Amora mengangkat guci kecil perlahan. Ia lebih hati-hati dibangdingkan Vel. Dan...
Guci itu melayang beberapa detik di udara dengan sihir Amora. Amora pun menurunkan gucinya perlahan kembali.
Guru Zayn dan teman-temannya memberikan tepuk tangan untuk Amora. Dia telah berhasil mengangkat gucinya. Bahkan menurunkannya kembali seperti semula. Sempurna.
"Hebat sekali Amora" puji guru Zayn
"Terima kasih guru" balas Amora dengan senyum keberhasilannya.
Amora dan teman-temannya telah duduk di bangku kayu buatan gurunya. Setelah praktek, saatnya materi penjelasan.
"Baiklah semuanya. Kalian telah mempraktekkan bagaimana cara mengangkat sebuah benda. Jika kalian masih gagal melakukannya, maka sering-seringlah berlatih. Dan untuk yang sudah berhasil seperti Amora juga harus sering berlatih. Biasakan diri kalian. Agar kalian bisa mengendalikan sihir lebih baik lagi"
Semuanya mengangguk paham. Seterusnya mereka hanya perlu berlatih agar bisa mengangkat benda. Itu saja.
"Oh ya. Saya minggu depan akan ada perlu dengan seseorang. Kalian jangan hanya berlatih mengangkat benda. Tapi juga menggerakkan benda. Sebagai percobaan menggerakkan benda, gunakan makhluk hidup agar lebih mudah" ucap guru Zayn lagi.
Sistem pembelajaran Amora dan teman-temannya dengan gurunya afalah dengan melakukan pertemuan seminggi sekali. Hari-hari biasa mereka berlatih sendiri.
Zayn mengakhiri pertemuan hari ini. Mengantarkan murid-muridnya hingga depan pintu gerbang. Kemudian melambaikan tangan saat murid-muridnya pergi.
"Sampai jumpa dua minggu lagi, murid-muridku!" seru Zayn kepada Amora dan teman-temannya yang perlahan pergi menjauhi kediaman Zayn.
...***...
Keesokan harinya, sang surya telah terbit dengan siratan cahaya hangatnya. Menciptakan kedamaian di pagi ini.
Rencananya hari ini Amora dan teman-temannya berlatih di sekitar rumah Amora. Jadi, mereka akan datang kemari.
"Ibu, nanti teman-temanku akan datang kemari" sahut Amora menatap langit-langit pagi yang cerah dari jendela kamarnya.
"Oh ya? kalau begitu ibu akan siapkan cemilan untuk kalian makan nanti ya" balas ibu dengan nada ucapan semangat.
Beberapa jam kemudian ~
"Amora! kami sudah datang" sahut teman-teman Amora di depan pintu rumahnya.
Amora segera membukakan pintu rumah. Mempersilahkan teman-temannya masuk kedalam rumah. Terasa akan ada tragedi menyenangkan disini.
"Selamat datang di rumah kami. Saya ibunya Amora" sapa ibu dengan senyuman ramah.
"Oh bibi. Kita belum pernah bertemu sebelumnya. Salam kenal, saya temannya Amora. Nama saya Vel" balas Vel dengan senyum tidak kalah ramah.
"Saya Inai, temannya Amora juga"
"Saya Sera. Senang bertemu dengan bibi"
"Hahaha~ senang bertemu dengan kalian juga. Amora sudah sering bercerita tentang kalian semua kepada bibi"
Amora dan teman-temannya segera pergi kedalam hutan bersama teman-temannya. Berpamitan dan meminta izin kepada ibu Amora.
"Bibi, kami akan pergi berlatih di sekitar rumah bibi"
"Iya, hati-hati. Jika ada hewan buas biarkan saja. Asalkan kalian tidak menggangu maka mereka tidak akan menggangu kalian" nasihat ibu Amora. Raut wajahnya khawatir kepada Amora dan teman-temannya. Ia khawatir akan terjadi sesuatu yang diluar dugaan.
"Bibi tenang saja. Kami pasti akan baik-baik saja".
"Ya, ibu. Aku dan teman-temanku akan baik-baik saja".
Amora dan ibunya hanya tinggal berdua di dalam hutan yang belum terlalu masuk kedalam. Kini Amora dan teman-temannya akan masuk kedalam hutan rimbun.
"Disini gelap sekali ya?" ucap Sera memegangi kedua lengannya, merasa bulu kuduknya berdiri.
"Tentu. Cahaya matahari sulit menembus lapisan dedaunan pohon diatas" jelas Amora.
"Minimnya cahaya disini membuat suasana yang harusnya masih siang menjadi seperti malam" kata Vel yang sedari tadi menoleh kanan-kiri mengamati pohon-pohon yang tumbuh tinggi dengan liarnya.
"Waspada teman-teman. Keadaan hutan rimbun yang seperti ini pastilah memiliki banyak binatang buas di dalamnya" sahut Inai sedikit melambatkan langkahnya.
Alasan utama mereka masuk kedalam hutan rimbun adalah karena sihir pada dasarnya cenderung lebih kuat apabila berada pada tempat gelap.
Cahaya matahari memiliki sifat melemahkan sihir. Sinarnya yang cerah dapat mengurangi daya serangan sihir.
"Kita berhenti disini saja. Takutnya kalau semakin masuk kedalam maka kita akan bertemu hewan buas. Lagipula disini juga sudah cukup gelap" saran Amora kepada teman-temannya yang langsung mendapatkan persetujuan.
Amora meletakkan sebuah batu yang panjangnya tidak kurang dari jengkal tangan di depan Sera.
Yah, Sera akan melakukan praktek pertama karena sedari kemarin dialah satu-satunya orang yang gagal.
"Cepat lakukan Sera. Aku tidak ingin berlama-lama disini" ucap Vel mendorong pelan punggung Sera.
"Kau tenang saja Vel, tidak akan ada hewan berbisa dengan lidah panjang yang akan melahapmu". Yang dimaksud Sera adalah ular berbisa.
Latihan hanya berlangsung selama 10 menit karena semua tidak betah di dalam hutan lama-lama dan ingin segera pergi dari tempat suram ini. Sejauh ini tidak ada hewan buas yang muncul.
Sera sudah bisa mengangkat batu dengan panjang sekitar dua jengkal tangan. Begitu juga dengan Inai dan Vel. Mereka berhasil melakukannya dengan baik.
"Ayo kita segera pergi dari sini. Aku khawatir akan ada hewan buas menampakkan dirinya setelah ini" usul Vel dengan tubuh sedikit ketakutan. Seolah merasakan ada makhluk lain selain mereka disana.
"Ya, ayo" jawab Amora.
Amora hendak bergelantungan diatas pohon seperti yang biasa ia lakukan. Dahan yang ia pegang terasa lebih kuat dan tebal dari biasanya. Juga teksturnya.
Saat Amora menarik satu dahan hendak berganti ke dahan lainnya, tiba-tiba ada kepala ular menjulurkan lidahnya persis di depan wajahnya.
Ia pun tersontak kaget dan terjatuh dari atas pohon. Teman-temannya yang sedari tadi mengikutinya dengan berjalan pun ikut kaget karena Amora yang jatuh.
"Amora! apa yang terjadi?" tanya Vel yang berlari mendekatinya lebih dulu.
"I-itu disana" jawab Amora gagap sambil menunjuk ke tubuh ular yang tadi ia kira dahan pohon.
Vel mengikuti arah Amora menunjuk jarinya. Seekor ular dengan panjang tidak kurang dari 10 meter membuka mulutnya lebar disertai dengan menjulurkan lidahnya.
Vel yang awalnya kebingungan dan penasaran, kini terjatuh lemah. Tidak mampu berlari melarikan diri.
Dikala Amora dan Vek masih melamun ketakutan, Inai dan Sera segera menarik lengan temannya itu mengajaknya melarikan diri.
"Ayo, jangan mematung!" sentak Sera menyadarkan kedua temannya.
Mereka berempat berlari cepat. Siapa sangka di depan ternyata sudah ada beberapa ekor ular yang menghadang jalan mereka. Ular yang tadinya berada di atas pohon mengejar mereka berempat saat berlari.
Inai memberikan usulan cepat dengan menunjuk semak-semak. Mereka pun beralih menuju semak-semak. Berharap disana tidak ada hewan buas lainnya.
Saat mereka hendak masuk kedalam semak-semak. Tiba-tiba saja kepala ular bersisik coklat muncul dengan membuka mulutnya lebar disertai dengan menjulurkan lidahnya.
Tidak sempat berhenti, Sera justru terjatuh kedalam semak-semak. Menjatuhi tubuh ular itu. Tubuh ular itu panjang. Ekornya memukul kepala Sera.
Sera terjatuh ke tempat lain. Ia memegangi kepalanya sakit setelah terbentur tanah keras. Tanpa ia sadari, ada 3 ekor ular siap melahapnya.
Ketiga ekor ular itu mengepung Sera agar tidak bisa kabur kemanapun. Mereka melata mendekati tubuh Sera. Sera hendak kabur tapi tidak ada jalan.
Bagaimana ini? batinnya.
Sera memejamkan matanya takut. Ia berpikir ular-ular itu akan melahapnya. Tetapi sebuah keajaiban menolongnya.
...----------------...
•
•
•
•
•
•
•
...Halo readers... kalian telah sampai pada akhir Episode ~ 2. Nantikan lanjutannya ya!!!...
...Harap sabar menunggu karena author bukan orang rajin ;)...
...Sampai jumpa di Episode ~ 3 ya!!!...
...Jangan lupa tinggalkan jejak kalian jika suka dengan ceritaku....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments