Jika biasanya orang berwajah dingin yang selalu membuat orang di sekitarnya kesal, maka kali ini terbalik. Kali ini Lilian berhasil membuat Brian si kulkas lima belas pintu jadi kesal hingga memilih segera berangkat kerja daripada berlama lama dengan Lilian, istrinya.
Sebelum ke Perusahaan, Brian membesuk Kakek Dama di rumah sakit. Kondisi Kakek Dama jauh lebih baik dari kemarin. Bahkan pria tua itu sudah meminta pulang. Boleh dikata ruangan yang kini dijadikan tempat bernaung, adalah ruangan yang melebihi hotel berbintang.
Lilian, bukan paras wanita itu yang Kakek Dama rindukan, melainkan keceriaan juga sikap humoris Lilian yang Kakek Dama rindukan. Andai, ini hanya andai saja. Andai Kakek Dama masih lumayan muda, atau bedah lima tahun dengan usia Brian, mungkin Kakek Dama yang akan menikahi Lilian.
"Dimana Lilian?" tanya Kakek Dama mencari cari keberadaan Lilian.
"Di rumah, sedang beristirahat," jawab Brian.
"Sepertinya Brian telah menembus pertahanan istrinya," batin Kakek Dama. "Baguslah, tidak lama lagi aku akan melihat cicitku," tambahnya kemudian.
"Jika boleh request, Kakek minta kembar Lima," lirih Kakek Dama lalu tertawa. "Kenapa?" tanyanya kemudian setelah melihat respon Brian.
"Kakek dan Lilian sama saja. Sama-sama membuatku stres. Sudahlah, Kakek, aku berangkat kerja dulu. Jangan membantah apa kata dokter, bisa cepat sembuh," cecar Brian untuk pertama kalinya.
"Hahahaha. Kakek senang melihatmu cerewet, tetap pertahankan, agar rumah kita ramai," ujar Kakek Dama semakin membuat Brian ingin menghilang saat ini juga.
Kembali pamit pergi, Brian pergi ke Perusahaan meninggalkan Kakek Dama bersama Lenov. Tiba di Perusahaan, dia mendapatkan panggilan mendadak dari Janet. Menarik senyum, Brian segera menerima panggilan dari wanita pujaan hatinya.
"Maafkan aku, Brian. Aku rasa kita harus mengakhiri hubungan kita. Aku mohon, tolong jangan tunggu aku lagi. Aku sudah bahagia bersama suamiku, aku mohon, tolong jangan ganggu rumah tanggaku lagi,"
Terdiam, hanya itu yang Brian bisa lakukan. Saat Janet memanggil namanya, Brian memutuskan panggilan secara sepihak. "Aku tidak berjanji, tapi aku akan membuatmu menjanda lalu menikahimu!" gumam Brian tersenyum miring.
Menjelang sore, Brian sudah di rumah sakit menjemput kakek Dama yang kekeh mau pulang. Dan sekarang Brian sudah di rumah sakit. Bahkan Lilian ada di sana juga. Menjadi pendengar setia membuat Brian ingin membungkam mulut Kakeknya itu dan tak lupa Lilian juga. Lilian lah penyebab Kakek Dama jadi semakin cerewet.
"Kakek mau pulang atau masih mau bermalam di sini?" tanya Brian dengan datar.
"Mau pulang, tapi tunggu sebentar lagi. Kakek masih ingin bercerita dengan Lilian," jawab Kakek Dama.
"Ceritanya bisa di mobil," ujar Brian lalu keluar dari ruangan tersebut.
Ingin rasanya Kakek Dama mencakar wajah tampan Brian–tapi Brian adalah cucu satu satunya. Maka meminta Lenov membawanya ke mobil adalah pilihan yang tepat daripada bercerita di rumah sakit.
Lilian membantu Kakek Dama, dan itu tak lepas dari tatapan Brian. Takjub, hanya satu kata namun bermakna. Lilian berhasil mendapatkan satu gelar baru walau gelar itu hanya bertahan beberapa saat saja.
"Kakek, jika Kakek ingin makanan sesuatu, Kakek bisa katakan padaku. Aku sendiri yang akan membuatnya. Kakek harus tahu satu hal, selain aku cantik, cerewet, ceria dan pemberani, aku juga jago memasak," ungkap Lilian dengan bangga.
"Oh Tuhan ... Semoga apa yang terjadi dua Minggu belakangan ini adalah mimpi semata," gumam Brian hampir tak terdengar. Lalu mengusap wajahnya dengan pelan. Memejamkan mata, Bria menyandarkan kepala di sandaran kursi.
Lilian dan Kakek Dama tertawa cekikan, mereka menertawai Brian yang tampak frustasi. Lilian sengaja membuat Brian kesal, karena pria itu berani menantang Lilian semalam.
"Aku akan menghabisi uangmu lalu membuatmu seperti gelandangan," batin Lilian. "Berani sekali dia akan mendatangkan madu untukku!" tambahnya kemudian.
Tiba di rumah, Lilian dan Brian membantu Kakek Dama ke kamarnya. Berbincang dengan Kakek sebentar lalu Brian dan Lilian ke kamar mereka.
Lilian mendudukkan bokongnya di sofa. Mengambil sebotol anggur berniat meminumnya namun dicegah oleh Brian. Brian paling tidak suka wanita yang suka membuat dirinya hilang kendali seperti mabuk mabukan.
"Minum ini," Brian meletakkan segelas air putih di depan Lilian.
Berdecih, Lilian menarik langkah berniat ke kamar mandi. Tapi sebelum ke kamar mandi, dia melepas pakaiannya di hadapan Brian.
Melihat Lilian hanya menyisakan penutup gunung kembar dan goa hantu, Brian bernapas lega. Berpikir bahwa Lilian masih waras. Berdecih, dia mendekati Lilian yang mulai berusaha melepas pengait bra nya.
"Dasar pelacur!" ucap Brian dengan entengnya.
"Ya, aku pelacur," jawab Lilian lalu menjauh diri dari Brian. Masuk ke dalam kamar mandi, Lilian mengumpat semaunya. Dia tidak suka disebut pelacur. Dia benci kata itu. Selama ini dia menjaga dirinya agar tak hina, dan suaminya menghinanya.
"Aku akan menjadi pelacur di hadapanmu, agar kamu tahu, istri pelacurmu ini masih perawan." Tersenyum miring, Lilian akan membuat Brian semakin geram hingga menjadi cerewet sepertinya.
Hanya sekitar dua puluh menit, Lilian keluar tanpa mengenakan apa-apa. Sekali lagi tanpa mengenakan apa-apa. Dia sengaja, sengaja membuat suaminya itu kesal hingga ke ubun ubun. Dan benar saja, Brian menatap Lilian dengan marah.
"Pakai jubah mandi!" seru Brian.
Acuh tak acuh, Lilian tak menggubris. Dia terus menarik langkah menuju walk in closet. "Kamu pasti tergiur kan, bilang saja iya," sindir Lilian.
Marah, Bria mendekati Lilian, dia mencium paksa wanita itu cukup lama. Lalu meremas kuat pipi Lilian. "Itu peringatan dariku. Sekali lagi aku melihatmu bersikap seperti ******! Aku akan membawamu ke club agar banyak pria yang mencicipi mu!"
"Apa ini ancaman?" walau sakit, Lilian masih memiliki keberanian untuk melontarkan pertanyaan konyol.
Semakin mendengar Lilian berucap, Brian semakin membenci wanita itu. Berpikir Lilian adalah ****** yang haus akan laki-laki, Brian menyeret Lilian dan mendorongnya dengan kasar di atas ranjang. Lalu ia melepas semua pakaian miliknya. Tanpa pemanasan, dia memasukkan senjatanya dengan paksa.
"Akhk ...!!" Teriak Lilian dengan kuat. Bola matanya seakan mau keluar.
Menyadari Lilian masih tersegel, Brian segera menjauhkan dirinya. Dia menatap Lilian yang menitikkan air mata. "Maaf, Lilian," lirih Brian.
Untuk pertama kalinya Brian mengatakan kata maaf. Dia mendekat berusaha meraih Lilian namun tangannya ditepis oleh Lilian.
"Hanya malam ini saja aku bersikap gila di depanmu, selanjutnya, aku akan bersikap serius. Kamu jual, aku beli. Jadi mari kita saling mengabaikan," ujar Lilian lalu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Menangis, Lilian menyesali kegilaannya. Tadinya dia hanya ingin membuat Brian darah tinggi, tapi nyatanya dia yang darah tinggi. Terisak hingga lelah, Lilian tidur dalam selimut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Fitri Fitri
lanjut Thor, yang semangat lagi nanggung nih
2023-02-12
1