tadi melahapmu" sindir Vel diiringi tawa ringan.

"Ishh. Tadi aku beneran takut lho!" balas Sera tidak terima dirinya direndahkan oleh teman-temannya.

"Inai, ayo kita pulang" ajak Amora menjulurkan tangan kanan.

Inai tampak pucat karena kelelahan. Dia memang bukan gadis sekuat Amora, Vel, maupun Sera. Tubuhnya lemah lembut.

"Kau baik-baik saja, Inai?" tanya Amora yang berhasil mengalihkan perhatian kedua temannya.

"Inai kenapa?" tanya Vel.

"Aku tidak tau. Wajahnya tampak pucat. Apa dia kelelahan?"

Sera berjongkok di depan Inai. Memastikan tubuh inai baik-baik saja. Saat ia melihat lengan kirinya, bajunya sobek disana. Walau hanya satu sayatan.

Terdapat luka dibalik bajunya yang sobek. Luka itu terus mengucurkan darah segar tanpa diketahui oleh Inai maupun yang lainnya.

"Inai, kau terluka?" tanya Sera tepat di depan wajah Inai. Berharap Inai menjawab pertanyaannya.

"Aku baik-baik saja. Soal luka, biar nanti aku sendiri yang menyembuhkannya" setelah diam cukup lama, Inai akhirnya berkata.

Ia berdiri dengan badan gontai. Hampir terjatuh. Tetapi Sera dan Amora segera menarik tangannya. Membantu Inai menyeimbangkan tubuhnya.

Mereka berempat jalan berdampingan. Sera dan Amora meletakkan tangan Inai di belakang leher mereka masing-masing. Sedangkan Vel, berada di sisi kanan Amora. Ikut berjalan dengan langkah perlahan.

"Kita sudah berlatih hari ini" Sera membuka pembicaraan.

"Ya, kita berlatih dan berjuang bersama. Ini akan menjadi momen terbaik untuk kita berempat sepanjang masa" sahut Vel.

"Yang terpenting sekarang kita keluar dari hutan ini. Semoga tidak ada gangguan lagi. Karena tenagaku hampir habis setelah bertarung tadi" ucap Amora dengan raut wajah kelelahannya.

"Hahaha~" Sera dan Vel tertawa melepas rasa lelah yang menyerang tubuh mereka.

Mereka berempat telah keluar dari hutan rimbun tanpa ada gangguan. Amora, Sera, dan Vel membawa Inai ke rumah Amora terlebih dahulu. Menyembuhkan luka Inai disana.

...----------------...

...Halo readers... kalian telah sampai pada akhir Episode ~ 3. Nantikan lanjutannya ya!!!...

...Harap sabar menunggu karena author bukan orang rajin ;)...

...Sampai jumpa di Episode ~ 4 ya!!!...

...Jangan lupa tinggalkan jejak kalian jika suka dengan ceritaku....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!