Sera memejamkan matanya takut. Ia berpikir ular-ular itu akan melahapnya. Tetapi sebuah keajaiban menolongnya.
Vel, entah apa yang ia lakukan. Vel mengeluarkan sihir Freezer. Membekukan sementara ketiga ular yang hendak melahap Sera.
Sera membuka matanya perlahan. Beberapa detik ia menunggu tetapi ia tidak merasa tubuhnya disakiti oleh para ular itu.
Tersirat cahaya hijau dimatanya. Sebuah cahaya penolong nyawanya. Itulah warna sihir yang dikeluarkan oleh Vel.
"Vel" sahut Amora dan Inai terdengar hampir bersamaan. Mereka kagum dan takjub dengan sihir yang Vel keluarkan.
"Cepat pergi dari sana, Sera!" seru Vel kepada Sera yang justru diam mengagumi sihirnya.
Sera segera beranjak dari tempatnya. Sebelum ular-ular itu kembali bergerak dan melahapnya.
"Untung saja. Terima kasih Vel. Kau telah menyelamatkan nyawaku" ucap Sera dengan nafas menderu.
"Teman-teman..." Inai berkata lirih. Amora, Vel, dan Sera menoleh kearah mata Inai tertuju.
Jumlah ular di hadapan mereka semakin banyak. Entah datang dari mana. Mereka menjulurkan lidah. Membuat Sera sangat ketakutan.
"Kita lewat sini" Amora mengambil keputusan dengan cepat. Berlari dengan dibuntuti teman-temannya.
Sekelompok ular mengejar mereka. Walaupun mereka bergerak dengan melata, entah kenapa mereka lebih cepat dibanding langkah kaki manusia.
"Amora, awas!" peringatan dari Vel.
Seekor ular bersisik coklat menyerang Amora dari atas pohon. Amora tidak sempat menghindar. Ular itu berhasil membuat Amora berguling-guling beberapa meter.
"AMORA!!!" teriak teman-temannya bersamaan.
Mereka hendak pergi menuju posisi Amora. Tetapi para ular telah mencegat mereka. Membentuk sebuah lingkaran. Memblokir seluruh jalan untuk kabur.
...***...
Amora berguling-guling semakin menjauh dari teman-temannya. Ular yang tadi menyerang Amora kini membelit tubuh Amora dari kaki hingga leher.
Amora kesulitan bernafas. Semakin lama, belitan ular itu semakin erat. Amora tidak dapat bergerak sama sekali. Posisinya sekarang pun jauh dari teman-temannya.
Kesadaran Amora semakin menipis. Ular yag membelitnya semakin mengeratkan belitannya.
Apakah aku akan berakhir disini? batin Amora.
Kesadaran Amora telah hilang. Belitan ular seharusnya telah membunuhnya. Tetapi apa yang terjadi?
Tubuh Amora bersinar terang berwarna kuning. Tubuh ular yang membelitnya terpotong menjadi beberapa bagian.
Yah, tubuh Amora meledak dan membunuh ular tersebut. Seketika Amora kembali sadar. Ia menggenggam telapan tangannya kemudian membukanya lagi berkali-kali. Sepertinya ia tidak percaya dengan hal yang terjadi.
Disisi lain Amora melihat teman-temannya telah dikepung oleh sekelompok ular. Ular-ular itu meninggikan badannya. Teman-teman Amora yang berada di dalam lingkaran kepungan para ular semakin ketakutan.
Mereka tidak tau harus berbuat apa. Sihir yang mereka punya masih terlalu lemah untuk digunakan bertarung. Mereka juga masih belum bisa mengendalikannya secara utuh.
Amora berlari mendekati teman-temannya. Mengirimkan serangan Fulva Fulgur. Empat sekaligus dari beberapa ular terkena serangan itu. Mereka seperti tersambar petir. Tubuh mereka menghitam seperti abu kemudian terjatuh tak bernyawa.
Rupanya serangan Fulva Fulgur bisa langsung membunuh lawannya. Tidak disangka.
Kawanan ular lainnya yang melihat temannya terbunuh, kini mengincar Amora. Mereka tidak lagi mengepung teman-temannya. Tapi kini nyawanya dalam bahaya.
Para ular melata mendekati Amora. Jumlah mereka masih terlalu banyak untuk berlawanan dengan Amora.
Vel membantu amora. Mengeluarkan sihir Freezer. Amora pun segera meng-attack mereka semua dengan Fulva Fulgur miliknya.
Beberapa ular ditangani oleh Inai dan Sera. Inai tidak memiliki sihir seperti teman-temannya. Tapi ia bisa membuat kubah pelindung kecil untuk melindungi teman-temannya.
"Teman-teman, masuk kedalam kubah pelindung!" pinta Inai kepada ketiga temannya yang masih sibuk dan bingung melawan para ular.
Mereka semua segera berlari menuju kubah pelindung buatan Inai. Setidaknya disana mereka aman. Para ular yang tersisa mengejar mereka.
Memukul-mukul kubah pelindung dengan kepala mereka yang keras. Inai dengan sekuat tenaga menahan serangan para ular. Walaupun kubah pelindung buatannya sudah terlihat sedikit retak.
"Bagaimana ini?" tanya Vel cemas.
"Inai tidak mungkin bisa bertahan selama itu" tambah Sera yang menatap wajah Inai penuh peluh.
"Aku akan menyerang mereka satu-persatu. Sera, kau ikut denganku. Vel, gunakan sihirmu untuk membekukan mereka" pinta Amora yang telah membuat keputusan secara bulat.
Amora dan Sera berlari keluar kubah. Vel yang telah siap dari tadi mengeluarkan sihir Freezer untuk membekukan para ular terutama yang berada di depan Amora dan Sera.
"Serang sekarang, Sera!" teriak Amora bersemangat.
Amora lagi-lagi mengirim serangan Fulva Fulgur dengan cepat kepada ular-ular di hadapannya.
Berbeda dengan Amora, Sera mengirimkan serangan Purpura Fulgur. Sebenarnya dia masih belum terlalu bisa. Ia hanya meniru Amora.
Sesekali untuk mempercepat serangannya, Amora mengirim sambaran petir Fulva Fulgur level 2 pada kawanan ular.
Satu-persatu mereka semua berhasil dihabisi. Ini bukan tantangan biasa. Pertama kali bagi mereka mengalami momen bertarung bersama.
"Kalian semua baik-baik saja?" tanya Amora yang pulih lebih dulu.
"Aku baik-baik, ayo kita kembali" ajak Vel yang juga ikut berdiri setelah Amora.
"Pertarungan tadi seru sekali! aku sangat menyukainya" sahut Sera tiba-tiba. Memang benar pertarungan ini seru. Apalagi ini yang pertama bagi mereka berempat.
"Yah, memang seru. Lebih seru lagi melihat ular-ular tadi melahapmu" sindir Vel diiringi tawa ringan.
"Ishh. Tadi aku beneran takut lho!" balas Sera tidak terima dirinya direndahkan oleh teman-temannya.
"Inai, ayo kita pulang" ajak Amora menjulurkan tangan kanan.
Inai tampak pucat karena kelelahan. Dia memang bukan gadis sekuat Amora, Vel, maupun Sera. Tubuhnya lemah lembut.
"Kau baik-baik saja, Inai?" tanya Amora yang berhasil mengalihkan perhatian kedua temannya.
"Inai kenapa?" tanya Vel.
"Aku tidak tau. Wajahnya tampak pucat. Apa dia kelelahan?"
Sera berjongkok di depan Inai. Memastikan tubuh inai baik-baik saja. Saat ia melihat lengan kirinya, bajunya sobek disana. Walau hanya satu sayatan.
Terdapat luka dibalik bajunya yang sobek. Luka itu terus mengucurkan darah segar tanpa diketahui oleh Inai maupun yang lainnya.
"Inai, kau terluka?" tanya Sera tepat di depan wajah Inai. Berharap Inai menjawab pertanyaannya.
"Aku baik-baik saja. Soal luka, biar nanti aku sendiri yang menyembuhkannya" setelah diam cukup lama, Inai akhirnya berkata.
Ia berdiri dengan badan gontai. Hampir terjatuh. Tetapi Sera dan Amora segera menarik tangannya. Membantu Inai menyeimbangkan tubuhnya.
Mereka berempat jalan berdampingan. Sera dan Amora meletakkan tangan Inai di belakang leher mereka masing-masing. Sedangkan Vel, berada di sisi kanan Amora. Ikut berjalan dengan langkah perlahan.
"Kita sudah berlatih hari ini" Sera membuka pembicaraan.
"Ya, kita berlatih dan berjuang bersama. Ini akan menjadi momen terbaik untuk kita berempat sepanjang masa" sahut Vel.
"Yang terpenting sekarang kita keluar dari hutan ini. Semoga tidak ada gangguan lagi. Karena tenagaku hampir habis setelah bertarung tadi" ucap Amora dengan raut wajah kelelahannya.
"Hahaha~" Sera dan Vel tertawa melepas rasa lelah yang menyerang tubuh mereka.
Mereka berempat telah keluar dari hutan rimbun tanpa ada gangguan. Amora, Sera, dan Vel membawa Inai ke rumah Amora terlebih dahulu. Menyembuhkan luka Inai disana.
...----------------...
•
•
•
•
•
•
•
...Halo readers... kalian telah sampai pada akhir Episode ~ 3. Nantikan lanjutannya ya!!!...
...Harap sabar menunggu karena author bukan orang rajin ;)...
...Sampai jumpa di Episode ~ 4 ya!!!...
...Jangan lupa tinggalkan jejak kalian jika suka dengan ceritaku....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments