3. Pertemuan Kembali Selama Tiga Bulan

Saat masuk liburan semester pertama, Alia begitu semangat untuk mulai aktivitasnya membantu bibi Ida yang saat ini sedang menerima pesanan untuk acara meeting perusahaan.

Biasanya perusahaan itu selalu memesan makan siang saat meeting di luar perusahaan bukan kantin perusahaan. Rupanya pemilik perusahaan lebih senang dengan masakan bibi Ida sehingga meminta asistennya kali ini memesan makan siang mereka di kantinnya bibi Ida.

Jika libur seperti ini, Alia sedikit santai membantu bibi Ida karena tidak terikat waktu dengan jadwal sekolah. Ia kini meracik semua bumbu masakan untuk setiap menu masakan sesuai pesanan perusahaan itu sendiri.

"Ini untuk seratus orang bibi, anggota meeting nya?" Tanya Alia menghitung lagi setiap kardus makanan yang di susun sepuluh tingkat untuk sepuluh ikat.

"Jangan sampai kurang Alia. Dan buatkan lima lagi untuk satpam dan OB yang akan membantu membawa makanan ini ke ruang meeting." Ucap bibi Ida.

"Baik bibi."

Usai memastikan semuanya sesuai dengan jumlah pesanan, kini Alia membantu meletakkan kardus makanan itu di dalam mobil bibi Ida.

Wanita paruh baya ini hanya mengandalkan Alia karena gadis itu selain pintar memasak, Alia juga sangat cekatan dalam melakukan apapun.

"Alia...! Upahmu hari ini tiga ratus ribu ya sayang." Kata bibi Ida membuat wajah Alia berbinar.

"Terimakasih ya bibi, aku boleh bawa makanan juga untuk keluargaku..?" Ijin Alia pada bibi Ida.

"Bawa saja. Siapa juga yang mau makan makanan itu. Kamu tahu sendiri anak-anak bibi semuanya belajar di luar negeri." Ucap bibi Ida yang sudah siap berangkat ke perusahaannya.

"Alhamdulillah, terimakasih ya bibi. Lumayan ini bisa buat makan siang dan makan malam untuk keluargaku." Ucap Alia yang sudah merapikan makanan untuk di bawa pulang.

"Alia...! Pastikan kamu pulang, dapur sudah bersih dan kompor sudah di matikan. Bibi jalan dulu karena sebentar lagi meeting akan di mulai." Ucap bibi Ida yang sudah masuk ke dalam mobilnya.

"Ok bibi. Siap..!" Ucap Alia melepaskan kepergian bibi Ida dan menutup lagi pagar rumah itu.

Saking buru-buru nya bibi Ida lupa membawa ponselnya yang tertinggal di dapur. Sementara itu Alia membersihkan semua peralatan masak dan wadah lainnya. Ia juga harus membuat dapur itu bersih dan wangi sebelum meninggalkan rumah itu.

Usai melakukan tugasnya, Alia ingat dengan adik-adiknya untuk segera pulang membawa makanan untuk mereka.

Dewa dan Dewi yang sedang menunggu kakak mereka membawa makanan membantu kakaknya menuruni makanan yang di ikat di jok motor kakaknya.

"Wah...! Ini banyak sekali kakak makanannya." Ucap Dewi saat melihat banyak lauk pauk yang terpisah masing-masing sesuai jenis dagingnya.

"Alhamdulillah. Hari ini kita pesta dek," ucap Alia yang ikut makan dengan kedua adiknya yang benar-benar lahap menikmati makanan itu.

Wajar si kembar menikmati makanan enak itu karena mereka jarang makan ayam maupun daging. Makanan Si kembar tidak jauh-jauh dengan tempe maupun tahu yang di masak ibunya dengan sambal andalan yang menjadi primadona di keluarga sederhana itu.

Dreetttt....

Ponsel Alia berbunyi. Alia mengamati nomor yang masuk tidak ia kenal. Karena takut penting, ia segera menerima panggilan itu.

"Hallo Alia...! Ini bibi Ida. Apakah kamu masih di rumah bibi...?"

"Alia sudah tiba rumah Alia bibi. Sekarang sedang makan siang dengan si kembar bibi. Ada apa bibi, ini nomor siapa?"

"Ini nomor pak satpam. Ponsel bibi tertinggal di atas kulkas. Bisa tolong antarkan ke perusahaan? Kamu tahukan perusahaan tempat bibi dagang..?"

"Tahu bibi. Tapi Alia tidak tahu kantin bibi di lantai berapa?"

"Kantin bibi di lantai dua. Tapi bibi akan tunggu kamu di taman perusahaan supaya kamu tidak perlu mencari bibi di dalam." Ucap bibi Ida.

"Baik bibi. Mungkin agak lama tiba di perusahaan bibi karena aku tidak mungkin membawa motorku. Aku naik ojek saja dari pada kena tilang."

"Iya tidak apa, nanti bibi ganti ongkosnya." Ucap bibi Ida.

Alia harus kembali ke rumah bibi Ida dengan menumpangi ojek yang mangkal di ujung gang rumahnya, untuk mengambil ponsel itu. Jarak perusahaan itu lumayan jauh dari tempat tinggal bibi Ida.

Setibanya di depan perusahaan rupanya ada sesi wawancara oleh media yang sedang mengerumuni seseorang.

Alia terlihat senang melihat para awak media yang rata-rata berasal dari berbagai stasiun televisi swasta. Rupanya gadis ini tidak tahu kalau perusahaan yang bibi Ida membuka kantin adalah perusahaan milik Damara.

Alia melewati awak media yang sedang bicara dengan Damara. Alia belum sempat melihat wajah pemilik perusahaan itu.

Ia harus mengembalikan ponsel bibi Ida karena wanita itu sedang menunggunya di taman samping sesuai perjanjian mereka tadi.

"Bibi ..! Teriak Alia ketika melihat bibi Ida sedang menunggunya di bawah pohon rindang.

"Alhamdulillah Alia, akhirnya kamu datang nak."

"Apakah meeting nya sudah kelar bibi..?" Tanya Alia seraya menyerahkan ponsel bibi Ida.

"Ini minum dulu teh botolnya. Bibi sengaja menyiapkan untukmu." Ucap bibi Ida sambil membuka ponselnya.

"Semoga mereka menyukai makanannya ya, bibi." Ucap Alia sambil meneguk minumannya.

"Mereka memuji masakan kamu Alia terutama si bos." Ucap bibi Ida sumringah.

"Maksudnya pemilik perusahaan ini bibi..?" Tanya Alia memastikan dugaannya.

"Iya sayang. Kata Asistennya tadi saat menemui bibi di kantin. Mereka sangat puas dengan makanan kita dan apa yang bos katakan pada asistennya...?" Ucap bibi Ida sengaja menjeda kalimatnya.

"Apa bibi ..?"

"Untuk seterusnya, mereka akan memesan makanan saat meeting di kantin kita. Itu berarti makanan kita sudah sampai di hatinya si bos."

"Berati selama ini si bos selalu makan siang di kantin bibi?" Tanya Alia penasaran.

"Iya sayang. Hampir tiap hari ia selalu makan siang di kantin milik bibi."

"Oh... pantesan. Si bos sudah terbiasa dengan masakan kita dan tidak cocok masakan lain." Ucap Alia.

"Kalau Alia penasaran dengan pemilik perusahaan ini, kebetulan dia lagi melakukan konferensi pers di depan lobi itu. Orangnya sangat tampan. Kamu bisa melihatnya di depan sana." Imbuh bibi Ida.

"Iya bibi. Alia jadi penasaran wajah pemilik perusahaan yang suka dengan masakan aku." Ucap Alia lalu pamit pulang sekalian pada bibi Ida.

Bibi Ida memberikan uang seratus ribu pada Alia untuk ganti ongkos gadis itu. Alia melangkah ke tempat konferensi pers itu di mana wajah tampan Damara terlihat jelas olehnya karena para awak media sudah duduk di bawah lantai sambil mengarahkan kamera dan mikrofon mereka ke Damara.

Tanpa di sengaja oleh kameraman, tubuh Alia ke dorong ke sedikit ke depan membuat Damara mengalihkan pandangannya ke wajah cantik Alia.

Seketika jantung pria tampan ini seakan mau copot di tempatnya saat melihat wajah cantik Alia lagi yang tiba-tiba ada di hadapannya saat ini.

Ia pun berhenti berbicara karena terpukau dengan kecantikan Alia dan juga kerinduannya pada gadis itu setelah tiga bulan ia mencari gadis itu. Para awak media nampak bingung melihat Damara tiba-tiba diam.

"Bukankah dia gadis penolong itu ..?" Batin Damara seakan ingin berteriak memanggil nama Alia tapi dia tidak tahu siapa nama gadis penolongnya.

Ia hanya bisa menatap Alia dan Alia merasakan ada getaran aneh dalam hatinya saat menatap mata elang si tampan yang pernah menyamar jadi pengemis itu.

Hanya tatapan dan jantung keduanya yang sedang berbicara kerinduan saat ini.

Terpopuler

Comments

Puput Regina Putri

Puput Regina Putri

uuhhh..ikut deg...deg..an thor 🤭

2024-06-06

0

Hazmin Min

Hazmin Min

ceritanya asik aku mampir thor...

2023-12-08

0

Amalia Khaer

Amalia Khaer

halo.. ini adalah novel pertamamu yg ku baca. semangat yaa. ceritanya menarik. percakapan antar tokohnya juga good, makanya langsung terus bacanya. pdhal on going. biasanya aq malas baca yg blum tamat. semoga Authornya rajin up hehehe. semangat.

2023-03-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!